Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah ajudan Letkol Untung disiksa dan dipenjara tanpa pengadilan

Kisah ajudan Letkol Untung disiksa dan dipenjara tanpa pengadilan Sertu Ishak Bahar Ajudan Letkol Untung. ©2016 Merdeka.com/Chandra Iswinarno

Merdeka.com - Ketika pagi mulai menjelang di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965, 14 truk berisi rombongan prajurit penjemput para jenderal kembali. Ajudan Letkol Untung Samsuri, Sersan Ishak Bahar yang masih berada di mobil bersama sopir Slamet Sungkono dikagetkan dengan kedatangan rekannya, Dikin membawa petugas polisi.

"Saat itu Dikin bertugas sebagai penunjuk jalan penjemput Panjaitan, bertemu saya. Dia kemudian bilang kepada saya, 'Mas Is ini dianu saja ya'. Saat itu saya langsung, 'ehm iya. Saya iya iya saja," kata pria yang pernah aktif dalam organisasi pemuda Masyumi sebelum memutuskan masuk militer tahun 1956 itu.

Dari situ, ia mengetahui kalau yang dititipkan kepadanya dari Dikin adalah anggota polisi bernama Soekitman Agen Polisi tingkat II. Dari penuturan Soekitman, Ishak mengetahui penyebab dibawa anggota polisi yang kerap disebut sebagai saksi mata peristiwa G30S tersebut.

Orang lain juga bertanya?

"Saya tanya ke Pak Kitman, 'ada apa?', dia bilang saat itu sedang patroli dan terus dibawa pasukan ke sini (Lubang Buaya). Terus saya bilang, 'oh ya sudah di sini saja'," kata Ishak meniru.

Selama peristiwa tersebut, Ishak mengemukakan, Soekitman tetap bersamanya di dalam mobil dan tidak pergi ke mana-mana. Padahal saat itu, jelas Ishak, rekan-rekannya mengatakan agar Soekitman ikut dihilangkan nyawanya.

"Wong waktu ada yang bilang mau dibunuh, sama saya enggak boleh. Yang cegah ya saya. Padahal, maunya teman-teman supaya dibunuh, tapi sama saya enggak boleh," tegasnya.

Ia sendiri menyayangkan beberapa fakta yang menurutnya sudah tidak sesuai dengan kondisi yang terjadi pada malam itu. Hal itu, katanya, merujuk pada salah satu acara diskusi dalam tayangan televisi, beberapa waktu lalu.

"Ada seorang peserta yang bilang kalau Pak Kitman itu berhasil lolos melarikan diri. Padahal, sebenarnya tidak seperti itu," ucapnya.

Pada akhirnya, Kitman bersama dirinya serta Slamet dan Kasim bersama-sama kembali ke istana setelah beristirahat di dekat lapangan udara Halim Perdanakusuma. Setelah dibujuk untuk kembali ke istana oleh Kapten Sulistyo, mereka bersama rombongan truk penjemput pasukan Cakrabirawa kembali ke istana.

"Nah sampainya saya di Istana, kami kemudian ditahan di mes Cakrabirawa," ujarnya.

Namun tak lama, Soekitman diminta ke markas besar TNI untuk menunjukkan lokasi dalam peristiwa dikuburnya tujuh pahlawan revolusi tersebut. Sementara, nasib Ishak dan kawan lainnya berkebalikan, mereka dibawa ke Guntur untuk menjalani pemeriksaan soal peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Gerakan 30 September (G30S) atau Gerakan Satu Oktober (Gestok).

"Saya pulang ke Istana, kemudian pada tanggal dua (Oktober) malam saya diambil CPM (Corps Polisi Militer) dibawa ke Guntur. Tetapi Kitman dibawa ke Mabes untuk menunjukkan lokasi. Saya tahunya itu, tiba-tiba sampai di Guntur," jelasnya.

