Kisah ajudan Letkol Untung disiksa dan dipenjara tanpa pengadilan
Merdeka.com - Ketika pagi mulai menjelang di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965, 14 truk berisi rombongan prajurit penjemput para jenderal kembali. Ajudan Letkol Untung Samsuri, Sersan Ishak Bahar yang masih berada di mobil bersama sopir Slamet Sungkono dikagetkan dengan kedatangan rekannya, Dikin membawa petugas polisi.
"Saat itu Dikin bertugas sebagai penunjuk jalan penjemput Panjaitan, bertemu saya. Dia kemudian bilang kepada saya, 'Mas Is ini dianu saja ya'. Saat itu saya langsung, 'ehm iya. Saya iya iya saja," kata pria yang pernah aktif dalam organisasi pemuda Masyumi sebelum memutuskan masuk militer tahun 1956 itu.
Dari situ, ia mengetahui kalau yang dititipkan kepadanya dari Dikin adalah anggota polisi bernama Soekitman Agen Polisi tingkat II. Dari penuturan Soekitman, Ishak mengetahui penyebab dibawa anggota polisi yang kerap disebut sebagai saksi mata peristiwa G30S tersebut.
-
Siapa yang terlibat dalam peristiwa ini? 'Kami memanggil pihak keluarga pengendara sepeda motor yang pura-pura kesurupan untuk dimintai keterangan,' ucap dia.
-
Siapa yang terlibat dalam insiden tersebut? Dalam sebuah video yang dibagikan akun Instagram @kejadiansmg pada Selasa (12/9), tampak seorang pengendara motor merekam sebuah mobil yang mencoba menghentikannya.
-
Siapa yang terlibat dalam insiden ini? Seorang driver taksi online di kawasan Jakarta Pusat tengah ramai jadi perbincangan usai kedapatan emosi ke penumpang wanita.
-
Apa saja kendaraan yang terlibat? Kecelakaan tersebut terekam kamera CCTV di lokasi kejadian. Terlihat, truk sudah menabrak dua kendaraan Brio plat B 2780 TYB dan expander hitam E-1505-MR sebelum jarak 300 meter dari TKP. Alhasil setelah di GT Halim Utama MI tidak bisa mengendalikan truknya langsung menabrak menabrak mobil Isuzu pick up Z-8445-AH sampai terpental ke gardu 5.Kemudian menabrak mobil hyundai putih B-1061-SPW selanjut berturut-turut menabrak mobil Box putih D-8633-YR dan truk kuning terbalik.
-
Siapa yang mengantar 50 unit truk Shacman? Dalam kesempatan tersebut, Dirmanto mewakili Shacman untuk melaksanakan seremoni penyerahan 50 unit truk kepada PT Prabangkara Karya Utama, yang beroperasi di industri pertambangan di Riau.
-
Kapan KA Putri Deli tabrak truk? Insiden kecelakaan antara KA Putri Deli dengan truk tronton pada Selasa (19/3) malam itu diduga akibat sang sopir truk nekat terobos palang pintu di perlintasan terjaga (JPL Nomor 31) Km. 44+300 antara Stasiun Perbaungan dan Stasiun Lidah Tanah.
"Saya tanya ke Pak Kitman, 'ada apa?', dia bilang saat itu sedang patroli dan terus dibawa pasukan ke sini (Lubang Buaya). Terus saya bilang, 'oh ya sudah di sini saja'," kata Ishak meniru.
Selama peristiwa tersebut, Ishak mengemukakan, Soekitman tetap bersamanya di dalam mobil dan tidak pergi ke mana-mana. Padahal saat itu, jelas Ishak, rekan-rekannya mengatakan agar Soekitman ikut dihilangkan nyawanya.
"Wong waktu ada yang bilang mau dibunuh, sama saya enggak boleh. Yang cegah ya saya. Padahal, maunya teman-teman supaya dibunuh, tapi sama saya enggak boleh," tegasnya.
Ia sendiri menyayangkan beberapa fakta yang menurutnya sudah tidak sesuai dengan kondisi yang terjadi pada malam itu. Hal itu, katanya, merujuk pada salah satu acara diskusi dalam tayangan televisi, beberapa waktu lalu.
"Ada seorang peserta yang bilang kalau Pak Kitman itu berhasil lolos melarikan diri. Padahal, sebenarnya tidak seperti itu," ucapnya.
Pada akhirnya, Kitman bersama dirinya serta Slamet dan Kasim bersama-sama kembali ke istana setelah beristirahat di dekat lapangan udara Halim Perdanakusuma. Setelah dibujuk untuk kembali ke istana oleh Kapten Sulistyo, mereka bersama rombongan truk penjemput pasukan Cakrabirawa kembali ke istana.
"Nah sampainya saya di Istana, kami kemudian ditahan di mes Cakrabirawa," ujarnya.
Namun tak lama, Soekitman diminta ke markas besar TNI untuk menunjukkan lokasi dalam peristiwa dikuburnya tujuh pahlawan revolusi tersebut. Sementara, nasib Ishak dan kawan lainnya berkebalikan, mereka dibawa ke Guntur untuk menjalani pemeriksaan soal peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Gerakan 30 September (G30S) atau Gerakan Satu Oktober (Gestok).
"Saya pulang ke Istana, kemudian pada tanggal dua (Oktober) malam saya diambil CPM (Corps Polisi Militer) dibawa ke Guntur. Tetapi Kitman dibawa ke Mabes untuk menunjukkan lokasi. Saya tahunya itu, tiba-tiba sampai di Guntur," jelasnya.
