Demokrat Minta Pemerintah Jangan Terburu-buru Tangani WNI Eks ISIS
Merdeka.com - Anggota Komisi III DPR dari Partai Demokrat Didik Mukrianto mengatakan, Pemerintah perlu mempertimbangkan secara matang dalam menangani 600 lebih eks kombatan ISIS asal Indonesia. Perlu juga dipertimbangkan apakah mereka benar-benar berniat bergabung dengan ISIS.
"Tentu semuanya harus dipikirkan secara proporsional. Jadi tidak terburu-buru, tetapi betul-betul dimaping dengan baik. Apa yang sesungguhnya terjadi di sana, apa motif dan modusnya, seberapa dalam juga mantan-mantan WNI yang kemudian juga terlunta-lunta ke luar negeri sebagai akibat terbawa oleh ideologi ISIS ataupun berjuang dengan ISIS," ungkapnya, di kompleks parlemen, Jakarta, Jumat (14/2).
Terkait hal itu, Pemerintah tentu harus melakukan validasi data terkait para eks kombatan ISIS tersebut. Dengan demikian, Pemerintah memiliki data akurat terkait profil masing-masing orang.
-
Apa yang diminta DPR terkait keamanan data NIK? Lebih lanjut, Sahroni pun turut meminta pihak Polri bekerja sama dengan Dukcapil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk memperketat keamanan dan akses penggunaan data tersebut.
-
Kenapa Pemprov DKI Jakarta melakukan verifikasi data KJMU? Selain itu, upaya ini juga bagian dari proses pemadanan data untuk memastikan penerima KJMU adalah warga yang benar-benar layak atau membutuhkan bantuan.
-
Bagaimana cara DPR agar WNA jera? Terakhir, Sahroni juga meminta agar WNA tersebut langsung dideportasi usai menjalankan hukuman. Menurutnya hal tersebut dapat menunjukkan ketegasan negara dalam menyikapi WNA arogan yang kerap meresahkan masyarakat.'Yang terpenting jangan langsung dideportasi, keenakan. Biarkan dia bertanggung jawab dulu atas perbuatannya di sini. Jerat hukuman jikalau memenuhi unsur-unsur pidana lainnya. Setelah selesai menjalani semuanya, baru boleh dideportasi. Biar ada efek jera dan kapok. Kalau nggak begitu mereka bakal bawa pulang cerita bahwa mereka ‘bebas’ berbuat aneh-aneh di Indonesia. Dan kita tidak ingin begitu,' tutup Sahroni.
-
Apa yang DPR minta dari Imigrasi? Selanjutnya, Sahroni juga meminta Ditjen imigrasi Kemenkumham agar meningkatkan operasi Tim Pora atau Tim Pengawasan Orang Asing dengan baik, sehingga insiden yang sama tidak terjadi lagi.'Seperti yang kita ketahui, Imigrasi punya yang namanya Tim Pora, di mana mereka bisa melakukan operasi dengan dibantu unsur Polri, TNI, Naker dan instansi terkait lainnya. 'Nah, menurut saya imigrasi perlu memastikan tim ini meningkatkan kinerjanya dengan lebh sering operasi, demi menindak WNA-WNA arogan yang meresahkan masyarakat ini,' sambungnya.
-
Kenapa Komisi XI minta BPS fokus pada data Pemilu? Berbagai survei tadi saya rasa sudah menjadi agenda rutin BPS, khususnya survei wisatawan, e-commerce, dan statistik metropolitan. Jika tetap diusulkan, saya ingin mengetahui seberapapenting urgensi dari survei tersebut. Mengapa tidak BPS melakukan pendataan terkait statistik pemilu, yang saya kira penting untuk membantu kita dalam mengevaluasi pelaksanaan pemilu nanti,' ucap Puteri.
-
Kenapa Densus 88 menangkap terduga teroris? 'Kita tidak ingin persoalan di medsos yang dipicu oleh orang-orang seperti itu memberikan kegaduhan di dunia maya yang tidak hanya didalam negeri tapi bisa di luar negeri karena tokoh sekelas atau figur sekelas seperti Paus keramaian di medsos akan mengganggu kegiatan,' ucap dia
"Sekarang ini data-data yang bersumber dari data intelijen ini bukan data yang diungkap ke publik, makanya pemerintah sekarang melakukan validasi untuk memastikan data-data yang ada di sana. Yang terkait keterlibatan para mantan WNI ini, apakah dia kombatan, supporting atau sebagainya," kata dia.
