Kepala BNPT ingatkan bahaya paham radikal ke mahasiswa baru
Merdeka.com - Mahasiswa baru masih labil dan memiliki keingintahuan tinggi sangat rentan disusupi radikalisme dan terorisme. Bila tidak dibentengi para generasi penerus bangsa ini bisa saja terjerumus ke dalam paham-paham yang merusak tersebut.
Untuk itu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius meminta perguruan tinggi harus memberikan program khusus penguatan nasionalisme dan kebangsaan serta pembekalan tentang radikalisme dan terorisme di masa orientasi.
"Para mahasiswa baru adalah masa depan Indonesia, orang-orang pintar, kalian jadi target. Ini karena anak-anak muda yang masih labil, rasa ingin tahu yang tinggi sehingga jadi sasaran brain washing. Kalian harus hati-hati. Persiapkan diri kalian dengan baik, karena bangsa ini ke depan kalian yang akan pimpin," ujar Suhardi kepada merdeka.com, Kamis (9/8).
-
Siapa yang berisiko mengalami keterbelakangan mental? Orang yang memiliki riwayat kelainan genetik pada keluarganya, bisa melakukan tes genetik sebelum pembuahan.
-
Apa yang terjadi pada mahasiswa tersebut? Mahasiswa bernama Alwi Fadli tewas ditikam oleh pria inisial P (23) yang hendak menyewa kekasihnya terkait prostitusi online.
-
Apa yang membuat gen z dan milenial rentan terhadap investasi bodong? Generasi ini, kata Friderica merupakan kelompok yang rentan secara finansial dengan gaya hidup yang lebih banyak menghabiskan uang untuk kesenangan dibanding menabung maupun berinvestasi.
-
Siapa yang terpengaruh kenakalan remaja? Remaja adalah aset bangsa yang seharusnya dibina dan diarahkan menuju masa depan yang cerah.
-
Apa saja perilaku kenakalan remaja? Kenakalan remaja bisa berbentuk kenakalan biasa, seperti berkelahi, keluyuran, membolos sekolah atau pergi dari rumah tanpa pamit.
-
Kenapa muda-mudi terjaring razia? Petugas juga memergoki pemuda bersama 2 orang wanita dalam satu kamar.
Suhardi memberikan pembekalan kepada 5.800 lebih mahasiswa baru di Universitas Andalas (Unand) dan 3.000 lebih mahasiswa baru di Universitas Negeri Padang (UNP), Padang, Sumatera Barat, kemarin.
Mantan Kabareskrim Polri ini menjelaskan pentingnya ada program khusus dari Universitas atau Perguruan Tinggi pada masa orientasi mahasiswa. Program itu berupa penguatan jiwa nasionalisme dan kebangsaan serta pembekalan terhadap paham radikal terorisme.
"Semua perguruan tinggi harus mengalokasikan pola untuk mengundang, siapapun itu untuk memberikan pemahaman dalam pencegahan bahaya radikalisme di lingkungan kampus dan harus terstruktur seluruhnya. Apakah perguruan tinggi negeri, swasta, di awal-awal penerimaan mahasiswa baru sebaiknya diprogramkan untuk diisi dengan ceramah-ceramah terkait pencegahan radikal terorisme," ujar alumni Akpol tahun 1985 ini.
Suhardi juga menyampaikan materi-materi yang harus dipahami para mahasiswa juga para tenaga pendidik dan semua civitas akademika. Ia menjelaskan pentingnya pemahaman terhadap makna kata radikal.
"Hati-hati menggunakan istilah radikal. Radikalisme itu juga ada yang positif. Pahlawan zaman dahulu menggunakan istilah radikal agar bebas dari penjajah, itu baik. Tapi yang saya maksud di sini adalah radikal negatif yaitu anti NKRI, anti Pancasila, intoleransi dan penyebar paham takfiri, yang suka mengkafir-kafirkan orang. Ini yang sangat berbahaya dan harus dilawan," jelasnya.
Ia juga menjelaskan terkait tereduksinya nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal, sehingga sering terjadi permusuhan dan pertikaian dalam masyarakat. Itu menjadi tantangan berat dalam masyarakat. Untuk itu ia ingin mengembalikan dan memompa semangat para generasi muda untuk cinta terhadap tanah air dan kebudayaan lokal tersebut.
"Nilai-nilai lokal, rasa persaudaraan kita sekarang tergerus, tereduksi. Seperti kata mantan Presiden Soekarno, 'perjuangan kita lebih berat, karena menghadapi bangsa kita sendiri'. Kalau zaman dahulu kita hadapi penjajah dengan bambu runcing, jaman sekarang? Saudara kita sendiri yang memecah belah," tuturnya.
Menurutnya, masalah kebangsaan tidak bisa hanya diselesaikan dengan logika, karena hanya sebatas norma, sehingga perlu digunakan perasaan dan hati, sehingga bisa menyentuh akar masalahnya.
"Masalah kebangsaan, saya tidak pakai logika, saya pakai hati. Kalau berbicara dengan dengan logika tidak akan selesai, harus pakai perasaan. Ingat, Republik ini bukan hanya untuk kalian, tetapi anak cucu kalian, pertanyaannya apa yang kita wariskan? Kita harus merawat kebhinekaan ini," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ma'ruf menduga kelompok ini menyasar anak muda karena masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Baca SelengkapnyaPergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaAnak-anak harus dilindungi dari ancaman intoleransi, radikalisme dan terorisme
Baca SelengkapnyaSeluruh pihak termasuk pemerintah perlu memperkuat sosialisasi beragam jenis informasi kepada kalangan anak muda
Baca SelengkapnyaPancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaBangbang menegaskan, BNPT terus mendukung kaderisasi kepemimpinan yang menyasar perempuan dan anak sebagai upaya perdamaian
Baca SelengkapnyaBerbagai program itu hadir untuk mewadahi generasi muda agar tidak terjadi kekosongan pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPemkot Madiun disarankan memiliki penguatan pencegahan paham radikal dan terorisme demi keamanan kota tersebut
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaBadan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut aksi teror di Indonesia terus menurun sejak tahun 2018.
Baca SelengkapnyaSaat ini BNPT memiliki berbagai program yang fokus membentuk kekuatan rumah tangga.
Baca Selengkapnya