Cerita suka duka jurnalis meliput gempa di Pidie Jaya
Merdeka.com - Gempa mengguncang Pidie Jaya, Aceh, 6,5 SR telah membawa banyak orang simpatik. Bantuan dari berbagai penjuru, terus mengalir. Tak mengenal ras, suku, agama maupun perbedaan lainnya, semua bersatu meringankan beban korban di Pidie Jaya.
Bencana gempa terbesar penghujung 2016 ini, juga mengundang banyak jurnalis meliput dan mengabarkan berita duka ini. Baik media lokal, nasional hingga internasional saban hari memberitakan proses evakuasi dan penanganan korban gempa.
Ada banyak suka duka dialami para jurnalis ditugaskan ke lokasi bencana. Dari cerita kurang istirahat, tak sempat makan hingga berempati saat mendengar keluh kesah korban bencana. Terutama kisah-kisah warga kehilangan sanak famili.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
-
Apa dampak utama gempa dan tsunami Aceh? Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Dimana gempa bumi terjadi? Gempa tersebut persisnya berada di wilayah lautan Samudera Hindia, dengan kedalaman 10 kilometer, titik koordinat 105,9 BT dan 7,61 LS, berjarak sekitar 85,7 km barat daya Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
-
Siapa yang menginformasikan kejadian tersebut? Dari informasi yang dibagikan oleh sang adik, Olivia Zalianty, Marcella mengalami kejadian tidak menyenangkan ketika sedang menjalani latihan untuk pementasan Malahayati.
Zulkarnaini Masri misalnya, jurnalis media cetak terbesar di Indonesia telah berada di lokasi sejak hari pertama gempa. Dia mengaku, meliput bencana jauh berbeda dengan mencari berita hari-hari biasa. Karena, kondisi sedang berkabung harus sangat hati-hati dalam menggali informasi dari narasumber.
"Harus sangat hati-hati, karena jangan sampai terkesan kita mengeksploitasi korban," kata Zulkarnaini Masri, Sabtu (10/12).
Ratusan jurnalis memang memiliki satu balai seluas 10 x 4 meter terbuat dari kayu. Namun, dengan jumlah jurnalis meliput, tentunya tidak mencukupi untuk dijadikan tempat istirahat. Sedangkan penginapan di Pidie Jaya semua sudah penuh.
Kalau pun hendak mencari penginapan, harus keluar Kabupaten Pidie Jaya, yaitu ke Kabupaten Bireuen atau Pidie. Untuk menuju ke kedua kabupaten ini, membutuhkan minimal 2 jam perjalanan darat, itu pun kalau tidak mengalami kemacetan, karena banyak ruas jalan rusak, gedung rubuh, terganggu dengan alat berat sedang bekerja, mengakibatkan macet hingga 3 kilometer.
Mengingat hal itu, Zulkarnaini Masri mengaku terpaksa harus tidur dalam mobil selama 4 hari terakhir ini. Belum lagi harus keliling dan bertemu dengan berbagai macam keluhan. "Kadang makan satu hari sekali, tidur dalam mobil, inilah tantangan dan suka-dukanya," ujarnya.
Sementara itu, Rayful Muddasir, jurnalis online media nasional mengaku, lelah meliput bencana ini menjadi pelajaran dan pengalaman baru. Ada banyak bisa dipetik ilmu dalam meliput peristiwa besar, apa lagi media online membutuhkan laporan cepat.
"Ini pengalaman berharga, meskipun lelah. Karena dalam waktu singkat, kita harus bisa melaporkan cepat dengan data yang akurat, ini tak mudah ternyata," ungkap Rayful.
Para jurnalis meliput bencana di Pidie Jaya, setelah melaksanakan tugas biasanya langsung berkumpul di posko berada di Warkop Cot Trieng. Warkop ini sejak pertama gempa sudah tutup, selain menjadi posko jurnalis juga tempat relawan untuk makan dan istirahat. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga mengungsi karena masih trauma gempa susulan yang hingga kini masih terjadi.
Baca SelengkapnyaRatusan Pasien RS Unair Akhirnya Dirawat di Tenda Darurat
Baca SelengkapnyaGempa susulan masih terjadi di Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, banyak warga yang enggan kembali ke rumah dan lebih memilih untuk mengungsi.
Baca SelengkapnyaRentetan gempa masih menghantui warga Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, sekitar 10 ribu jiwa memilih tinggal di pengungsian.
Baca SelengkapnyaGempa dengan magnitudo 6,5 terjadi pukul 15.52 Wib yang berpusat dari 130 kilometer timur laut wilayah Tuban, dengan kedalaman 10 kilometer.
Baca Selengkapnya248 rumah rusak dan 456 warga harus mengungsi, akibat gempa Sumedang
Baca SelengkapnyaBMKG saat ini terus mengkaji beberapa potensi sesar aktif yang ada di Sumedang.
Baca SelengkapnyaGetaran gempa ini pun terasa hingga kawasan Surade, Kabupaten Sukabumi.
Baca SelengkapnyaGempa susulan terjadi pascagempa yang mengguncang sejumlah kawasan di Jawa Timur, Jumat (22/3).
Baca SelengkapnyaGempa bumi yang terjadi ini juga menyebabkan warga harus berlarian ke luar dari bangunan rumah.
Baca SelengkapnyaGetaran gempa berkekuatan skala intensitas III-IV MMI terjadi di beberapa wilayah akibat gempa di Tuban.
Baca SelengkapnyaBMKG menyebut, hingga pukul 18.10 WIB, belum ada aktivitas gempa bumi susulan.
Baca Selengkapnya