Menurut dia, Pemerintah tentu telah mempertimbangkan berbagai aspek. Salah satunya aspek hukum terkait status kewarganegaraan para eks kombatan ISIS.
"Aspek legal sudah clear, karena bagaimana pun juga WNI yang sudah kemudian bergabung dengan ISIS ini menjadi bagian dari konteks hukum, di mana warga negara ini sudah menanggalkan Kewarganegaraan Indonesia kemudian bergabung di dalam tentara di ISIS sendiri. Saya memahami perspektif negara dalam memahami ini," paparnya.
Selain itu, aspek stabilitas keamanan negara pun menjadi pertimbangan. Perlu dijamin bahwa rencana pemulangan eks kombatan ISIS justru menimbulkan ketidakamanan dalam negeri.
Dia pun mengomentari rencana pemerintah untuk hanya memulangkan anak-anak saja. Hal tersebut bukan perkara mudah. Tuliskan dari berbagai sudut pandang perlu diambil pemerintah.
"Satu sisi mengenai persoalan bagaimana tanggapan masyarakat di sini orang tua mereka yang ada di sana. Tetapi ini kearifan dan kebijakan pemerintah untuk melindungi khususnya anak-anak di bawah umur akibat ulah orang tuanya yang bertanggungjawab juga perlu dicarikan jalan keluar," katanya.
Pendekatan Psikologi
Salah satu pendekatan atau sudut pandang yang bisa digunakan, lanjut dia, yakni sudut pandang psikologi. Apakah kemudian tidak muncul problem bagi anak-anak tersebut jika dipisahkan dari orangtuanya.
"Anak-anak yang selama ini dibawa orang tuanya akan kita pisahkan nah itu problem tersendiri," jelas dia.
Terkait hal ini, dia mengambil contoh yang dilakukan oleh Presiden AS, Donald Trump ketika menangani pengungsi dari Meksiko.
"Jangan sampai seperti kebijakan yang diambil oleh Donald Trump ketika banyak pengungsi meksiko orang tuanya tidak boleh masuk tapi anak-anaknya diambil. Ini kan bakal menimbulkan persoalan baru terhadap anak-anak," imbuhnya.
Dalam penanganan anak-anak tersebut tentu akan ada banyak pihak yang terlibat. Jadi tidak hanya BNPT saja.
"Karena kita punya komisi anak ya kan. Anak ini tergantung kapasitasnya apakah dia balita dibawa lima tahun. kalau bicara anak-anak yang sangat dini usia lima tahun dia mengerti apa soal ideologi, dia mengerti apa soal sebuah perang. Tapi tidak menutup kemungkinan karena dia menyaksikan indoktrinisasi dari ideologi yang dilakukan oleh ISIS. Kita tidak boleh gegabah," tandasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terlebih, menurut Mardani, pernyataan Jokowi disampaikan di hadapan para relawan pendukungnya.
Baca SelengkapnyaKPK menegaskan pihaknya tidak bisa asal dalam memeriksa seseorang.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar alias Cak Imin meminta agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk fair dan mengkontrol proses pencalonan.
Baca SelengkapnyaKPU DKI Jakarta meminta masyarakat yang merasa data KTP dicatut melaporkan ke Bawaslu.
Baca SelengkapnyaHani Syopiar Rustam meminta dinas Dukcapil untuk menuntaskan perekaman KTP-el jelang Pilkada Serentak 2024.
Baca SelengkapnyaPemanggilan itu buntut pernyataan Presiden Jokowi memiliki data intelijen partai politik.
Baca SelengkapnyaDharma menegaskan, semua syarat yang dikumpulkan untuk maju sebagai pasangan calon perseorangan dipastikan didapat dari para relawan secara sukarela.
Baca SelengkapnyaKPU Kota Bekasi melakukan evaluasi Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) dan Daftar Pemilih Khusus (DPK).
Baca SelengkapnyaKang Emil membeberkan alasan tak ingin melawan kotak kosong di Pilgub Jakarta.
Baca SelengkapnyaPKS dan Partai Demokrat menyayangkan sekaligus mengkritik Presiden Joko Widodo atas pernyataannya soal memiliki data intelijen Partai politik.
Baca SelengkapnyaUji kelayakan dan kepatutan tersebut tidak hanya secara formil tapi haruslah uji etik individu dahulu
Baca SelengkapnyaCak Imin menilai kembali terjadinya peretasan data negara membuat kebutuhan adanya Angkatan Siber.
Baca Selengkapnya