Ganteng-ganteng Serigala disetop KPI, ini kata para ABG
Merdeka.com - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menjatuhkan sanksi penghentian sementara pada program sinetron Ganteng-Ganteng Serigala (GGS) yang tayang di SCTV setiap pukul 19.30. Sinetron GGS ini harus dihentikan sementara selama 3 (tiga) hari berturut-turut yaitu mulai tanggal 21,22, dan 23 Oktober 2014.
Dalam siaran pers yang diterbitkan KPI seperti dikutip merdeka.com, Sabtu (11/10) dijelaskan, sanksi tersebut dijatuhkan oleh KPI, lantaran adanya pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) pada tayangan 16 Agustus 2014.
"Pada episode tersebut sinetron ini menayangkan adegan seorang remaja perempuan melompat ke dalam api serta adegan remaja laki-laki dan remaja perempuan yang mengenakan seragam sekolah berpelukan di lingkungan sekolah. Padahal, adegan bermesraan dan berpelukan dengan menggunakan seragam sekolah di lingkungan sekolah ini sebelumnya ditemui di tanggal 30 Mei 2014."
-
Kenapa orang tua khawatir saat anak remaja? Banyak orang tua cenderung mendekati masa remaja anak-anak mereka dengan sikap yang negatif, percaya bahwa masa ini hanya akan membawa kesulitan dan masalah.
-
Mengapa orang tua Cinta khawatir? 'Orang tua pasti ada kekhawatiran, tapi maksudnya mau gimana pun di rumah ada CCTV dan kita duduk santai di CCTV. Kita selalu say hi ke CCTV karena mama papa bisa ngelihat dan kita bisa ngobrol lewat CCTV,' tukasnya.
-
Siapa yang mendukung orang tua? 'Psikososial berupa bantuan yang sifatnya memberikan perhatian, motivasi, informasi, dan interaksi yang dapat meningkatkan kualitas hidup kita. Kalau kita saling mendukung memberikan rasa positif satu sama lain, itu juga satu hal yang sifatnya psikososial,' kata Fransiska.
-
Siapa yang disarankan untuk memperhatikan hiburan anak? Hassink menyarankan agar para orang tua memperhatikan isi hiburan yang ditonton oleh anak-anak mereka.
-
Siapa saja yang memberi tekanan sosial pada anak? Peer pressure atau tekanan dari teman sebaya adalah tantangan yang mungkin dihadapi oleh anak-anak di sekolah atau saat bermain dengan teman-teman mereka.
-
Apa dampak negatif TV untuk interaksi anak? Televisi adalah salah satu jenis media komunikasi searah, sehingga tidak terjadi komunikasi secara aktif. Oleh karena itu, menonton televisi terlalu sering dapat menyebabkan anak kekurangan keterampilan dalam hal interaksi sosial dengan lingkungannya serta kemampuannya dalam berbahasa.
Sejumlah orang tua mendukung langkah KPI. Mereka khawatir anak-anak mereka terpengaruh apa yang ditampilkan dalam GGS.
Yudi (39) pegawai swasta, begitu khawatir ketika melihat anak gadisnya yang baru menginjak remaja selalu menonton sinetron Ganteng-ganteng serigala. Dia mengaku jengkel ketika anaknya mulai genit akibat nonton sinetron tersebut.
"Suka SMSan melulu sama temen cowoknya saya jadi jengkel," kata Yudi di Bundaran HI Jakarta, Minggu (12/10).
Dirinya tidak suka ketika anak yang baru duduk di bangku SMP banyak disuguhkan dengan sinetron-sinetron percintaan. Dia kerap menyaksikan pertengkaran kecil antara istri dan anaknya ketika memilih tayangan sinetron.
Sinetron Ganteng-ganteng serigala memang tengah jadi idola para ABG. Berikut suara hati mereka saat sinetron ini kena semprit KPI:
Adegan mesra sudah biasa
Gebi (17) mahasiswi semester pertama STT PLN Jakarta Barat ini, mengaku penggemar setia sinetron GGS. Dia mengaku sejauh ini menikmati tayangan tersebut. Terlebih para pemainnya yang rupawan, membuat dirinya makin suka GGS."Suka banget apalagi sama Aliando dan Kevin Julio hehe," kata Gebi saat berbincang dengan merdeka.com di stasiun Sudirman Jakarta, Minggu (12/10).Dia tidak setuju jika hanya GGS yang akan dihentikan penayangannya. Menurutnya banyak sinetron yang serupa namun tidak heboh akan dicekal seperti GGS."Kenapa baru sekarang kalau mau dihentikan, kemaren-kemaren kemana aja," katanya dengan nada kesal.Gebi mengatakan jika persoalan itu masalah adegan mesra atau percintaan, hal itu sudah menjadi biasa di kalangan remaja. Jadi tidak perlu terlalu dipermasalahkan."Kaya gitu mah udah biasa kali sekarang mah, lagi udah terlanjur tayang juga kan," ujarnya.