Sejak itu, Ishak menjalani hari-hari yang menyiksa sepanjang hidupnya lantaran dianggap terlibat dalam gerakan kudeta gagal yang dilakukan satuannya. Penyiksaan dilakukan sebagai tahanan militer seperti yang digambarkan dalam buku-buku tentang penyiksaan tahanan politik '65 di masa Orde Baru.

"Selama 13 tahun saya dipenjara tanpa melalui persidangan. Saya langsung dijebloskan ke penjara. Satu-satunya hal yang meringankan saya saat itu adalah kesaksian dari Kitman (Soekitman). Dia bersumpah, kalau saya bersama dia selama di Lubang Buaya dan (saya) tidak mengetahui apa-apa," tuturnya.

Dikemukakan Ishak selama dipenjara, perlakuan yang didapatkannya tidak bisa dikategorikan manusiawi. Saat berada di penjara Salemba, ia menuturkan kerap mendapat makanan berupa biji jagung yang disebar.

"Kayak ngasih makan burung, saya kemudian mengambil bijinya satu per satu untuk dimakan dari lantai. Kalau mau minum, diambilkan air dari sungai kemudian ditaruh di ember dan kami menyedotnya lewat dahan pepaya," ucapnya.

Diakuinya, selama di penjara menjadi pengalaman yang tak akan pernah dilupakan selama hidupnya. Bahkan, berat badannya turun drastis dari 70 kilogram tersisa hanya 40-an kilogram.

"Sekeliling saya sudah tidak sehat sekali, bayangkan Rumah Tahanan Salemba yang kapasitasnya hanya untuk 500 orang, saat itu diisi 2 ribuan orang. Setiap hari, pasti ada saja yang meninggal terkena penyakit mulai disentri hingga lainnya," ujarnya.

Selama di Salemba tersebut, ia mengaku kemudian mempelajari ilmu agama yang pernah didapatnya dari pesantren sebelum masuk ke dunia militer. Selama di Salemba, ia mengaku bertemu dengan orang-orang yang dianggapnya mumpuni secara keilmuan agama dan pengetahuan umum.

"Saya waktu itu sekamar dengan Pramoedya Ananta Toer, itu orang seniman. Selain itu saya bergaul dengan wartawan, Ketua PWI saat itu Karim DP. Selain itu, saya juga memperdalam ilmu agama dari buku-buku yang dikirimkan Hamka," ucapnya.

Usai bebas dari penjara Orde Baru pada 28 Juli 1978, ia pun memulai hidup baru dengan bekerja menjadi tani di Purbalingga. Padahal, katanya, ia pernah ditawari menjadi pengurus masjid di wilayah Kebayoran Baru, tetapi ditolaknya. "Saya inginnya pulang ke Purbalingga dan hidup di sini," ucapnya.

Menjadi bekas tahanan politik, apalagi dinyatakan terlibat G30S, memiliki dampak yang luar biasa dalam hidupnya. Selama dua tahun pertama, ia kerap mendapatkan olok-olok dan dicap PKI.

"Latar belakang saya ini Masyumi dan lulusan pesantren, jadi aneh saja kalau ada yang bilang saya PKI. Bahkan, ada bekas anak didik saya di pesantren yang heran kalau saya dicap PKI," ungkapnya.

Hingga kini, Ishak menjalani masa tuanya dengan istri di salah satu bilangan Purbalingga. Saat ini, ia menjadi imam masjid di dekat rumahnya. "Saya saat ini menjadi imam Masjid As Sobari di Purbalingga," tandasnya.

(mdk/did)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Potret Lawas Letkol Untung Komandan Tjakrabirawa Pemimpin G30S PKI Ditangkap di Tegal, Nyamar Jadi Warga Biasa
Potret Lawas Letkol Untung Komandan Tjakrabirawa Pemimpin G30S PKI Ditangkap di Tegal, Nyamar Jadi Warga Biasa

Berikut potret pentolan Pasukan Tjakrabirawa yang memimpin G30S PKI ketika ditangkap di Tegal.

