Kapal Rakyat Tua Membawa Petaka di Malut
Merdeka.com - Tenggelamnya Kapal Motor (KM) Cahaya Arafah di perairan Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Provinsi Maluku Utara (Malut) (18/8). Akibatnya, 11 penumpangnya meninggal.
Tragedi itu kecelakaan laut KM Cahaya Arafah itu mendorong pemerintah daerah Halsel untuk mencari solusi agar musibah serupa tidak terulang di masa mendatang.
Cahaya Arafah tenggelam dalam pelayaran dari Ternate ke sejumlah pulau dan daerah pesisir di wilayah Gane Barat, Kabupaten Halsel.
-
Dimana kapal itu tenggelam? Kapal penangkapan ikan KM Dewi Jaya 2 yang mengangkut 37 orang dari Muara Baru, Jakarta tujuan Lombok, Nusa Tenggara Barat tenggelam di perairan Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan (Sulsel).
-
Siapa korban tenggelamnya kapal di Korsel? Tujuh pekerja migran Indonesia (PMI) menjadi korban atas tenggelamnya kapal di Korea Selatan.
-
Kapan kapal tersebut tenggelam? Lempengan-lempengan yang diukir dari marmer Purbeck ini merupakan muatan kapal karam bersejarah tertua di Inggris yang tenggelam di lepas pantai Dorset pada masa pemerintahan Henry III di abad ke-13, seperti dikutip dari Ancient Origins, Jumat (14/6).
-
Kapal apa yang tenggelam di Selayar? Kapal penangkapan ikan KM Dewi Jaya 2 yang mengangkut 37 orang dari Muara Baru, Jakarta tujuan Lombok, Nusa Tenggara Barat tenggelam di perairan Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan (Sulsel).
-
Kapan kapal itu tenggelam? Kapal yang berpenumpang 37 orang dan bermuatan ikan ini dikabarkan terbalik saat mengalami cuaca buruk di Perairan Selayar,' ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Selasa (12/3).
Kapal rakyat berkapasitas 110 tonase kotor (gross tonnage/GT) dengan memiliki panjang kapal 23,78 meter, lebar kapal 4,90 meter dan area dalam kapal seluas 1,75 meter karam di lautan.
Sekretaris Kabupaten Halsel, Saiful Turuy menyebut pengadaan kapal baru yang representatif untuk melayani jalur pelayaran Ternate - Gane Barat sebagai salah satu solusi. Saat ini pemkab tengah mengupayakan agar kecelakaan tak lagi terulang.
Kapal baru tersebut diupayakan minimal sama dengan kapal yang selama ini beroperasi di jalur pelayaran Ternate – Babang, Ibu Kota Halsel, karena kapal yang melayani jalur utama yang menghubungkan Ternate dengan Halsel itu. Selain memuat penumpang dan barang lebih banyak, juga mampu menahan gelombang besar.
Pemkab Halsel akan menjalin kerja sama dengan pelaku usaha transportasi laut untuk pengadaan kapal baru tersebut. Untuk menarik minat pelaku usaha transportasi laut, Pemkab Halsel akan memberikan berbagai kemudahan, termasuk kemungkinan pemberian insentif subsidi.
Solusi lain yang diupayakan Pemkab Halsel untuk mencegah terulangnya kecelakaan laut di jalur pelayaran Ternate–Gane Barat, termasuk di jalur pelayaran lainnya di wilayah Halsel, menurut Saiful, adalah memperbanyak jalur layanan kapal fery.
Pemkab Halsel bersama Pemprov Malut akan mengusulkan ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk mengalokasikan anggaran pembangunan dermaga fery dan pengadaan kapal fery di Halsel. Terutama pada jalur pelayaran yang selama ini hanya dilayani kapal rakyat berukuran kecil, namun mobilitas penumpangnya sangat tinggi.
Pembenahan jalur jalan menghubungkan wilayah Gane Barat dengan Sofifi, Ibu Kota Provinsi Malut, akan diupayakan agar masyarakat di Gane Barat ingin ke Ternate bisa menggunakan jalur darat melalui Sofifi dan kemudian melanjutkan dengan kapal fery ke Ternate, jika ada hambatan angkutan laut dari Gane Barat ke Ternate atau sebaliknya.
Masyarakat Gane Barat selama ini sangat bergantung dengan angkutan laut yang menghubungkan wilayah itu dengan Ternate, karena semua hasil pertanian dan perikanan setempat dipasarkan di Ternate.
Begitu pula berbagai kebutuhan pokok dan barang, terutama hasil industri untuk daerah setempat didatangkan dari Ternate.
Tol Laut
Kantor Kesyahbandaraan dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Ternate, juga terdorong untuk mengupayakan agar musibah kecelakaan laut di jalur pelayaran Ternate – Gane Barat tidak terulang, di antaranya dengan cara mengupayakan jalur pelayaran itu masuk dalam program tol laut.
Kalau jalur pelayaran tersebut masuk dalam program tol laut, maka nantinya ada kapal perintis yang secara rutin melayani pelayaran antar-kedua daerah, seperti yang kini terlihat pada sejumlah jalur pelayaran antar-pulau di Malut, diantaranya Ternate – Batang Dua yang dilayani kapal perintis KM Sabuk Nusantara.
