Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi, Jadi Ajang Lebaran Para Pecinta Kopi Nusantara
Merdeka.com - Festival Ngopi Sepuluh Ewu (Ngopi Sepuluh Ribu) kembali menyedot animo ribuan orang untuk datang ke Desa Adat Kemiren, Banyuwangi, Sabtu malam (12/10/2019). Acara yang sudah memasuki tahun ketujuh ini, tak ubahnya menjadi lebarannya para pecinta kopi Banyuwangi.
"Kalau sekadar mau ngopi khas Banyuwangi, banyak kok cafe yang menyediakannya sekarang. Tapi, beda dengan ngopi di sini," ujar Umam, salah satu pengunjung asal Surabaya yang mengaku sudah tiga tahun terakhir datang di acara Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini.
"Ini seperti lebaran. Kita bisa bersilaturahmi. Bertemu dengan teman-teman sesama pecinta kopi. Ngobrol macam-macam. Melepas kangen," imbuh lelaki yang pernah KKN di Banyuwangi saat kuliah itu.
-
Siapa yang memberikan apresiasi atas kinerja Banyuwangi? Atas kinerja positif tersebut, Banyuwangi mendapat apresiasi dari pemerintah pusat berupa Dana Insentif Fiskal Kinerja (DIFK) Penghapusan Kemiskinan Ekstrem 2023 senilai Rp 6,71 miliar.
-
Kenapa Bupati Banyuwangi memberikan bantuan WeNak? 'Semoga bantuan ini bisa menstimulus usaha bapak dan ibu untuk bisa berkembang lagi. Dengan bantuan alat usaha yang diberikan, semoga kondisi warung bisa menjadi lebih baik, bersih, sehingga pelanggannya makin banyak, pendapatannya juga bertambah,' kata Ipuk saat penyaluran bantuan Wenak tahap 2 tahun 2023 di Kantor Kecamatan Gambiran, Senin (25/9).
-
Siapa yang dipantau oleh Bupati Banyuwangi? Ipuk meninjau layanan kesehatan di Puskesmas Kertosari dan RSUD Blambangan Banyuwangi. Di puskesmas dan RSUD Blambangan, Ipuk berkeliling dan melihat layanan di sana.
-
Apa yang diharmoniskan di Banyuwangi? 'Nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang di banyak tempat kerap kali mengalami ketegangan yang berkepanjangan, justru di Banyuwangi mampu didialogkan dan diharmonikan dengan baik,' ungkap Penasehat Ngariksa Lukman Hakim Syaifuddin.
-
Apa yang dilakukan Pemkab Banyuwangi untuk antisipasi banjir? Antisipasi banjir menjelang musim penghujan terus dilakukan Pemkab Banyuwangi. Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menginstruksikan dinas-dinas teknis mulai melakukan langkah antisipatif.'Dinas PU Pengairan, Dinas PU Bina Marga, Dinas LH, juga BPBD kami minta sudah menyiapkan diri. Gorong-gorong segera dibersihkan agar air tidak tersumbat. Spot-spot banjir juga juga mulai dipetakan untuk antisipasinya,' kata Ipuk saat menggelar rapat koordinasi mingguan yang diikuti oleh seluruh OPD, Jumat (3/11).
-
Siapa yang terlibat di program Banyuwangi? 'Proyek ini diharapakan bisa menciptakan solusi baru pengurangan plastik sekali pakai melalui perubahan pada hulu hingga hilir. Mulai produsen, pengecer, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya,' kata Professor Jobling.
Tradisi ngopi di Desa Kemiren memang tak sebatas menikmati seduhan biji kopi. Namun, ada pesan filosofis yang terkandung dalam tiap cangkirnya. Dengan secangkir kopi, bisa menyatukan beragam perbedaan. Serta merekatkan tali persaudaraan.
Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi ©2019 Merdeka.comFestival Ngopi Sepuluh Ewu ini dihadiri oleh Akmal Malik, Direktur Jendral Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri. Akmal mengaku terkesan dengan festival yang digelar warga Kemiren secara swadaya.
"Di Banyuwangi ini terasa keguyuban warganya. Mulai Gandrung Sewu hingga Festival Ngopi warga gotong royong untuk memajukan daerahnya lewat atraksinya. Pancasila hadir sesungguhnya di Banyuwangi ini," puji Akmal.
