Kisah Syekh Mutawalli & Caranya Berbakti pada Orang Tua Demi Meraih Surga
Kisah Syekh Mutawalli & Caranya Berbakti pada Orang Tua Demi Meraih Surga
Salah satu cara yang paling mudah mendapatkan nikmat surga Allah SWT adalah dengan sikap berbakti pada orang tua.
Kisah Syekh Mutawalli & Caranya Berbakti pada Orang Tua Demi Meraih Surga
Setiap manusia pasti menginginkan surga Allah SWT. Namun kadang kala, manusia merasa kesulitan bagaimana surga itu bisa dia raih.
Padahal, salah satu cara yang paling mudah mendapatkan nikmat surga Allah SWT adalah dengan mencari surga dari orang yang paling dekat dengan manusia itu sendiri. Yakni kedua orang tua.
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ…
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak…” (QS. Al-Isra’/17: 23)
Kisah Syekh
Mutawalli al-Sya’rawi
Perihal bakti pada kedua orang tua. Ada sebuah kisah menarik di negeri Mesir. Kala itu, ada seorang anak bernama Mutawalli al-Sya’rawi yang terkenal karena kebandelan dan kenakalannya. Saking nakalnya, sebagian orang mengatakan anak itu yang paling bandel di Mesir pada zaman itu.
Mutawalli al-Sya’rawi adalah seorang mufasir besar dari negeri Mesir. Seorang yang nasihatnya didengar oleh setiap umat Islam, bahkan oleh orang sekelas Hosni Mubarak.
Syekh Mutawalli al-Sya’rawi kecil adalah seorang anak yang bandel sekali dan sering membuat keonaran. Setiap ada Syekh Mutawalli kecil, pasti ada saja kegaduhan yang terjadi.
Namun, sebandel apa pun Syekh Mutawalli kecil, ada satu hal yang tidak lupa ia lakukan. Yakni membangkan kepada orang tuanya. Syekh Mutawalli kecil adalah orang yang amat patuh terhadap kedua orang tuanya.
Suatu hari, orang tuanya mengetahui perilaku Syekh Mutawalli kecil yang nakal dan selalu membuat kegaduhan. Kemudian, kedua orang tuanya berinisiatif untuk mengirimnya ke pesantren di daerah Mesir.
Tetapi Syekh Mutawalli kecil tetap menjadi anak yang bandel hingga membuat para ustaz yang ada di pesantrennya geleng kepala.
Suatu hari, Syekh Mutawalli kecil membuat rencana untuk keluar dari pesantren. Ini terjadi ketika pesantren mengharuskan para santrinya untuk memiliki sejumlah kitab yang harganya tidak murah. Kemudian, Syekh Mutawalli kecil menulis surat kepada kedua orang tuanya melaporkan hal ini.
Surat Syekh Mutawalli kecil itu sebenarnya bertujuan agar kedua orang tuanya mau mengeluarkannya dari pesantren. Sebab ia tahu bahwa kedua orang tuanya tidak memiliki uang sebanyak itu untuk membeli kitab-kitab yang diperlukan.
Seminggu kemudian, tanpa disangka-sangka, kedua orang tuanya datang ke pesantren. Alih-alih memintanya keluar dari pesantren lantaran tak memiliki cukup uang guna membeli kitab, kedua orangnya malah membeli semua kitab yang diminta oleh pesantrennya.
Hal ini sontak membuatnya kaget dan terpaku. Mutawalli al-Sya’rawi kecil sampai merenung selama beberapa hari. Akhirnya, ia sampai pada kesimpulan bahwa kedua orang tuanya ingin agar ia benar-benar menjadi seorang ulama yang berilmu.
Setelah perenungannya tersebut, tak membutuhkan waktu lama, Syekh Mutawalli menamatkan semua kitab yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Setelah itu, ia langsung kembali menghafalkan Alqur'an, hadis, kitab-kitab fikih, dan lainnya.
Pada akhirnya, Syekh Mutawalli menjadi seorang mufti termuda di Mesir saat itu. Hal ini tak lepas dari sikap baktinya kepada kedua orang tua.
Dari cerita Syekh Mutawalli dapat diambil sebuah ibrah yang amat berharga.
Setiap manusia hendaknya tetap berbakti, menuruti semua yang dikatakan oleh kedua orang tuanya. Jangan pernah membuat hati kedua orang tua kecewa apalagi marah.
Tulisan ini buah pemikiran Ustadz Hendy Irawan Saleh, Pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Bandung