Ibu dan 2 Anaknya Tewas Usai Santap Ikan Buntal, Ini Penjelasan Ahli Gizi
Gejala awal keracunan ikan buntal dapat dirasakan pada beberapa jam.
Ikan buntal sebenarnya tetap mengandung protein seperti ikan pada umumnya.
Ibu dan 2 Anaknya Tewas Usai Santap Ikan Buntal, Ini Penjelasan Ahli Gizi
Seorang ibu dan dua balita di Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku dikabarkan tewas setelah memakan ikan buntal pada Selasa (5/3).
Lenny Latuperissa (28) bersama kedua anaknya yaitu Keisya Berhitu (5) dan Chrismen Berhitu (2) mengonsumsi ikan buntal yang telah digoreng sejak semalam, kemudian ketiganya merasakan gejala badan lemas.
"Istri saksi sempat menyuruh suaminya saksi Steven untuk segera membawa mereka ke rumah sakit karena selain merasa lemas, mulut dan kerongkongan juga terasa sakit," jelas Kapolsek Saparua, AKP Yopy Walalayo. Setelah keluhan tersebut, korban dilarikan ke RSUD Saparua pada pukul 10.00 WIT namun mereka harus menghembuskan nafas terakhir pada sekitar 12.00 WIT.
Ikan buntal sendiri dapat ditemui di laut, air payau, dan air tawar. Ikan yang berbentuk seperti gelembung itu merupakan ikan beracun yang harus dibersihkan secara menyeluruh sebelum dikonsumsi agar tubuhnya aman untuk dihidangkan. Ikan buntal mendapatkan racun di tubuhnya karena makanan seperti ubur-ubur, alga, dan spons yang mereka konsumsi.
Menurut Dokter Raissa selaku ahli gizi, ikan buntal sebenarnya tetap mengandung protein seperti ikan pada umumnya.
"Meskipun mengandung protein, tetapi ikan buntal juga mengandung racun tetrodotoksin (TTX) yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian," jelasnya pada merdeka.com pada Kamis (7/3).
Bagian paling beracun dari tubuh ikan buntal adalah hati, sedangkan bagian lain seperti ovarium, testis, usus, dan kulit juga mengandung racun walaupun kadarnya lebih sedikit. Gejala yang dialami korban juga sejalan dengan keterangan Dokter Raissa.
"Gejala keracunan TTX adalah mati rasa di sekitar mulut dan bibir, mual dan muntah, diare, pusing, kelemahan otot, kelumpuhan, kesulitan bernapas, kematian," ungkapnya lebih lanjut.
Gejala awal keracunan ikan buntal dapat dirasakan pada beberapa jam atau 30 menit setelah mengonsumsi, bahkan pada beberapa kasus gejala bisa terindikasi lebih cepat pada 10 menit pertama. Untuk mengonsumsinya, Dokter Raissa membagikan tips penyajian yang tepat agar ikan buntal bisa aman dari racun.
"Untuk mencegahan keracunan TTX, hanya konsumsi bagian yang aman, jangan makan ikan buntal kecuali diolah oleh koki yang memang bersertifikat khusus, pastikan sebelum dikonsumsi dibersihkan dengan benar oleh yang berpengalaman, masak dengan benar, jangan makan ikan buntal jika tidak yakin dengan keamanannya," tuturnya.
Keamanan dalam mengolah ikan buntal sangat perlu diperhatikan.
Bahkan di negara Jepang, koki atau pihak yang berperan memasak vertebrata beracun itu harus memiliki sertifikat khusus, juga ada beberapa tes yang harus dilalui sang koki agar lolos dalam setifikasi itu.
Sebelumnya, ikan buntal juga pernah menewaskan satu keluarga di Banyuwangi pada tahun 2020 lalu. Ketiga korban keracunan ikan buntal akibat ketidaktahuan mereka terkait sifat beracun dari ikan yang ditangkap dari hasil memancing.