Gus Sholah: NU Terlalu Besar untuk Diwadahi PKB
Merdeka.com - Pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, KH Solahuddin Wahid atau Gus Sholah menekankan, Nahdlatul Ulama (NU) tidak boleh hanya 'dikangkangi' oleh satu partai demi ambisi politik.
Terlebih di tahun politik seperti saat ini, partai-partai politik (Parpol) berbasis Islam, saling klaim sebagai partainya orang NU, demi mendapat dukungan suara dari Nahdliyin (sebutan warga NU).
Termasuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sekalipun, kata Gus Sholah, yang kerap menyerukan agar warga NU memilih partai besutan Muhaimin Iskandar tersebut.
-
Siapa pendiri NU Bojonegoro? Nahdlatul Ulama (NU) Bojonegoro lahir di Padangan pada tahun 1938 Masehi. Pemrakarsanya Kiai Hasyim Padangan.
-
Siapa pendiri NU? KH Hasyim Asy'ari merupakan tokoh penting dibalik organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Ia memprakarsai berdirinya NU pada 1926, mendapat julukan Hadratus Syekh (maha guru), sekaligus menjadi Rais Akbar NU pertama.
-
Siapa Ketua Umum PBNU pertama? Hasan Basri Sagipodin atau yang akrab disapa Hasan Gipo merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pertama.
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah punya pandangan berbeda? Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari. Keduanya merupakan representasi ulama nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.
-
Siapa pendiri NU dan Muhammadiyah? Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 31 Januari 1926 di Surabaya. NU didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional sebagai reaksi atas prestasi ideologi gerakan modernisme Islam yang mengusung gagasan purifikasi puritanisme. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.
-
Mengapa Zulhas berupaya keras mempersatukan NU dan Muhammadiyah? “Jadi begini, memang parpol itu fungsinya memajukan peradaban. Oleh karena itu PAN berusaha keras agar umat Islam memperkuat persatuan, bersatu walaupun berbeda,“
"NU terlalu besar untuk diwadahi PKB. Terlalu besar! Jadi dia (NU) perlu partai (lainya)," tegas Gus Sholah di acara Oase Bangsa bertema Muslim Peduli Pemilu yang digelar di Surabaya, Rabu (20/2).
Sebagai organisasi Islam terbesar di Tanah Air, tegas Gus Sholah, NU harus bisa menyalurkan kader-kadernya di berbagai Parpol. "Jadi di Demokrat banyak, di Golkar banyak, di PPP banyak, di PKB juga ada. Rasanya tidak ada masalah. Jadi memang tidak harus seperti itu (NU hanya diwadahi satu Parpol)."
Adik kandung almarhum Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) ini juga menandaskan, jika ada seruan untuk memilih salah satu Parpol, itu tidak dibenarkan, karena bisa mengecilkan posisi NU di mata warganya.
Seperti kasus Pilgub Jawa Timur 2018 contohnya, Gus Sholah menyebut bahwa Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj sempat menyerukan agar warga NU memilih Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
"Dulu waktu pemilihan gubernur ya, (ada) video Pak Said itu, kemudian menyatakan warga NU harus memilih Saifullah Yusuf, nyatanya kan gak diikuti," ungkapnya.
Mayoritas warga NU kala itu, khususnya NU kultural, justru memilih Khofifah Indar Parawansa yang sekarang sudah resmi menjadi gubernur Jawa Timur, ketimbang mengikuti instruksi PBNU. "Ya iya, itu fakta," tegasnya.
Namun, NU tidak pernah belajar dari Pilgub Jawa Timur, dan kembali mengulang di Pemilu 2019 dengan menyerukan agar warga NU memilih KH Ma'ruf Amin, yang menjadi Cawapres dari calon petahana, Joko Widodo (Jokowi).
"NU tidak boleh berpolitik praktis. Kalau warga NU memilih Pak Ma'ruf Amin itu wajar-wajar saja gitu lho, tidak perlu harus dikatakan warga NU harus memilih Pak Ma'ruf Amin oleh struktur NU, itu yang tidak benar. (Termasuk memilih prabowo) ya silakan saja," tandas Gus Sholah.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PBNU sudah menyimpang terlihat dari upaya mengambil PKB, padahal ormas.
Baca SelengkapnyaMusyawarah Luar Biasa (MLB) PBNU untuk melakukan pergantian pengurus sangat mungkin terjadi.
Baca SelengkapnyaGus Choi secara singkat sempat menyinggung atau mengungkit sejarah berdirinya partai yang kini dipimpin Muhaimin Iskandar.
Baca SelengkapnyaGus Choi memenuhi panggilan PBNU terkait perseteruan antara PBNU dengan PKB yang dipimpin Muhaimin Iskandar.
Baca SelengkapnyaCak Imin mengatakan setuju dengan PBNU tidak boleh terlibat politik praktis seperti yang disampaikan Ketum PBNU Gus Yahya.
Baca SelengkapnyaGus Yahya menegaskan seluruh pengurus organisasinya tak boleh mengatasnamakan PBNU jika memberi dukungan politik.
Baca SelengkapnyaCak Imin juga setuju dengan pernyataan Gus Yahya pengurus PBNU tidak boleh mengatasnamakan organisasi dipimpinnya secara politik.
Baca SelengkapnyaGus Yahya mengakui hubungan PBNU dan PKB memang tidak erat. Alasannya, PBNU menganggap semua kelompok sama.
Baca SelengkapnyaMubes Alim Ulama NU menyerukan Muktamar Luar Biasa (MLB) Nahdlatul Ulama sebagai sarana koreksi langkah PBNU hasil Muktamar Lampung.
Baca SelengkapnyaJazilul memastikan jika PKB disebutnya sebagai alat perjuangan politik warga Nahdliyin yang disebutnya hari ini namanya semakin besar.
Baca SelengkapnyaPresidium Penyelamat Organisasi NU (PPONU) hasil Mubes Alim Ulama NU menyerukan Muktamar Luar Biasa (MLB) untuk mengevaluasi PBNU hasil Muktamar Lampung.
Baca SelengkapnyaGas Yahya meminta calon pemimpin akan berkontestasi tidak menjual embel-embel NU dan agama demi meraih suara.
Baca Selengkapnya