Dedi Mulyadi hibur Liseum, nenek tukang jemur kentang urus tiga cucu
Merdeka.com - Senyum Liseum (65) tersungging melihat aksi lawak yang diperagakan oleh Ohang dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat menghibur warga Desa Tajurhalang, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor pada Rabu (7/6).
Kegiatan tersebut memang rutinitas yang dilakukan oleh Dedi yang juga bertindak sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat. Ia membawa karavan seninya untuk berkeliling daerah, bersilaturahmi, melihat dan membaca persoalan yang saat ini tengah mendera publik Jawa Barat.
Setelah melempar lawakan ringan, Ohang kemudian menyanyikan sebuah lagu, pelawak asli kelahiran Sunda itu kemudian meraih tangan Liseum untuk ikut naik ke atas pentas. Ekspresi kaget dengan raut keluguan mengiringi langkah renta sang nenek, pandangan matanya yang kosong menyiratkan ia tengah didera berbagai persoalan hidup.
-
Kenapa ayah Pegi Setiawan mengadu ke Dedi Mulyadi? Adik Pegi Gagal Masuk SMA Beberapa waktu lalu, Dedi melalui media sosialnya mengungkap pertemuan pribadi dengan ayah Pegi Setiawan. Dalam kesempatan itu, ayah Pegi mengadu soal nasib sang putri bungsu lantaran baru saja gagal memasuki sekolah impian.
-
Siapa yang merasakan sedihnya ibu? Anak-anak memiliki tingkat sensitivitas emosional yang sangat tinggi, terutama terhadap perasaan ibu mereka. Mereka secara alami dapat mendeteksi perubahan emosi dan energi yang dirasakan oleh orang tua. Ketika kamu mengalami kesedihan atau kemarahan, anak-anak akan merasakan ketidaknyamanan tersebut dan berusaha untuk meringankan perasaanmu.
-
Kenapa anak merasakan sedihnya ibu? Sejak masa kehamilan, hubungan antara ibu dan anak sudah mulai terjalin. Ketika seorang ibu hamil, bayi yang ada di dalam kandungannya dapat merasakan emosi yang dialami oleh sang ibu. Oleh karena itu, saat ibu merasa bahagia atau sedih, hormon yang dikeluarkan oleh tubuhnya dapat memengaruhi kondisi bayi.
-
Bagaimana anak merasakan sedihnya ibu? Anak-anak memiliki kemampuan intuitif yang sangat tinggi. Mereka mampu memahami bahasa tubuh dan ekspresi wajah dengan cukup baik. Seiring waktu, mereka belajar untuk mengenali perubahan emosi pada orang-orang di sekitarnya, terutama yang dialami oleh ibu mereka. Anak-anak dapat merasakan ketegangan, kecemasan, atau kebahagiaan yang dirasakan oleh ibu hanya melalui ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang ditunjukkan.
-
Apa derita anak pertama? Memang, menjadi anak pertama dalam keluarga seringkali dianggap sebagai posisi yang istimewa, namun banyak juga tantangan dan derita yang dirasakan oleh mereka.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi membantu adik Pegi Setiawan? Melihat nasib adik bungsu dari Pegi membuat Dedi trenyuh. Seketika, dia memberi solusi dengan memberi bantuan berupa biaya sekolah adik Pegi selama tiga tahun.
Karena guyonan Ohang, sedikit demi sedikit tawa mulai menghiasi wajahnya yang keriput dan tampak bekas terpaan sinar matahari di wajahnya, dengan kedua tangan bertekstur kasar. Semua itu menjadi cermin bahwa sang nenek adalah seorang pekerja keras.
Kepada Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, nenek satu anak anak dan tiga cucu itu menceritakan kegetiran hidup yang selama ini ia alami.
"Emak punya satu anak dan tiga cucu. Emak sendiri bingung, mengapa tiga cucu emak ini malah diterlantarkan oleh anak mak," keluh Liseum kepada Dedi.
