Gara-Gara Corona, Ekspor Ikan dari Nelayan Aceh ke China Terhenti
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 telah berdampak besar pada nelayan di Aceh. Ekspor ikan ke China terhenti. Nelayan harus putar otak agar berpenghasilan dan tidak merugi. Sehingga mereka memutuskan melakukan one day fishing atau hanya berlayar satu hari untuk mencari ikan.
Sekretaris Panglima Laot Aceh, Miftach Cut Adek mengaku masih ada nelayan yang melaut seperti biasa. Tetapi hanya dilakukan nelayan yang menggunakan kapal ikan di bawah 15 GT.
"Tetapi sifatnya pergi pagi pulang malam atau sore, one day fishing," kata Miftach Cut Adek, Rabu (8/4).
-
Apa yang terjadi pada nelayan Aco? Belum lama ini viral seorang nelayan terombang-ambing selama 3 jam di tengah laut bersama dua putra dan iparnya. Kapal yang mereka tumpangi dihantam ombak dan badai saat mencari ikan.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana cara nelayan Tarakan meningkatkan ekonomi? Dia menambahkan, selain perlindungan sosial, mereka juga mendapatkan beragam kegiatan yang menjadi langkah perbaikan ekonomi nelayan. Program- tersebut sesuai dengan Undang Undang No 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam.
-
Kenapa tangkapan ikan nelayan Pantura menurun? Penurunan tangkapan ikan, tekanan tengkulak, dan penguasaan komoditas untuk kegiatan ekonomi membuat masyarakat nelayan Jawa masa kolonial praktis tidak dapat berkembang menjadi masyarakat yang lebih makmur.
-
Bagaimana nelayan Pantura beradaptasi dengan perubahan? Mereka tetap berlayar di zona-zona tangkap tradisional mereka dan mempertahankan metode penangkapan ikan yang sudah dijalankan sejak dahulu.
-
Kenapa nelayan Kebumen tenggelam? Saat itu korban bersama rekannya, Parwono (42), hendak berangkat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir menuju ke tengah laut menggunakan “perahu katir“ untuk menangkap ikan. Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
Sedangkan kapal ikan berkapasitas di atas 15 GT memutuskan berhenti melaut. Ini dampak harga ikan lagi tidak bergairah, karena tidak bisa mengekspor ke luar negeri. Seperti mengekspor ke China, Jepang maupun Korea Selatan.
"Yang biasanya diekspor ke luar negeri oleh toke-toke besar antara lain ikan tuna, udang, ikan terapu, dan ikan-ikan yang dibutuhkan restoran luar negeri, sekarang permintaan sudah kurang, tidak ada lagi malah," jelasnya.
Menurutnya, bila kapal ikan di atas 15 GT tetap melaut akan merugi. Karena jangkauan kapal tersebut melaut cukup luas dan memakan waktu rata-rata satu minggu.
Biasanya pengusaha kapal besar, sebutnya, mengekspor ikan melalui Aceh langsung atau Medan, Sumatera Utara. Karena jalur ekspor sudah ditutup akibat corona, pengiriman pun terhenti.
"Dampak corona sangat jelas sekali, akibat tidak adanya permintaan ikan dari pasar kita. Pasar kita ada dua, Medan dan luar negeri. Jadi sekarang juga tidak ada permintaan dari Medan, karena Medan juga mengekspor ke luar negeri, seperti China, Jepang, Korea," sebut dia.
Kendati demikian, katanya, ada beberapa pengusaha luar negeri mulai meminta ekspor ikan dari Aceh. Ini usai kondisi China dan beberapa negara lainnya mulai berkurang terjangkit corona. Karena ada sejumlah restoran mulai beroperasi kembali.
"Kendala kita sekarang akses transportasi ke luar negeri ditutup. Kondisi ini juga memberi dampak kepada mereka," jelasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ribuan nelayan tradisional di Lebak Banten tak bisa cari nafkah akibat cuaca buruk. Begini kondisi mereka.
Baca SelengkapnyaHasil tangkapan nelayan Dadap mengalami penurunan drastis akibat gencarnya pembangunan di pesisir utara Jakarta.
Baca SelengkapnyaMasuknya modal asing dan kapitalisme modern mendorong munculnya pranata ekonomi baru di kalangan masyarakat nelayan.
Baca SelengkapnyaTradisi dari Aceh yang sampai sekarang masih dilaksanakan setiap tahunnya oleh para nelayan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil tangkapan ikan.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, Adnillah bilang saat ini masih banyak kapal yang belum bisa menghasilkan ikan lebih banyak, lantaran buruknya cuaca di Laut Arafura.
Baca SelengkapnyaSKK Migas menyebut sejumlah alat pengeboran (rig) di industri sektor hulu minyak dan gas (migas) banyak yang tidak laik pakai.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan nelayan di tengah laut saat mencari ikan. Terombang-ambing saat hujan badai.
Baca SelengkapnyaProyek reklamasi di teluk Jakarta berdampak pada banyak hal, salah satunya membuat hidup nelayan Muara Angke semakin susah. Berikut potretnya:
Baca SelengkapnyaMakanya, KKP merancang kebijakan untuk menjaga biota kelautan Indonesia dan menjaga populasi ikan.
Baca SelengkapnyaMenteri Trenggono akui kewalahan mengurus ekspor ilegal benih lobster.
Baca SelengkapnyaErick menekankan bahwa kebijakan impor yang akan ditempuh pemerintah melalui Perum Bulog akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Baca SelengkapnyaNilai tukar nelayan tak mencapai target pemerintah karena harga ikan sempat anjlok.
Baca Selengkapnya