Kekecewaan Wakil Bupati 200 ekor hiu 'diambil' dari perairan Berau
Merdeka.com - Wakil Bupati Berau Agus Tantomo menyatakan kekecewaan karena sekitar 200 ekor hiu dari perairan Berau ditahan di Balai Karantina Tarakan. Hiu tersebut, lanjut Agus, merupakan hasil tangkapan dari nelayan yang dijual ke pengusaha di Tarakan, Kalimantan Utara.
"Hampir 200 ekor hiu. Kesulitan kita, disebutkan hiu-hiu itu bukan dari Berau, saya diminta membuktikannya dari Berau. Dua hari lalu, sebagian hiu-hiu itu sudah dikirim keluar Tarakan," kata Agus dalam perbincangan bersama merdeka.com, Senin (27/3).
Agus menegaskan, akan menuntut pengusaha tersebut jika dirinya bisa membuktikan hiu tersebut berasal dari perairan Berau. Atas tuduhan, lanjut Agus, pemalsuan dokumen.
-
Kemana ikan Tarakan dijual? Ikan pepija nantinya bakal dijual ke kawasan Tawau, Balikpapan, Berau hingga kota-kota lain di luar Kota Tarakan.
-
Bagaimana ikan di Pasar Ikan Tawang didapat? Di sana pula terdapat aktivitas bongkar muat para nelayan yang habis melaut, dan aktivitas pelelangan ikan dari nelayan ke para tengkulak atau juragan.
-
Bagaimana cara nelayan Tarakan meningkatkan ekonomi? Dia menambahkan, selain perlindungan sosial, mereka juga mendapatkan beragam kegiatan yang menjadi langkah perbaikan ekonomi nelayan. Program- tersebut sesuai dengan Undang Undang No 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam.
-
Bagaimana nelayan menangkap Ikan Tuhuk? Biasanya, para nelayan menangkap dengan cara memancing, apabila menggunakan jaring justru meruskanya.
-
Dimana Ikan Kapal Burak dijual? Sebagai salah satu daerah yang berada di pesisir Pantura, Brebes memiliki kuliner Bahari yang pantang dilewatkan. Salah satunya adalah kuliner Ikan Kapal Burak.
-
Bagaimana cara hiu ini berburu? Dengan ekor panjangnya, mereka memiliki keahlian menggembalakan ikan sebelum secara efektif menggunakan ekornya untuk membuat ikan pingsan dan mengambilnya sebagai mangsa.
"Saya bilang dengan Badan Karantina Tarakan, kalau diklaim hiu itu bukan dari Berau, ya saya tidak bisa apa-apa. Tapi kalau kemudian hari, bisa saya buktikan hiu dari Berau, saya akan lakukan tuntutan hukum ke pengusahanya, karena sudah pemalsuan dokumen ya," ujar Agus.
Agus menerangkan, sejak awal Februari 2017 lalu, Balai Karantina Tarakan, tidak menanyakan kepada pengusaha, hal ihwal asal hiu yang mereka sita.
"Balai karantina tidak bertanya ke nelayan. Yang ditanya cuma pengusahanya itu. Ada petisi yang sudah kita buat, dalam waktu dekat saya juga akan bersurat ke kementerian. Sebab, dalam petisi sebelumnya, saya berharap ada kebijakan pelarangan buru hiu secara nasional," terang Agus.
Agus kembali mengingatkan, perburuan hiu di perairan termasuk perairan Berau, merugikan negara. "Karena, hiu itu dipindahkan ke negara lain. Artinya biota dan objek wisata kita, jadinya ke negara lain. Yang rugi kan negara, harusnya kan yang ambil kebijakan itu negara, bukan Wakil Bupati seperti saya," tegasnya.
"Respons kementerian belum ada. Karantina kan bagian kementerian ya, mereka dukung, tapi membuktikannya kesulitan kalau itu dari Berau. Nah, kalau keputusan larangan buru hiu berlaku nasional, mau bagaimana pun, di semua lokasi dilarang," jelasnya lagi.
Diketahui, sejak Agustus 2016 lalu, sekitar 270 hiu ragam jenis, dijual ke luar negeri. Pada Februari 2017 lalu, sekitar 70 hiu tertahan di Tarakan dan terus bertambah, saat hendak dikirim ke Denpasar, untuk selanjutnya dikirim ke luar negeri.
Dari pengusaha Tarakan, rata-rata hiu itu dibeli dengan harga Rp 4 juta-Rp5 juta per ekor dari nelayan di perairan Berau. Agus Tantomo lalu membuat petisi ke Kementerian Perikanan dan Kelautan, pada Sabtu (11/3), agar pemerintah segera bertindak melindungi biota perairan Berau.
"Awalnya 70 kan diklaim pengusaha dari Berau. Kenapa sekarang ribut, malah dokumennya diubah hiu itu bukan dari Berau?" pungkas Agus. (mdk/ded)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasil tangkapan nelayan Dadap mengalami penurunan drastis akibat gencarnya pembangunan di pesisir utara Jakarta.
Baca SelengkapnyaBaru buaya titipan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang berukuran 3 sampai 5 meter setelah lepas dari penangkaran ditangkap.
Baca SelengkapnyaSaat terjaring pukat, hiu itu tidak melawan, malah tampak seperti bermain-main dengan nelayan.
Baca SelengkapnyaBelum diketahui berapa total buaya kabur, namun dipastikan sudah ada 3 ekor yang berhasil ditangkap
Baca SelengkapnyaTiga warga di Desa Terusan Laut, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, nekat beternak buaya dalam rumah mereka.
Baca SelengkapnyaKKP menyerahkan dua kapal ikan barang milik negara yang berasal dari barang rampasan ke nelayan Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaSaat ini, buaya tersebut telah diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Baca SelengkapnyaSeekor ikan Hiu Tutul ditemukan mati terdampar di pantai selatan Munggangsari, Purworejo pada Rabu (16/8) siang.
Baca SelengkapnyaSeekor hiu abu-abu dengan cincin besi menjerat tubuhnya terlihat di dekat Seal Rock, New South Wales, Australia, pekan lalu.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, buaya ini dipelihara oleh sosok pencinta satwa.
Baca SelengkapnyaNilai tukar nelayan belum mencapai angka yang signifikan sehingga mereka masih belum sejahtera.
Baca SelengkapnyaSeorang nelayan bernama Samaun, asal Pangkah Wetan saat dikonfirmasi membenarkan keberadaan buaya muara di perairan Ujungpangkah Kabupaten Gresik.
Baca Selengkapnya