Upaya lain yang dilakukan KSOP Ternate untuk mencegah terjadinya lagi kecelakaan laut di jalur pelayaran Ternate-Gane Barat, termasuk di jalur pelayaran lainnya di wilayah Malut, menurut KSOP Ternate, Agustinus sebagai upaya meningkatkan pengawasan terhadap setiap kapal yang berangkat dari pelabuhan.
Pengawasan itu mencakup kondisi kelaikan kapal, baik fisik kapal maupun mesin, kelengkapan alat pelampung dan navigasi, kapasitas penumpang dan kondisi cuaca di perairan.
Khusus untuk mengetahui kondisi cuaca di perairan Malut, KSOP Ternate selalu berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sultan Baabullah Ternate dan jika kondisi perairan Malut sangat berbahaya untuk kegiatan pelayaran, maka KSOP tidak akan mengizinkan kapal berlayar sampai kondisi aman.
Namun, Agustinus mengakui, pengawasan itu tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya di seluruh wilayah Malut, karena banyak dermaga kecil di wilayah pesisir dan pulau-pulau yang tidak memiliki petugas dari KSOP, padahal dermaga kecil itu selalu menjadi tempat pemberangkatan kapal rakyat.
Oleh karena itu, KSOP mendorong peran pemerintah daerah setempat, seperti camat, kepala desa dan aparat TNI/Polri untuk membantu mengawasi kapal yang akan berlayar dari dermaga setempat, terutama saat kondisi di perairan sedang mengalami cuaca buruk.
Kesadaran dari pemilik kapal sangat diharapkan selalu perhatikan kondisi kelaikan kapalnya, termasuk alat pelampung, navigasi dan kapasitas penumpang, begitu pula masyarakat tidak memaksakan diri untuk menggunakan kapal yang dinilai tidak aman untuk berlayar.
Bahkan, KSOP terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk sebelum berlayar harus membeli tiket dan memastikan terdaftar dalam manifest serta melihat kondisi cuaca, jika kondisi gelombang laut tidak baik, sebaiknya tidak memaksakan diri untuk berlayar.
Pemerhati transportasi laut di Malut, Ahmad Muale menyarankan Pemprov Malut dan seluruh pemerintah kabupaten/kota untuk lebih perhatikan penyediaan transportasi laut yang aman dan layak, karena Malut sebagai provinsi kepulauan mayoritas masyarakat melakukan perjalanan menggunakan transportasi laut.
Musibah tenggelamnya, KM Cahaya Arafah merupakan musibah yang kesekian kali menimpa angkutan laut di Malut dan itu seharusnya menjadikan momentum untuk membenahi secara menyeluruh angkutan laut di Malut, terutama masih menggunakan kapal rakyat berukuran kecil dan berumur tua, karena kalau tidak maka tak tertutup kemungkinan musibah serupa akan terulang.
Sejumlah pemkab di Malut selama ini, mengalokasikan anggaran miliaran rupiah untuk mensubsidi angkutan udara yang masuk ke daerahnya, jadi seharusnya melakukan hal serupa terhadap angkutan laut agar pelaku usaha transportasi laut mampu sediakan angkutan laut yang representatif, apalagi angkutan laut ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat akar rumput.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak yang mengirimkan doa dan berbelasungkawa kepada korban dan keluarga. Demikian juga dengan Penjabat Gubernur, Bahtiar Baharuddin.
Baca SelengkapnyaPenyebab kapal tenggelam diduga akibat kelebihan muatan penumpang
Baca SelengkapnyaAda dua penumpang atas nama Hasmira dan Mariana meninggal dunia akibat tidak bisa berenang.
Baca SelengkapnyaNakhoda dan ABK langsung dibawa ke Polres Tapanuli Tengah untuk diminta keterangannya.
Baca SelengkapnyaPencarian terhadap korban tenggelam telah ditutup.
Baca SelengkapnyaPenumpang perahu penyeberangan menyeberang usai menghadiri HUT Kabupaten Buton Tengah.
Baca SelengkapnyaTim SAR gabungan menemukan seorang penumpang KM Yuiee Jaya II yang tenggelam di Perairan Kabupaten Kepulauan Selayar dalam keadaan selamat.
Baca SelengkapnyaSaat ini, tim gabungan masih mencari tiga korban hilang.
Baca SelengkapnyaKapal mengangkut 42 orang penumpang dan 16 orang Anak Buah Kapal (ABK).
Baca SelengkapnyaSebanyak 11 anak buah kapal (ABK) akhirnya ditemukan selamat setelah sempat terombang-ambing di Selat Malaka. Mereka ditemukan nelayan yang melintas.
Baca SelengkapnyaKeseluruhan korban meninggal dunia setelah dilakukan identifikasi di Puskesmas Mawasangka Timur.
Baca SelengkapnyaTenggelamnya kapal penyeberangan di Buton Tengah mengakibatkan 15 orang tewas. Diduga kapal tersebut kelebihan muatan seusai merayakan HUT
Baca Selengkapnya