Imbas Foto Tertukar, Caleg di Wonogiri Meradang dan Dukun Bertindak
Merdeka.com - Pemilu sudah usai, gerakan 'baikan dong' juga sudah bergaung. Tetapi itu tak menghentikan kejengkelan sejumlah calon legislatif yang gagal. Upaya Caleg kalah terus dilakukan agar bisa lolos menjadi anggota dewan.
Di Wonogiri, tiga calon legislatif dari Partai Berkarya sudah gelisah sebelum Pemilu berlangsung. Mereka mendapatkan informasi bahwa nama dan foto-foto Caleg dari Partai Berkarya itu tertukar.
Kesalahan ada pada daftar caleg tetap (DCT) yang tertempel di TPS. Menurut Suwoso, Ketua DPD Partai Berkarya Wonogiri, kesalahan cetak DCT ada di Dapil V. Kesalahan berupa nama dan foto Caleg Partai Berkarya di dalam DCT.
-
Siapa saja caleg petahana yang gagal di Pemilu? Sederet petahana calon legislatif (caleg) yang sempat menimbulkan kontroversi di DPR terancam tak lolos parlemen pada Pemilu 2024. Hal itu diprediksi dari rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024 tingkat nasional yang telah disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
-
Kenapa caleg terpilih harus mundur? Hal itu sesuai dengan UU Pilkada bahwa anggota DPR, DPD dan DPRD yang mendaftar sebagai calon kepala daerah harus mengundurkan diri dari jabatannya.
-
Apa itu Sengketa Pemilu? Sengketa Pemilu adalah konsekuensi yang mungkin terjadi dalam sistem penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Walaupun sistem sudah dirancang sebaik mungkin, kemungkinan pelanggaran yang bisa mencederai kualitas Pemilu masih bisa terjadi.
-
Siapa aja yang stres berat pasca pemilu? Setidaknya ada 10 orang yang terdiri dari timses dan panitia Pemilu (KPPS/PPS/PPK) di Ponorogo yang terindikasi stres berat.
-
Apa yang dialami caleg gagal di Cirebon? Caleg dan tim sukses yang datang untuk berobat kebanyakan sudah mengeluarkan modal banyak untuk terlibat di pemilu 2024 ini, namun tetap gagal hingga depresi.
-
Apa itu Pemilu? Pemilu adalah sarana penyelenggaraan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
"Ada tiga Caleg yang mengalami kesalahan penempatan nama dan foto, yakni Sariman, Suharni dan Asep Zaenudin Sutomo. Di salah satu TPS, nama Sariman dipasangi foto Suharni, Suharni dipasang foto Asep, sementara foto asep dipasangi foto non-Caleg," kata Suwoso, Senin (24/4).
Ketika audiensi dan protes, KPU berjanji akan segera memperbaiki kesalahan penempatan foto itu. Tetapi hingga pelaksanaan Pemilu ternyata tidak diganti juga. Bahkan nama Caleg kemudian ditimpa pulpen untuk meralat nama agar sesuai fotonya.
"Pertanyaan kami, kenapa kesalahan itu hanya terjadi di DCT yang tertempel di TPS. Sementara DCT yang tertempel di kecamatan atau desa benar semuanya. Ini salah satu penyebab Caleg kami kalah," kata Suwoso.
Kekhawatiran para politisi Partai Berkarya seakan menemukan pembenaran. Data perolehan suara mereka jeblok. Tak pelak mereka menyalahkan KPU dan akhirnya berunjuk rasa.
Beberapa orang sepuh mengenakan pakaian serba hitam menabur bunga, membakar kemenyan dan merapal doa. Aksi dilakukan Senin (22/4) di depan kantor KPU Kabupaten Wonogiri.
Dari kerumunan serba hitam itu, muncul pria berbaju hijau seragam Ansor. Ia mengenakan sarung dan peci. Ia pun menggelar salat.
"Namanya ikhtiar mas," kata salah satu yang mengenakan baju hitam.
