Kemenag: Produk Halal Bukan soal Agama Saja
Tak hanya makanan, produk halal juga sudah menjadi gaya hidup bagi konsumen. Misalnya seperti kosmetik.
Tak hanya makanan, produk halal juga sudah menjadi gaya hidup bagi konsumen. Misalnya seperti kosmetik.
Kemenag: Produk Halal Bukan soal Agama Saja
Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama Muhammad Aqil Irham menjelaskan, bahwa produk halal bukan soal agama saja.
Menurutnya, menjual produk halal juga memerlukan unsur kualitas dan kesehatan.
Aqil mengungkapkan, hal ini yang masih menjadi tantangan berat agar Pedagang Kaki Lima (PKL) mau memiliki sertifikasi halal.
Sedangkan, hal ini berbeda dengan restoran yang memandang produk halal juga sebagai branding image, pemasaran, dan kepercayaan konsumen.
"Kalau halal bagi orang luar maupun Korea, Jepang, halal itu bukan soal agama, isunya bukan soal agama, soal industri, market, soal keuntungan, branding image, kesehatan, kualitas, trust kepercayaan dari konsumen, itu halal bagi pelaku usaha menengah besar perusahaan-perusahaan besar yang sudah bersitifikat halal," kata Aqil.
Tak hanya makanan, kata Aqil, produk halal juga sudah menjadi gaya hidup bagi konsumen. Misalnya seperti kosmetik. "Lah bagi usaha mikro kayak PKL yang di jalan jalan itu mereka ini masih menganggap ini soal agama, belum tahu value, competitive itu gak paham, kemudian ini hanya soal agama," ucapnya. Aqil mencontohkan sikap para PKL yang belum terliterasi tentang produk halal. Menurutnya, mereka cuma menilai apa yang dijualnya sudah diketahui orang bahwa halal untuk dikonsumsi.
"Kenapa soal agama, 'ngapain gue repot-repot ngurus hal ini kan jelas halal ini ngapain lagi ditulis halal', nah itu kan isunya hanya soal agama itu, ini sudah halal ngapain bakso, ayam kok, bakso sapi, daging sapi, halal, ngapain disertifikat halal."
Kepala BPJPH Kementerian Agama Muhammad Aqil Irham
Merdeka.com
Sementara, hal itu berbeda dengan restoran yang misalnya menjual daging Wagyu dan sudah bersitifikat halal. Selain makanannya berkualitas tinggi, mereka bisa menarik kepercayaan masyarakat dengan branding.
"Tapi bagi orang, apa namanya daging merah Jepang itu namanya, wagyu itu kan kualitas tinggi, walaupun kualitas tinggi dia pastikan ini halal karena ini soal branding, bapak bapak saya sebut daging aja sudah tahu semua kan, sudah tahu daging merah wagyu itu sudah paham," terangnya. "Sementara yang jual sate, rawon, soto Lamongan ini menganggap ini kan sudah halal, 'saya kan motongnya baca bismillah, ngapain lagi nulis halal', itu problemnya. Makanya kayak kita edukasi terus menerus," pungkas Aqil.