'Kepulangan' Bu Patmi tumbuhkan bunga perlawanan petani Kendeng
Merdeka.com - Duka mendalam terpancar di raut wajah para petani Kendeng, peserta aksi cor kaki menolak pembangunan pabrik semen. Kepulangan Bu Patmi meninggalkan kesedihan, tapi tidak menyurutkan api perlawanan mereka.
Bu Patmi menghembuskan napas terakhir Selasa (21/3) sekitar pukul 02.55 WIB. Semangat perlawanan Bu Patmi menolak berdirinya pabrik semen telah menginspirasi warga lainnya. Termasuk Koko, salah satu anggota Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK). Di matanya, Bu Patmi contoh orang yang konsisten dengan pilihan hidupnya.
"Kita pasti mati. Tapi kita yang memilih jalannya. Kita yang memilih apakah (mati) dengan mencintai ibu bumi atau dengan mendurhakainya, " ungkap Koko di kantor LBH, jakarta, Selasa (21/3).
-
Mengapa petani Kendeng menolak pabrik semen? Untuk menolak pembangunan itu, pada tahun 2016 dan 2017 lalu mereka melakukan aksi cor kaki. Mereka memprotes pembangunan pabrik tersebut karena dibangun di wilayah karst yang berfungsi untuk menyerap air. Selain itu Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan pihak terkait dinilai tidak transparan.
-
Dimana pabrik semen di Kaltim dibangun? Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Isran Noor meresmikan pabrik semen milik PT Kobexindo Cement di Desa Selangkau Kecamatan Kaliorang Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
-
Mengapa pembangunan pabrik semen di Kaltim penting? Isran menjelaskan, peresmian pabrik semen ini menandai perkembangan industri hilir di Kalimantan Timur.
-
Siapa yang memimpin perlawanan terhadap kolonial Belanda di pertambangan timah? Dengan tekad yang kuat dan penuh keberanian untuk menentang dan melawan pihak kolonial, Depati Amir mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat Bangka.
-
Siapa yang Kartini perjuangkan? Bukan laki-laki yang hendak kami lawan, melainkan pendapat kolot dan adat usang.
-
Siapa yang membangun pabrik semen pertama? Pabrik tersebut bernama Indarung I yang sudah didirikan sejak 18 Maret 1910 oleh seorang Perwira Belanda Carl Christophus Lau, dengan nama pabriknya NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM).
Koko menyamakan nama Patmi dengan Padma yang berati bunga. Kepulangan Bu Patmi akan memunculkan bunga-bunga perlawanan.
Siti mengagumi sosok Bu Patmi sebagai wanita yang peka dan gigih terhadap persoalan yang dialami warga.
"Bu Patmi itu sangat gigih. Ketika dia cium (persoalan seputar pabrik semen), dia langsung ikut gerakan. Dia ikut jalan kaki dari Pati-Semarang. Dia juga ikut aksi jalan kaki dari Rembang-Semarang," ungkap Siti.
Siti masih ingat betul, setelah aksi kemarin, dia sempat mengajak Bu Patmi untuk pulang ke Pati. Sebab saat itu telah diputuskan bahwa hanya akan ada sembilan orang saja yang akan melanjutkan aksi. Yang lain diperbolehkan pulang.
"Tapi ketika diajak pulang, Bu Patmi tidak mau. Dia bilang, 'saya mau di sini'," tambah Siti.
Bu Patmi mengikuti aksi tolak pabrik semen di Kendeng sejak kamis (16/3). Sejak hari itu kakinya dicor. Muhammad Isnur, advokat dan pengacara publik LBH, menceritakan, setelah bertemu Kepala Staf Presiden, diputuskan bahwa peserta aksi yang lain boleh pulang karena sudah dipilih sembilan orang untuk melanjutkan aksi. Bu Patmi termasuk peserta yang diperbolehkan pulang.
"Bu Patmi kemudian mandi. Setelah mandi, Bu Patmi teriak sakit, dan dia sempat muntah," jelas Isnur.
Bu Patmi langsung diantar ke rumah sakit St. Carolus. Dokter yang memeriksa mengatakan kematian Bu Patmi termasuk sudden death (kematian tiba-tiba). Namun, Isnur menduga Bu Patmi meninggal akibat serangan jantung. Isnur mengatakan, Bu Patmi termasuk salah satu peserta yang kesehatannya tidak mengkhawatirkan.
"Kita punya beberapa dokter untuk melihat kondisi kesehatan peserta. Bu Patmi adalah satu peserta yang tidak dikhawatirkan kondisinya," kata Isnur.
Kini, jenazah Bu Patmi telah diantar ke Pati untuk selanjutnya dimakamkan di Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Agus Rambe yang merupakan ayah kandung dari Tina mengatakan anaknya ditangkap pada 20 Mei 2024 lantaran dituding melakukan perlawanan terhadap polisi.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang petani transmigran yang bekerja keras demi sukses di kemudian hari.
Baca SelengkapnyaWanita ini memimpin 30 perempuan dalam pertempuran melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaKabarnya, julukan ini melekat karena teriakannya amat mengerikan dan bikin penjajah ketar-ketir.
Baca SelengkapnyaPemberontakan ini sebagai bentuk reaksi rakyat terhadap sistem tanam paksa oleh Belanda.
Baca SelengkapnyaTerbentuknya kelompok itu berawal dari para ibu-ibu yang ingin punya kebun sayur sendiri
Baca SelengkapnyaBerbagai tantangan mereka hadapi, mulai dari proyek penambangan hingga serangan hama tikus
Baca SelengkapnyaProgam ini dirancang untuk memberdayakan keterlibatan perempuan dalam aktivitas pertanian, baik dalam aspek on-farm maupun off-farm.
Baca SelengkapnyaIa pun heran mengapa banyak anak muda tidak mau jadi petani
Baca SelengkapnyaSuku asli dari kota Pagaralam, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim ini melakukan perlawanan terlama dalam sejarah.
Baca SelengkapnyaRatusan warga Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, melanjutkan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumbar, Jalan Sudirman, Padang, Rabu (2/8).
Baca SelengkapnyaPetani muda yang tergabung dalam kelompok tani muda Fakatoto telah meraup jutaan rupiah dari budidaya cabai.
Baca Selengkapnya