Gelar Muktamar 2020, PBNU Ingin Mandiri Tak Terima Sumbangan Eksternal
Merdeka.com - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan, tidak akan meminta sumbangan dana kepada pihak eksternal, termasuk pemerintah dalam menyelenggarakan Muktamar NU mendatang. Hal ini sebagai perwujudan kemandirian NU, yakni dengan mengandalkan sumber daya yang ada di internal warganya sendiri.
"Kita sudah melarang pengurus maupun kader meminta sumbangan lewat proposal pengumpulan dana untuk pelaksanaan Muktamar NU nanti," ujar Ketua Umum PBNU, Dr KH Said Aqil Siradj saat memberikan sambutan dalam pelantikan Pengurus Cabang (PCNU) Jember pada Kamis (6/2) malam kemarin.
Pada pelantikan yang digelar di kampus Universitas Jember (Unej) itu, turut dihadiri oleh rektor Unej yang baru terpilih beberapa waktu yang lalu, Iwan Taruna. Saat melantik para pengurus PCNU beserta seluruh badan otonom (banom) dan lembaga di bawahnya, Said juga meminta seluruh jajarannya untuk bersedia bekerja demi NU tanpa dibayar.
-
Siapa pendiri NU? KH Hasyim Asy'ari merupakan tokoh penting dibalik organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Ia memprakarsai berdirinya NU pada 1926, mendapat julukan Hadratus Syekh (maha guru), sekaligus menjadi Rais Akbar NU pertama.
-
Bagaimana cara NU memperjuangkan umat Islam? Partai ini memperjuangkan kepentingan umat Islam terutama masyarakat Islam yang berada di kelas bawah.
-
Kenapa NU didirikan? Organisasi Islam yang didirikan di Surabaya ini bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
-
Siapa pendiri NU dan Muhammadiyah? Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 31 Januari 1926 di Surabaya. NU didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional sebagai reaksi atas prestasi ideologi gerakan modernisme Islam yang mengusung gagasan purifikasi puritanisme. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.
-
Siapa Ketua Umum PBNU pertama? Hasan Basri Sagipodin atau yang akrab disapa Hasan Gipo merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pertama.
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah punya pandangan berbeda? Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari. Keduanya merupakan representasi ulama nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.
Sesuai jadwal, Muktamar NU yang merupakan forum tertinggi untuk memilih Ketua Umum dan Rais Syuriah itu, akan digelar pada 22 hingga 27 Oktober 2020 di kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
Demi untuk membiayai pelaksanaan muktamar secara mandiri tersebut, PBNU secara serentak telah menggulirkan program Koin Muktamar NU. Program tersebut sudah bergulir sejak beberapa bulan lalu, serentak di seluruh pengurus NU berbagai tingkatan.
"Karena itu, kita menggagas Koin Muktamar NU. Ini menjadi dana kolektif bersama warga untuk mengumpulkannya. Saya yakin, dengan jumlah warga NU sendiri, akan cukup, bahkan akan lebih," tegas Kiai Said.
Sementara itu, Ketua PCNU Jember yang kembali dilantik, Dr KH Abdullah Syamsul Arifin, menyatakan optimismenya NU Jember mampu berkontribusi signifikan dalam pengumpulan dana mandiri tersebut.
"Kita optimistis, hingga jelang muktamar nanti, akan terkumpul dana setidaknya Rp 1 miliar dari warga NU di seluruh Indonesia. Tetapi mohon maaf, di sini koin bukan berarti uang receh. Tetapi kotak infaq," tutur pria yang akrab di sapa Gus Aab itu setengah bercanda.
Lewat program Koin Muktamar NU itu pula, salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia itu, menggagas tagline 'NU Mandiri, Indonesia Bermartabat'.
"Alhamdulillah kemarin ada pengumpulan koin Muktamar NU oleh Ansor dan Universitas Islam Jember. Diadakan di UIJ, dalam sehari terkumpul Rp20 juta," ungkap Gus Aab.
Sedangkan dalam acara pelantikan semalam, berhasil terkumpul dana Rp11 juta, hanya dari satu malam saja.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua PBNU Abdullah Latopada menegaskan wacana MLB NU diisukan hanya dari segelintir orang
Baca SelengkapnyaGus Yahya menegaskan bahwa PBNU tidak terlibat dalam dukung-mendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaGus Yahya hanya mengetahui bahwa saat ini Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Addin Jauharudin sedang berada di Vatikan.
Baca SelengkapnyaPBNU membuat larangan bagi seluruh kader meminta iuran kepada masyarakat untuk kepentingan organisasi.
Baca SelengkapnyaNorma NU sebagai organisasi dan lembaga pun tegas tidak mengizinkan sikap memberikan dukungan
Baca SelengkapnyaNahdlatul Ulama tidak ingin terlibat dalam politik praktis.
Baca SelengkapnyaKhofifah menyebut Muslimat NU hanya membangun politik kebangsaan yang hanya berorientasi pada penegakan konsensus bangsa.
Baca SelengkapnyaCak Imin juga setuju dengan pernyataan Gus Yahya pengurus PBNU tidak boleh mengatasnamakan organisasi dipimpinnya secara politik.
Baca SelengkapnyaGus Yahya menegaskan seluruh pengurus organisasinya tak boleh mengatasnamakan PBNU jika memberi dukungan politik.
Baca SelengkapnyaGus Yahya tidak melarang setiap pengurus NU mengutarakan pendapat pribadinya.
Baca SelengkapnyaCak Imin mengatakan setuju dengan PBNU tidak boleh terlibat politik praktis seperti yang disampaikan Ketum PBNU Gus Yahya.
Baca Selengkapnya