Festival Ngopi Sewu digelar swadaya oleh warga Desa Kemiren. Ini sebagai bentuk penghormatan warga kepada para pengunjung dengan menyuguhkan kopi yang telah menjadi budaya warga Kemiren.
Untuk mempersiapkan 10 ribu cangkir kopi, warga Kemiren menyiapkan tak kurang dari 350 Kg bubuk kopi khas Banyuwangi. Ada beragam varian yang disajikan. Mulai dari arabica, robusta hingga house bland.
"Spirit semacam inilah yang perlu dicontoh oleh daerah lain untuk membangun daerahnya," kata Akmal.
Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi ©2019 Merdeka.comBupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga mengapresiasi kegiatan ini, yang merupakan bagian dari kegotongroyongan masyarakat. Semuanya disiapkan dan dirancang oleh warga Kemiren sendiri.
Partisipasi publik yang tinggi dalam mempersiapkan festival tersebut, tambah Anas, bisa mendongkrak berbagai sektor lainnya. Terutama ekonomi kreatif yang sedang bergeliat di desa tersebut.
"Acara ini menjadi cara untuk mengundang orang datang ke sini. Sebagai desa wisata, kedatangan orang ke Kemiren menjadi sesuatu yang penting untuk menggerakkan sektor ekonomi kreatif yang sedang tumbuh di sini. Seperti kuliner, batik, seni pertunjukan hingga penginapan," ujar Anas.
Sesepuh adat Desa Kemiren, Suhailik menjelaskan warga Kemiren memiliki falsafah lungguh, suguh dan gupuh dalam menghormati. Ngopi Sepuluh Ewu sangat menggambarkan falsafah yang dipegang warga.
Lungguh, papar Suhailik, adalah menyiapkan tempat. Sedangkan 'suguh' adalah menyajikan hidangan. Adapun 'gupuh' adalah kesigapan tuan rumah dalam menyambut tamu tersebut.
"Kita siapkan tempat duduk di sepanjang teras warga sebagai bagian dari 'lungguh'. Kita juga siapkan kopi dan beragam jajanan tradisional sebagai 'suguh'. Serta kita berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik sebagai bentuk dari 'gupuh' kita," ujarnya.
Di tengah ribuan pengunjung dari berbagai kota di Indonesia, hadir pula Bupati Gresik Sambari Halim, hingga musisi Indra Lesmana. Mereka berbaur bersama masyarakat menikmati seduhan kopi Banyuwangi.
Hadirnya ribuan tamu wisatawan ini, Suhailik berharap mereka bisa menjadi saudara bagi warga kemiren. "Dengan ngopi bareng di sini, kami ingin mereka menjadi saudara bagi kami. Karena kami punya semboyan, Sak Corot Dadi Sakduluran - Menyeduh Bersama maka Kita Bersaudara," pungkasnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para pengunjung disambut dengan beragam pilihan kopi, mulai dari arabika dan robusta hingga house blend khas racikan warga
Baca SelengkapnyaMemperingati Hari Jadi ke-167 Desa Kemiren, warga setempat merayakannya dengan menggelar beragam atraksi yang kental budaya Osing.
Baca SelengkapnyaBerbagai keseruan dunia perkopian dihadirkan dalam Pesta Rakyat Kopi Gombengsari, 8-13 Agustus 2023
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca SelengkapnyaProduksi kopi rakyat di Banyuwangi bisa mencapai 10.600 ton per tahun.
Baca SelengkapnyaDalam panen raya tahun 2024 ini potensi bijih kopi mencapai 80-120 ton kopi.
Baca SelengkapnyaPara utusan internasional tersebut terkesan dengan kuliner dan keelokan alam Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaPasar takjil Ramadan ini menjadi bagian dari upaya pengendalian inflasi daerah. Sekaligus media merajut harmoni dalam masyarakat. Ipuk juga meminta agar dinas
Baca SelengkapnyaBulan Ramadan menjadi momentum untuk menggeliatkan perekonomian warga dan para pelaku UMKM.
Baca SelengkapnyaRatusan warga setempat menggelar kenduri desa dengan menghadirkan 9 jenis tumpeng.
Baca SelengkapnyaPatrol merupakan seni memainkan alat musik dari bambu.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca Selengkapnya