Gibran Ungkap Alasan Kebo Bule Kiai Slamet Jadi Maskot Peparnas, Ada Warna Merah Kuning
Nama Slamet yang dalam Bahasa Jawa diartikan selamat atau aman melambangkan keselamatan dan perlindungan.
Kebo Bule Kiai Slamet milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menjadi maskot Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVII 2024, yang akan diselenggarakan di Solo 6-13 Oktober 2024.
Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo serta Ketua National Paralympic Committee (NPC) Indonesia Senny Marbun hadir dalam peluncuran di Pendapi Gede Balai Kota Solo.
"Ini ada benang merahnya dengan event-event sebelumnya. Di Paragames kami menggunakan maskot Rajamala dan logonya keris. Di tahun ini Peparnas ada Kebo Bule Kiai Slamet," ujar Gibran.
Gibran berharap di setiap kegiatan terutama tingkat internasional, Kota Solo bisa menampilkan kebudayaan khas daerah.
"Harapannya karena ini logonya kebo bule, nanti acaranya bisa sukses, bisa membawa dampak ekonomi yang baik untuk Kota Solo," ungkapnya.
Di sisi lain, Gibran juga berkeinginan untuk selalu bisa menonjolkan budaya-budaya di Solo ke kancah nasional hingga internasional.
Logo Peparnas XVII 2024 terdiri dari dua simbol Burung Perkutut dan Keris Jawa. Burung Perkutut melambangkan damai, mapan, dan bahagia. Sedangkan Keris Jawa lambang berani, pahlawan dan perkasa.
Maskot Peparnas terinsipirasi dari kebo bule atau disebut Kyai Slamet yang merupakan hewan istimewa dalam tradisi di Keraton Surakarta Hadiningrat. Hewan ini menjadi simbol utama dalam upacara malam 1 Sura.
Nama Slamet yang dalam Bahasa Jawa diartikan selamat atau aman melambangkan keselamatan dan perlindungan.
Pada logo tersebut, Slamet menggunakan busana kesatria Surakarta dengan kain motif parang yang bermakna kekuatan dan pantang menyerah dalam menghadapi segala rintangan.
Slamet juga menggunakan blangkon dan samir berwarna merah kuning khas Keraton Surakarta Hadiningrat yang melambangkan penolak bala agar terhindar dari marabahaya.
Menpora Dito Ariotedjo berharap kegiatan tersebut berjalan lancar.
"Apalagi di Karanganyar sudah dibuat pusat pelatihan untuk olahraga paralimpiade. Jadi semangatnya lebih menekankan Jateng khususnya Solo Raya jadi pusat peradaban dan juga pusat olahraga paralimpik," pungkasnya.