Penghasilannya sebagai tulang punggung keluarga dengan profesi sebagai buruh penjemur kentang di sebuah pabrik makanan tak lupa ia ungkapkan kepada Dedi. Jumlah uang sebesar Rp 25 ribu ia dapatkan dari hasil pekerjaannya. Sementara, sang suami diketahui telah lama meninggal akibat penyakit muntaber akut yang ia derita.
"Suami emak sudah meninggal 10 tahun lalu karena sakit muntaber. Untuk sehari-hari, emak mengandalkan penghasilan sebagai penjemur kentang di pabrik," tambahnya.
Uang Rp 25 ribu ternyata harus ia bagi selain untuk makan dirinya, juga untuk membiayai ketiga cucunya. Tekad dan kecintaan kepada cucunya itu menjadikan Liseum terus bersemangat dan bersyukur menjalani kehidupan sehari-hari.
"Cucu paling besar sudah SMA, yang kedua di SMP, dan yang bungsu masih SD. Uangnya selalu tidak cukup, tapi Alhamdulillah emak syukuri saja," tuturnya lirih.
Terus menerus ditanya tentang keberadaan Ibu dari cucunya oleh Dedi Mulyadi, Liseum nampak enggan terlalu lama membahas tentang anaknya itu. Ia mengaku tidak habis pikir mengapa anaknya tega membuat tiga cucunya itu terlantar.
"Suami pertamanya kabur, kemudian cerai. Anak saya menikah lagi dengan pria asal Jakarta tapi tidak pernah kembali," tandasnya.
Selama Liseum menceritakan kisah diri dan ketiga cucunya. Suasana haru tampak menyelimuti ribuan penonton yang hadir. Puluhan di antaranya, tak kuasa menahan tangis air mata. Tak terkecuali, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
Untuk mengurangi beban Liseum, Dedi memberikan bantuan modal usaha sebesar Rp 10 Juta. Tak lupa ia memberikan nasihat kepada ketiga cucu Liseum agar tetap sabar dan tabah juga terus berusaha menjadi lebih baik lagi.
Seketika, tangisan kembali pecah, bukan hanya Liseum, tetapi seluruh penonton yang hadir merasakan kegetiran yang sama dengan pengalaman hidup yang dialami oleh Liseum dan ketiga cucunya.
Dedi mengatakan bahwa hal yang dialami oleh Liseum bukan hanya terjadi di satu tempat. Melainkan, di berbagai tempat di Jawa Barat bahkan Indonesia. Seharusnya, menurut Dedi, seorang anak harus mampu menyenangkan orang tua, bukan malah merepotkan di usia senja.
"Kejadian seperti ini banyak terjadi, bukan hanya orang tua menelantarkan anaknya, tetapi di Garut ada anak yang berani menggugat orang tuanya sendiri," pungkas Dedi.
(mdk/msh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaVideo yang diunggah oleh akun TikTok @liintanggliintangg ini viral mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaSang ibunda sempat pamit untuk pergi bekerja. Ibunya juga berjanji akan segera pulang jika pekerjaannya telah selesai.
Baca SelengkapnyaAyah Lesti Kejora, Endang Mulyana memberanikan diri untuk memetik buah duku di kebun miliknya.
Baca SelengkapnyaKliennya sangat berharap perkara ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan, tanpa harus saling menggugat.
Baca SelengkapnyaKakek bernama Nur ini begitu bersemangat mencari pekerjaan di siang hari yang terik untuk membelikan cucunya hadiah.
Baca SelengkapnyaPelaku sengaja membuat video penyiksaan yang dilakukan terhadap ke tiga anaknya.
Baca SelengkapnyaPutri bercerita harus meninggalkan tiga anaknya demi pengabdian kepada Garut.
Baca SelengkapnyaLiena Ozora sopir cantik PO Agra Mas mencurahkan isi hatinya ketika berangkat bekerja sering sedih, sebab harus meninggalkan ketiga anaknya.
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca SelengkapnyaIbu korban menangis tiada henti saat mengantarkan empat peti jenazah anaknya ke TPU Perigi, Sawangan, Depok.
Baca Selengkapnya