Fakta Menarik Iwan Kurniawan Lukminto, Dirut PT Sritex yang Siap Kawal Hak Karyawan Usai PHK Massal
Industri tekstil di Indonesia dikejutkan oleh berita penutupan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) setelah berdiri selama 59 tahun.

Industri tekstil di Indonesia dikejutkan oleh berita penutupan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) setelah berdiri selama 59 tahun. Keputusan ini diambil karena perusahaan tidak mampu mengatasi status pailit yang dihadapinya, yang menyebabkan lebih dari 12 ribu karyawan kehilangan pekerjaan. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam mengenai masa depan para pekerja yang terdampak.
Sebagai pemimpin perusahaan, Direktur Utama Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto, berkomitmen untuk memastikan bahwa hak-hak karyawan tetap terjaga. Dalam pernyataannya, Iwan memberikan apresiasi kepada karyawan yang telah berkontribusi dalam membangun Sritex selama bertahun-tahun, dan menegaskan bahwa mereka akan bekerja sama dengan kurator untuk memastikan proses penyelesaian berlangsung dengan adil dan lancar.
Iwan tidak ingin mengabaikan karyawan yang telah setia mendampingi dan berkontribusi dalam perkembangan perusahaan setelah terjadinya pemutusan hubungan kerja secara massal. Memastikan hak-hak karyawan menjadi salah satu fokus utamanya dalam menyelesaikan masalah kepailitan yang dihadapi. Lantas, bagaimana perjalanan karir Iwan Kurniawan Lukminto sebagai pemimpin di Sritex? Berikut ini adalah ulasannya, yang dirangkum oleh merdeka.com pada hari Minggu, 2 Maret.
Latar Belakang Pendidikan: Lulusan Johnson & Wales University di Amerika
Dikutip dari laman resmi Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto dilahirkan di Surakarta pada tanggal 22 Januari 1982. Ia menempuh pendidikan di bidang administrasi bisnis di Johnson & Wales University, Northeastern University, dan Boston University di Amerika Serikat. Dengan lebih dari dua dekade pengalaman di industri tekstil, Iwan telah menjabat di berbagai posisi strategis di Sritex sebelum akhirnya diangkat sebagai Direktur Utama.
Sebelum menduduki posisi Dirut, ia terlebih dahulu menjabat sebagai Wakil Direktur Utama sejak tahun 2014. Kepemimpinan Iwan di perusahaan tekstil terbesar di Indonesia ini telah mendorong Sritex untuk berkembang ke pasar internasional, termasuk menjadi penyedia produk untuk negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, dan Jerman. Selain itu, ia juga terlibat aktif dalam berbagai organisasi industri, termasuk Asosiasi Pertekstilan Indonesia dan APINDO Solo.
Di bawah kepemimpinannya, Sritex tidak hanya dikenal sebagai produsen tekstil dan garmen, tetapi juga sebagai pemasok utama seragam militer untuk NATO dan lembaga-lembaga lainnya di lebih dari 30 negara. Namun, perusahaan menghadapi tantangan berat ketika tekanan keuangan mulai muncul, yang berujung pada status pailit pada tahun 2025.
Kondisi Pailit di Sritex

Keputusan untuk menutup Sritex dan menghentikan seluruh operasionalnya tidaklah muncul secara mendadak. Perusahaan ini telah menghadapi tekanan finansial yang signifikan selama beberapa tahun terakhir, yang diperparah oleh berbagai faktor seperti penurunan permintaan global, persaingan yang semakin ketat di industri, serta dampak pandemi yang mengganggu rantai pasokan.
Pada akhirnya, Sritex dinyatakan pailit dan tidak mampu melanjutkan kegiatan usahanya. Situasi ini berdampak langsung pada lebih dari 12 ribu karyawan, termasuk sekitar 8 ribu pekerja yang berada di Sukoharjo, yang terpaksa kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Pengumuman mengenai keputusan ini disampaikan melalui surat resmi oleh tim kurator pada tanggal 26 Februari 2025.
