Berawal dari Sepedaan Bareng, Ibu-Ibu di Wonogiri Ini Sulap Lahan Tidur jadi Kebun Sayur
Terbentuknya kelompok itu berawal dari para ibu-ibu yang ingin punya kebun sayur sendiri
Terbentuknya kelompok itu berawal dari para ibu-ibu yang ingin punya kebun sayur sendiri
Berawal dari Sepedaan Bareng, Ibu-Ibu di Wonogiri Ini Sulap Lahan Tidur jadi Kebun Sayur
Pada masa pandemi COVID-19, masyarakat harus berpikir keras bagaimana agar mereka tetap bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari di tengah krisis ekonomi. Hal inilah yang mendorong kelompok wanita tani (KWT) Srikandi untuk membuat kebun sayur sendiri.
Dikutip dari kanal YouTube Cap Capung, KWT Srikandi beralamat di Dusun Pule, Desa Pule, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.
-
Bagaimana cara menikmati keindahan Kebun Bibit Wonorejo? Pengunjung tidak dikenakan biaya tiket masuk untuk mengunjungi tempat ini.Uniknya lagi, pengunjung bisa berswafoto dengan hewan yang ada di sini termasuk jogging di area taman, bermain wall climbing, dan senam.
-
Di mana emak-emak menanam padi di tengah jalan? Aksi ini dilakukan di jalan penghubung desa yang sudah rusak selama bertahun-tahun. Dari informasi yang dihimpun, peristiwa ini berlangsung di jalan antar kampung kawasan Kebon Kalapa, Desa Sukadaya, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak.
-
Dimana warga menanam sayur? Lahan seluas 900 meter persegi disulap menjadi kebun produktif yang mendatangkan cuan bagi masyarakat.
-
Dimana Kebun Bibit Wonorejo berada? Bagi yang penasaran, Kebun Bibit Wonorejo terletak persis di Jalan Raya Wonorejo, Kecamatan Rungkut, yang tak jauh dari pusat kota.
-
Bagaimana Kebun Kita menanam sayur? Bisnis sayuran milik Kebun Kita di Kabupaten Riau ini menggunakan metode hidroponik apung yang menghasilkan kualitas yang segar, berkualitas, dan bersih.
-
Apa tujuan KWT Srikandi di Tangerang? KWT Srikandi dibentuk pada awal tahun 2023 lalu. Saat itu, peruntukannya adalah membantu mengatasi kenaikan harga pangan dan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
Nunik Dwi Maryati, Ketua KWT Srikandi, bercerita bahwa kelompok itu terbentuk pada tahun 2021. Terbentuknya kelompok itu berawal dari para ibu-ibu yang rajin bersepeda bersama setiap pagi.
Saat bersepeda itu mereka menemukan banyak tanaman yang bagus-bagus di lahan-lahan kosong. Dari sanalah muncul keinginan mereka untuk melakukan hal serupa.
“Terus kita berkumpul, kita bincang-bincang. Terus kita cari lahan dulu. Lalu kita menghimpun kira-kira delapan orang,” kata Nunik dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Setelah lahan diperoleh, mereka mengelola lahan itu dengan ditanami cabai sebanyak 300 batang. Setelah itu mereka membeli bibit antara lain terong, timun, tomat, sawi, ceme, gambas, labu madu, kangkong, bayam, kol, dan kembang kol.
Singkat cerita, tanaman-tanaman itu tumbuh dari berbuah. Dari hasil panen sayuran tersebut uangnya digunakan untuk membeli bibit ayam sebanyak 20 ekor dan bibit lele sebanyak 2.000 ekor.
“Pemerintah desa memberi kami dana sebanyak Rp10 juta dan dana itu dialokasikan ke lele juga,” kata Nunik.
Untuk saat ini, anggota KWT Srikandi ada 30 orang. Setiap hari, ada enam orang yang piket. Setiap anggota piket bertugas untuk menyirami tanaman, menyiangi, dan melayani pembeli.
Banyak masyarakat sekitar yang membeli sayuran di KWT Srikandi. Sayuran yang dihasilkan pun lebih segar dan harganya lebih murah.
“Hasil penjualan kita catat dan uangnya untuk operasional. Misalnya untuk beli makan waktu kerja bakti,” ujar Nunik.
Mayoritas warga di Dusun Pule berprofesi sebagai petani dan ibu rumah tangga. Nunik sering menawari warga, terutama yang ibu-ibu, untuk ikut bergabung di KWT Srikandi.
Sang pemilik lahan pun senang lahannya bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Ia pun berjanji pada Nunik untuk mengizinkan Nunik mengelola lahan itu selama mungkin.