Sejak itu, Ishak menjalani hari-hari yang menyiksa sepanjang hidupnya lantaran dianggap terlibat dalam gerakan kudeta gagal yang dilakukan satuannya. Penyiksaan dilakukan sebagai tahanan militer seperti yang digambarkan dalam buku-buku tentang penyiksaan tahanan politik '65 di masa Orde Baru.
"Selama 13 tahun saya dipenjara tanpa melalui persidangan. Saya langsung dijebloskan ke penjara. Satu-satunya hal yang meringankan saya saat itu adalah kesaksian dari Kitman (Soekitman). Dia bersumpah, kalau saya bersama dia selama di Lubang Buaya dan (saya) tidak mengetahui apa-apa," tuturnya.
Dikemukakan Ishak selama dipenjara, perlakuan yang didapatkannya tidak bisa dikategorikan manusiawi. Saat berada di penjara Salemba, ia menuturkan kerap mendapat makanan berupa biji jagung yang disebar.
"Kayak ngasih makan burung, saya kemudian mengambil bijinya satu per satu untuk dimakan dari lantai. Kalau mau minum, diambilkan air dari sungai kemudian ditaruh di ember dan kami menyedotnya lewat dahan pepaya," ucapnya.
Diakuinya, selama di penjara menjadi pengalaman yang tak akan pernah dilupakan selama hidupnya. Bahkan, berat badannya turun drastis dari 70 kilogram tersisa hanya 40-an kilogram.
"Sekeliling saya sudah tidak sehat sekali, bayangkan Rumah Tahanan Salemba yang kapasitasnya hanya untuk 500 orang, saat itu diisi 2 ribuan orang. Setiap hari, pasti ada saja yang meninggal terkena penyakit mulai disentri hingga lainnya," ujarnya.
Selama di Salemba tersebut, ia mengaku kemudian mempelajari ilmu agama yang pernah didapatnya dari pesantren sebelum masuk ke dunia militer. Selama di Salemba, ia mengaku bertemu dengan orang-orang yang dianggapnya mumpuni secara keilmuan agama dan pengetahuan umum.
"Saya waktu itu sekamar dengan Pramoedya Ananta Toer, itu orang seniman. Selain itu saya bergaul dengan wartawan, Ketua PWI saat itu Karim DP. Selain itu, saya juga memperdalam ilmu agama dari buku-buku yang dikirimkan Hamka," ucapnya.
Usai bebas dari penjara Orde Baru pada 28 Juli 1978, ia pun memulai hidup baru dengan bekerja menjadi tani di Purbalingga. Padahal, katanya, ia pernah ditawari menjadi pengurus masjid di wilayah Kebayoran Baru, tetapi ditolaknya. "Saya inginnya pulang ke Purbalingga dan hidup di sini," ucapnya.
Menjadi bekas tahanan politik, apalagi dinyatakan terlibat G30S, memiliki dampak yang luar biasa dalam hidupnya. Selama dua tahun pertama, ia kerap mendapatkan olok-olok dan dicap PKI.
"Latar belakang saya ini Masyumi dan lulusan pesantren, jadi aneh saja kalau ada yang bilang saya PKI. Bahkan, ada bekas anak didik saya di pesantren yang heran kalau saya dicap PKI," ungkapnya.
Hingga kini, Ishak menjalani masa tuanya dengan istri di salah satu bilangan Purbalingga. Saat ini, ia menjadi imam masjid di dekat rumahnya. "Saya saat ini menjadi imam Masjid As Sobari di Purbalingga," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut potret pentolan Pasukan Tjakrabirawa yang memimpin G30S PKI ketika ditangkap di Tegal.
Baca SelengkapnyaAgen Polisi Sukitman terkejut. Sumur sudah tak ada lagi, dan banyak gundukan tanah seperti kuburan di Lubang Buaya.
Baca Selengkapnya1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.
Baca SelengkapnyaAjudan Bupati Kutai Barat FX Yapan ini, menganiaya sopir truk, dengan menendang wajah dan perut.
Baca SelengkapnyaIndonesia tengah memperingati peristiwa kelam Gerakan 30 September oleh PKI.
Baca SelengkapnyaSerka Daniel ditarik ke kesatuannya untuk diproses di Denpom VI/1 Samarinda setelah aksi brutalnya menganiaya sopir truk CPO viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaDoel Arif adalah komandan Pasopati dalam G30S/PKI. Perintah tangkap hidup atau mati datang darinya.
Baca SelengkapnyaDandim 0912 Kutai Barat Letkol Czi Eko Handoyo mengatakan Ajudan Bupati Kutai Barat Serka Daniel yang menendang truk bakal disanksi.
Baca SelengkapnyaAtas perbuatan ajudannya, Bupati meminta maaf. Meskipun sempat melerai tapi tak membuat emosi Daniel mereda.
Baca Selengkapnya10 Anggota Polisi Diduga Sekap dan Aniaya Warga di Bali
Baca SelengkapnyaSang sopir dalam perawatan IGD setelah bonyok dihajar massa yang geram melihat aksinya ugal-ugalan di jalan.
Baca SelengkapnyaPenganiayaan relawan Ganjar-Mahfud itu terjadi pada Sabtu (30/12).
Baca Selengkapnya