Persahabatan sangat kental
Cyntia (17) remaja yang baru saja memulai pendidikan di perguruan tinggi swasta Jakarta ini, mengaku kaget ketika mendengar sinetron kesayangannya akan dihentikan. Dia mengatakan sangat suka dengan sinetron GGS.Cyntia tidak melihat dari sisi negatif sinetron itu, dia hanya menjadikan sebagai hiburan kala lelah dengan tugas kuliah."Liatnya sebagai hiburan aja sih," kata dia saat berbincang dengan merdeka.com di stasiun Sudirman Jakarta, Minggu (12/10).Dia mengatakan selalu melihat hal dari sisi positifnya, karena dalam sinetron tersebut kental dengan persahabatan dan keluarga. Namun, jika pihak KPI perlu memberhentikan sinetron GGS dia setuju saja."Jika itu pilihan yang baik buat masyarakat saya setuju," katanya dengan raut muka sedikit kecewa.
Suka sama artis bukan ceritanya
Tasya (15) siswi kelas X SMP Muhammadiyah Jakarta, mengaku pernah menonton sinetron GGS. Dia mengatakan menonton sinetron tersebut bukan karena suka dengan alur ceritanya, melainkan suka dengan pemainnya Aliando dan Prily."Iya pernah nonton, suka sama Aliando dan Prily bukan ceritanya," kata Tasya saat berbincang dengan merdeka.com di Bundaran HI Jakarta, Minggu (12/10).Tasya juga setuju dengan KPI untuk memberhentikan penayangannya. Menurutnya banyak adegan perkelahian dan adegan mesra, yang tidak pantas ditonton oleh anak dibawah umur."Banyak adegan berantem sama mesranya, jadi setuju kalo nggak ditayangin," katanya.
Sinetron modal niru doang
Sherly (17) siswi pondok pesantren Assidiqiyah Jakarta Barat, mengatakan jika sinetron GGS hanya meniru film luar negeri Twilight Saga. Dimana ceritanya cuma soal percintaan dan adegan mesra."Itu ngikutin twilight kan? Cinta-cintaan gitu sinetronnya", kata Sherly di Bundaran HI Jakarta, Minggu (12/10).Dia juga setuju jika KPI menindak tegas sinetron-sinetron yang tidak mendidik. Menurutnya seharusnya Indonesia memberikan tontonan yang mendidik dan menginspirasi generasi muda."Harusnya bikin sinetron yang bagus sekalian, yang mendidik kita," katanya.
Bukan muhrim pelukan
Nafisa (13) siswi SMPT RPI Jakarta, memberikan komentar tentang sinetron ganteng- ganteng srigala. Gadis yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP itu, mengaku suka dengan sinetron tersebut.Meskipun mengaku suka dengan sinetronnya, namun bukan berarti dirinya menghalalkan setiap adegan yang ada dalam sinetron GGS."Kalo adegan mesranya sih nggak setuju, kan bukan muhrim masa peluk-pelukan," kata Nafisa saat berbincang dengan merdeka.com di halte Tosari Jakarta, Minggu (12/10).Dia mengatakan pencekalan yang dilakukan oleh KPI adalah langkah yang baik, karena KPI melakukan itu bukan tanpa alasan."Iya setuju-setuju aja kalo nggak ditayangin, sekarang udah jarang nonton si," katanya.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Pemerintah akan tegas untuk merekomendasikan agar gim yang bisa membahayakan bangsa, anak-anak kita, harus ditindak," kata Sandi
Baca SelengkapnyaMenurutnya saat itu orang tua komplain karena anaknya tidak berkata jujur.
Baca SelengkapnyaBerang putranya diintimidasi oleh salah satu orang tua murid, Andika Mahesa ajak duel di ring.
Baca SelengkapnyaPolisi larang geng motor mendapatkan SKCK agar beri efek jera.
Baca SelengkapnyaSekretaris Jenderal Transparency Internasional Indonesia (TII) Danang Widoyoko melihat dengan putusan MK membuat politik dinasti semakin tumbuh subur
Baca SelengkapnyaKapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengatakan permasalahan geng motor menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Polri
Baca Selengkapnya