Baca Selengkapnya
Siasat Kuburan Palsu Buatan PKI di Lubang Buaya
Siasat Kuburan Palsu Buatan PKI di Lubang Buaya

Agen Polisi Sukitman terkejut. Sumur sudah tak ada lagi, dan banyak gundukan tanah seperti kuburan di Lubang Buaya.

Baca Selengkapnya
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965

1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Profil Ajudan TNI Bupati Kutai Barat, Viral Aniaya Sopir Truk Minyak
VIDEO: Profil Ajudan TNI Bupati Kutai Barat, Viral Aniaya Sopir Truk Minyak

Ajudan Bupati Kutai Barat FX Yapan ini, menganiaya sopir truk, dengan menendang wajah dan perut.

Baca Selengkapnya
Sosok Soekitman, Polisi Saksi Sejarah Kelam Penculikan Jenderal TNI saat G30S 1965
Sosok Soekitman, Polisi Saksi Sejarah Kelam Penculikan Jenderal TNI saat G30S 1965

Indonesia tengah memperingati peristiwa kelam Gerakan 30 September oleh PKI.

Baca Selengkapnya
Viral Aniaya Sopir Truk CPO, Serka Daniel Bukan Lagi Ajudan Bupati Kutai Barat
Viral Aniaya Sopir Truk CPO, Serka Daniel Bukan Lagi Ajudan Bupati Kutai Barat

Serka Daniel ditarik ke kesatuannya untuk diproses di Denpom VI/1 Samarinda setelah aksi brutalnya menganiaya sopir truk CPO viral di media sosial.

Baca Selengkapnya
Misteri Letnan Satu Doel Arif, Komandan Penculik Para Jenderal Saat G30S/PKI
Misteri Letnan Satu Doel Arif, Komandan Penculik Para Jenderal Saat G30S/PKI

Doel Arif adalah komandan Pasopati dalam G30S/PKI. Perintah tangkap hidup atau mati datang darinya.

Baca Selengkapnya
Anggota TNI Ajudan Bupati Kutai Barat Tendang Wajah Sopir Truk Disanksi, Dandim Minta Korban Melapor
Anggota TNI Ajudan Bupati Kutai Barat Tendang Wajah Sopir Truk Disanksi, Dandim Minta Korban Melapor

Dandim 0912 Kutai Barat Letkol Czi Eko Handoyo mengatakan Ajudan Bupati Kutai Barat Serka Daniel yang menendang truk bakal disanksi.

Baca Selengkapnya
Kronologi Ajudan TNI Tendang Wajah Sopir Truk CPO versi Bupati Kutai Barat
Kronologi Ajudan TNI Tendang Wajah Sopir Truk CPO versi Bupati Kutai Barat

Atas perbuatan ajudannya, Bupati meminta maaf. Meskipun sempat melerai tapi tak membuat emosi Daniel mereda.

Baca Selengkapnya
10 Anggota Polisi di Bali Diduga Sekap dan Aniaya Warga
10 Anggota Polisi di Bali Diduga Sekap dan Aniaya Warga

10 Anggota Polisi Diduga Sekap dan Aniaya Warga di Bali

Baca Selengkapnya
Sopir Truk Ugal-ugalan di Tangerang Bonyok Dihajar Massa, Kini Dalam Perawatan IGD
Sopir Truk Ugal-ugalan di Tangerang Bonyok Dihajar Massa, Kini Dalam Perawatan IGD

Sang sopir dalam perawatan IGD setelah bonyok dihajar massa yang geram melihat aksinya ugal-ugalan di jalan.

Baca Selengkapnya
6 Prajurit TNI Penganiaya Relawan Ganjar-Mahfud Ditahan Selama 20 Hari
6 Prajurit TNI Penganiaya Relawan Ganjar-Mahfud Ditahan Selama 20 Hari

Penganiayaan relawan Ganjar-Mahfud itu terjadi pada Sabtu (30/12).

Baca Selengkapnya