Ia tak bersedia bicara lebih jauh, ikhtiar apa yang dimaksud. Ia malah mempersilakan untuk bertanya kepada yang memintanya menggelar ritual.
Sementara itu Ketua Gerram (Gerakan Relawan Adil dan Makmur) Jateng DIY, Irene Maya Sadar Indah yang juga Caleg DPRI Dapil IV Jateng Partai Berkarya, mengaku mendukung aksi tersebut. Pihaknya mendukung hal itu untuk kedamaian.
"Saya mendukung aksi ini. Caleg Partai Berkarya yang dirugikan dengan kesalahan Caleg itu seperti Pak Sariman meminta kesalahan dibenahi dan minta dibetulkan. Semua permasalahan sudah berakhir di sini, yang penting kesalahan bisa dibetulkan," kata Irene.
Praktik perdukunan berkedok unjuk rasa itu direspons Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Wonogiri. Respons berfungsi untuk klarifikasi kepada publik karena salah satunya mengenakan seragam Ansor.
Ketua GP Ansor Wonogiri, Sri Handoko menegaskan, bahwa pihaknya sudah mengetahui identitas sosok yang salat dengan seragam Ansor itu. Namanya Sunarto dan ia bukan anggota apalagi pengurus GP Ansor Wonogiri.
"GP Ansor Wonogiri selalu siap menjaga dan mendukung tugas-tugas KPU dan Bawaslu agar stabilitas keamanan di Kabupaten Wonogiri kondusif. Tapi tidak dengan cara seperti itu," kata Sri Handoko.
Berdasarkan penelusuran, Sunarto memang asli kelahiran Kecamatan Pracimantoro namun tinggal di Kabupaten Demak.
Menurut Sri Handoko, posisi Sunarto kini berada di Kota Semarang. Dia juga sudah diminta pertanggungjawaban atas aksi itu dalam waktu 1×24 jam.
"Jika dalam waktu 1×24 jam tidak ada klarifikasi dari yang bersangkutan, kami akan mencari dan tabayun tentang maksud dan tujuan mengenakan seragam Ansor," katanya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa Caleg yang diduga tak meraup suara banyak pun mengalami kekecewaan.
Baca SelengkapnyaBagi sebagian orang hal ini tak masuk akal, tapi pelaku mengaku jalur klenik merupakan bagian dari usaha memenangkan Pemilu
Baca SelengkapnyaKantor Bawaslu DKI Jakarta DKI Jakarta menjadi sasaran aksi protes dugaan kecurangan Pemilu 2024, pada Kamis (7/3).
Baca SelengkapnyaBawaslu Kota Semarang memproses dua pelanggaran pemilu Caleg berupa money politic di Kecamatan Tembalang dan Kecamata
Baca SelengkapnyaVideo seorang Caleg kehilangan kendali. Terdengar suara teriakan yang seolah menjadi lambang jeritan hatinya.
Baca SelengkapnyaSaat ditegur, pelaku malah menghajar korban serta petugas KPPS
Baca SelengkapnyaPadepokan Anti Galau milik ustaz kondang asal Cirebon, Jawa Barat, Ujang Bustomi belakangan ramai didatangi caleg dan tim sukses yang gagal di masa pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaKerusuhan terjadi di Bima, sejumlah kotak suara dibakar
Baca SelengkapnyaCaleg dan tim sukses yang datang untuk berobat kebanyakan sudah mengeluarkan modal banyak untuk terlibat di pemilu 2024 ini, namun tetap gagal hingga depresi.
Baca SelengkapnyaMahasiswa merusak baliho dan spanduk kampanye itu karena kecewa caleg hanya menebar janji palsu setiap 5 tahun sekali, tepatnya menjelang pemilu.
Baca SelengkapnyaMereka memprotes atas pencurian dan penggelembungan suara yang diduga dilakukan rekan satu partai di dapilnya yaitu Daerah Pemilihan 8 Provinsi DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial adanya sejumlah APK berbentuk baliho yang terlihat terpasang di trotoar yang mengganggu pejalan kaki.
Baca Selengkapnya