Gedung SD di Jember Jadi Sarang Ular, Siswa Ketakutan hingga Dipindah ke Halaman
Puluhan siswa SD Negeri Suci 05 di Kabupaten Jember belajar dalam kondisi prihatin. Gedung sekolah mereka lapuk bahkan diduga menjadi sarang ular.
Puluhan siswa SD Negeri Suci 05 di Kabupaten Jember belajar dalam kondisi prihatin. Gedung sekolah mereka lapuk bahkan diduga menjadi sarang ular.
Gedung SD di Jember Jadi Sarang Ular, Siswa Ketakutan hingga Dipindah ke Halaman
Puluhan siswa SD Negeri Suci 05 di Desa Suci, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember belajar dalam kondisi prihatin. Gedung sekolah mereka lapuk bahkan diduga menjadi sarang ular.
"Kemarin di ruang kelas, kami melihat ada 3 ekor ular, sehingga kami takut untuk masuk ruang kelas," ujar Siti Zulaikhah, guru kelas 1 SDN Suci 5 saat dikonfirmasi awak media, Kamis (30/11).
Demi keselamatan para siswa, kegiatan belajar mengajar akhirnya terpaksa dilakukan di halaman sekolah.
Tidak hanya karena ada ular di atap kelas, kegiatan belajar mengajar juga terpaksa di pindah ke luar ruang kelas karena kondisi bangunan yang sudah lapuk. Para guru khawatir gedung itu sewaktu-waktu roboh.
"Kondisi ruangan kelas sudah sangat tidak layak, karena sudah benar-benar rapuh. Apalagi sekarang sudah masuk musim penghujan,” tambah Siti.
Dia mengakui belajar di luar halaman sangat tidak ideal untuk para siswa. "Kalau boleh jujur, sangat tidak nyaman dengan kondisi belajar seperti ini. Sebagai guru, saya juga butuh papan tulis untuk menulis, kalau seperti ini, susah untuk menjelaskannya. Tapi mau tidak mau, kita belajar seadanya seperti ini, jadi nggak enak juga belajar di luar kelas," papar Siti.
Hal senada juga dipaparkan Widya Dewi Kurniawati, siswi kelas 1 SDN Suci 05 Panti. "Saya takut masuk kelas, ada ular,” ucap gadis polos ini.
Diakuinya, belajar di halaman sekolah sangat tidak nyaman bagi para siswa. "Agak sakit karena menginjak rumput. Juga kalau menulis harus membungkuk," papar Dewi.
Pihak sekolah juga meminta bantuan kepada Pemadam Kebakaran (Damkar) Jember yang memang memiliki tupoksi salah satunya mengevakuasi hewan-hewan berbahaya seperti ular. Pihak Damkar Jember juga kesulitan dalam mengevakuasi ular-ular tersebut.
"Pertama, kita agak kesulitan mencari ular, karena ada di atas genteng, jadi kita harus kejar-kejaran. Kedua, kondisi bangunan yang sudah lapuk, jadi kita harus hati-hati mencari ular di atap bangunan ini," papar Subhan Winardi, Komandan Regu Damkar Posko Rambipuji seusai evakuasi ular pada Kamis (30/11).
Dari tiga ular yang berhasil dilihat petugas Damkar, baru satu ekor yang berhasil ditangkap. "Yang 2 ekor lepas. Sudah kita sisir, tapi tidak ditemukan," ujar Subhan.
Ular yang berhasil ditangkap merupakan jenis ular yang kerap disebut masyarakat sebagai ular koros, yakni ular tidak berbisa yang banyak ditemukan di sawah atau perkebunan.
Dari hasil analisis Damkar, penyebab atap gedung SDN Suci 5 Panti menjadi sarang ular adalah karena gedung bangunan yang sudah lapuk dan sudah waktunya diperbaiki. Selain itu, gedung sekolah juga berdempetan dengan perkebunan lebat.
"Karena pepohonan rimbun itu, daun dan rantingnya bersentuhan dengan atap gedung sekolah, sehingga bisa menjadi perantara ular untuk masuk dan bersarang di atap gedung sekolah. Karena itu, kami sarankan agar gedung sekolah ini segera diperbaiki agar tidak ambruk. Juga daun dan ranting pohon yang menyentuh gedung sekolah, agar segera ditebang. Demi keselamatan anak-anak," papar Subhan.
Harapan yang sama juga dipaparkan Kepala SD Negeri Suci 05 Panti, Martin Eni Susilowati. "Kami berharap agar ada penanganan lebih lanjut berupa perbaikan gedung sekolah dari pemerintah," ujar Eni.
Sebab, tidak hanya siswi kelas 1 saja yang kegiatan belajar mengajarnya terganggu oleh keberadaan sarang ular di atap kelas. "Kita harus membuat inovasi terkait keadaan gedung sekolah. Siswa kelas 1, 2 dan 3 terpaksa belajar di luar ruang kelas," papar Erni.
Siswa kelas 4 , 5 dan 6 disisihkan di ruang kelas yang aman. Sekolah tersebut memiliki murid yang terbilang minim. Di kelas 1 hanya ada 8 siswa, kelas 2 diisi 2 siswa, kelas 3 ada 7 siswa, kelas 4 ada 4 siswa, kelas 5 ada 13 siswa, dan kelas 6 ada 7 siswa. "Total, kami memilik 46 siswa," pungkas Eni.