Dampak sosial dari kebangkrutan Sritex sangat signifikan, terutama bagi ribuan keluarga yang bergantung pada perusahaan ini untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pemerintah, melalui Kementerian Ketenagakerjaan, menegaskan bahwa hak-hak para pekerja akan menjadi prioritas utama dalam proses penyelesaian masalah kepailitan tersebut. Meskipun demikian, Iwan tetap berusaha untuk memberikan semangat kepada para karyawannya yang telah berkontribusi dalam membangun perusahaan hingga mencapai kesuksesan sebelumnya.
"Kami berduka, namun kami harus terus memberi semangat," kata Iwan, mengutip ANTARA.
Iwan Kurniawan Lukminto Siap Mengawal Hak-Hak Karyawan
Dalam kapasitasnya sebagai pemimpin perusahaan, Iwan Kurniawan Lukminto mengungkapkan rasa syukur kepada seluruh karyawan yang telah berkontribusi dalam pembangunan Sritex selama lebih dari lima puluh tahun. Ia menegaskan komitmennya untuk memastikan bahwa hak-hak pekerja akan dipenuhi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Iwan juga menyatakan bahwa manajemen Sritex akan berkolaborasi dengan tim kurator untuk menyelesaikan proses pemberesan aset perusahaan, sehingga hak-hak karyawan dapat dipenuhi dengan adil. Selain itu, pihaknya berupaya untuk berkoordinasi dengan pemerintah dan BPJS Ketenagakerjaan guna mempermudah akses bagi karyawan dalam memperoleh pesangon dan jaminan sosial lainnya.
Di samping memperjuangkan hak-hak karyawan, Iwan memberikan dorongan kepada para pekerja yang terdampak untuk tetap optimis dalam menghadapi tantangan di masa depan. Ia menekankan bahwa banyak karyawan Sritex yang memiliki keahlian tinggi di bidang tekstil dan garmen, yang dapat menjadi aset berharga bagi mereka dalam mencari peluang kerja baru.
"Kalau dihitung para karyawan ini sudah bersama selama 21.382 hari sejak Sritex berdiri pada 16 Agustus 1966," ujarnya, menambahkan.
Respons Pemerintah dan Upaya Perlindungan bagi Karyawan
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, melalui Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Sumarno, telah menegaskan bahwa pekerja yang terkena dampak PHK massal di Sritex akan menerima hak-haknya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ia menjelaskan bahwa karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex yang mengalami pemutusan hubungan kerja mulai 1 Maret 2025 akibat PHK yang berlaku pada 26 Februari, serta yang terakhir bekerja pada Jumat, 28 Februari, akan mendapatkan pesangon yang akan diurus oleh kurator. Selain itu, jaminan hari tua mereka akan ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Untuk memperlancar proses ini, perusahaan memberikan kemudahan bagi pekerja sehingga mereka tidak perlu datang langsung ke kantor BPJS. Sebaliknya, petugas akan mengunjungi pabrik Sritex untuk mempercepat administrasi. Di sisi lain, berbagai organisasi buruh juga aktif mengawasi proses ini dan menuntut agar hak-hak pekerja menjadi prioritas dalam pembagian aset perusahaan. Serikat pekerja mendesak agar pesangon dan tunjangan karyawan dapat segera dicairkan tanpa adanya hambatan administratif yang berkepanjangan.
"Jumlah karyawan Sritex yang terkena PHK sebanyak 8.400 orang. Urusan pesangon menjadi tanggung jawab Kurator. Sedangkan jaminan hari tua, menjadi kewenangan BPJS Ketenagakerjaan,” kata Sumarno.
FAQ: Pertanyaan Seputar Kasus Sritex yang Banyak Dicari di Google
1. Mengapa Sritex mengalami kebangkrutan? Sritex menghadapi tekanan finansial akibat persaingan ketat, penurunan permintaan global, dan dampak pandemi terhadap rantai pasokan.
2. Berapa jumlah karyawan yang terkena dampak PHK? Lebih dari 12 ribu karyawan kehilangan pekerjaan akibat kebangkrutan Sritex.
3. Bagaimana nasib hak-hak karyawan setelah PHK massal?Pemerintah dan BPJS Ketenagakerjaan memastikan hak karyawan, termasuk pesangon dan jaminan sosial, tetap dipenuhi.
4. Apa langkah yang diambil Iwan Kurniawan Lukminto? Iwan berkomitmen mengawal hak karyawan, bekerja sama dengan kurator, serta memberi semangat kepada pekerja yang terdampak.