Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Komnas Perlindungan Anak temukan kejanggalan kasus Yusman

Komnas Perlindungan Anak temukan kejanggalan kasus Yusman Arist Merdeka Sirait. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait menilai, vonis mati yang dijatuhkan kepada Yusman Telaumbanua oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gunungsitoli Sumatera Utara banyak kejanggalan. Hal itu diungkapkannya usai menengok Yusman di Lembaga Pemasyarakatan Batu Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

"Ada kejanggalan-kejanggalan dari (pengakuan) korban, kemudian dalam proses pemeriksaan itu (Yusman) tidak didampingi penasihat hukum. Yang kedua, (dia) tidak mengerti putusan hukuman mati itu apa, lalu kemudian pengacaranya minta hukuman mati," ucapnya di Dermaga Wijaya Pura, Cilacap, Rabu (25/3).

Bahkan, jelas Arist, saat ditanya yang dimaksud hukuman mati, Yusman tidak mengetahui apa maknanya. Arist mengemukakan, pemberitaan yang disampaikan mengenai kejanggalan vonis mati yang dijatuhkan kepada Yusman yang masih berumur 16 tahun saat itu, sudah sangat jelas menyalahi aturan.

Orang lain juga bertanya?

"Tadi saat bertemu dengan Yusman, kami meminta data dari korban mengenai statusnya masih anak atau tidak. Kemudian mengklarifikasi proses penuntutan, mulai dari proses pemeriksaan, tuntutan sampai vonis, itu juga kita mintakan," lanjutnya.

Pihaknya juga meminta keterangan tentang keluarganya. "Kalau dia betul-betul seperti apa yang kita temukan (masih di bawah umur), sesuai dengan keterangan dari Yusman, maka tidak ada hukuman mati bagi anak-anak. Karena itu, kita minta proses hukumnya untuk dikembalikan. Bila dia dituduh bersalah melakukan pembunuhan, maka dihukum selama 10 tahun," jelasnya.

Hukuman mati bagi anak, kata Arist, tidak dibenarkan oleh hukum yang berlaku di Indonesia. "Bahkan Hukum Internasional itu (tidak mengenal) hukuman mati (bagi anak-anak)," tuturnya.

Dalam waktu dekat, rencananya pihaknya akan mengajukan peninjauan kembali dengan beberapa bukti baru yang dikumpulkan.

"Jadi langkah yang kita lakukan adalah membantu Yusman untuk PK dengan bukti-bukti baru, lalu yang kedua mempermudah PK agar dia (Yusman) tidak dihukum mati," katanya.

Arist berharap Yusman tidak dihukum mati, jika apa yang diakui Yusman benar adanya. "Dia mengakui sampai tadi bahwa usianya masih 16 tahun (saat divonis), tetapi (saat itu) dipaksakan pihak kepolisian, menurut dia," tutur Arist .

Arist mengemukakan, persoalan ini bukan bagian dari tawar menawar hukum, tetapi untuk mencari verifikasi pengakuan yang diungkapkan Yusman.

"Jika dia melakukan pembunuhan, dia (Yusman) kita minta kembali ke (LP) Tanjung Gusta Medan. Di mana awalnya, dia sebelum dikirim ke Nusakambangan," ujar Arist.

(mdk/dan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang 2 Tahun Baru Terungkap, Ada Kesalahan Prosedur saat Olah TKP
Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang 2 Tahun Baru Terungkap, Ada Kesalahan Prosedur saat Olah TKP

Salah seorang tersangka kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang ditempatkan di rumah perlindungan.

Baca Selengkapnya
LIVE STREAMING: Sidang MKMK Putuskan Nasib Ketua Hakim MK Anwar Usman Dkk
LIVE STREAMING: Sidang MKMK Putuskan Nasib Ketua Hakim MK Anwar Usman Dkk

Putusan ini berdasarkan pemeriksaan dugaan pelanggaran etik usai memutuskan gugatan syarat usia capres-cawapres.

Baca Selengkapnya
Polisi Bakal Periksa Petugas Damkar Jaktim Terkait Kasus Dugaan Pencabulan Anak Kandung
Polisi Bakal Periksa Petugas Damkar Jaktim Terkait Kasus Dugaan Pencabulan Anak Kandung

Kasus ini mencuat setelah viral pengakuan ibu korban putrinya dilecehkan ayah kandung.

Baca Selengkapnya
Kasus TPPU Panji Gumilang, Polisi Dalami Peran YPI dan Madrasah
Kasus TPPU Panji Gumilang, Polisi Dalami Peran YPI dan Madrasah

Untuk itu polisi melakukan pemeriksaan terhadap sembilan orang saksi dalam kasus ini.

Baca Selengkapnya
Komnas HAM Duga Ada Obstruction of Justice dalam Kasus Afif Maulana, Desak CCTV Polsek Dibuka
Komnas HAM Duga Ada Obstruction of Justice dalam Kasus Afif Maulana, Desak CCTV Polsek Dibuka

Komnas HAM RI menduga kuat terjadi perintangan penyidikan atau "obstruction of justice" dalam kasus kematian Afif Maulana.

Baca Selengkapnya
Polisi Tunggu Hasil Labfor untuk Gelar Perkara Tentukan Status Panji Gumilang
Polisi Tunggu Hasil Labfor untuk Gelar Perkara Tentukan Status Panji Gumilang

Polri telah melakukan pemeriksaan terhadap 19 orang saksi terkait kasus Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun, Panji Gumilang.

Baca Selengkapnya
KY Buka Peluang Periksa Hakim MA Terkait Putusan Batas Usia Calon Kepala Daerah
KY Buka Peluang Periksa Hakim MA Terkait Putusan Batas Usia Calon Kepala Daerah

KY menyadari putusan inidapat menentukan Pilkada yang jujur dan adil

Baca Selengkapnya
Polisi Periksa Dua Anak Panji Gumilang Terkait Pencucian Uang
Polisi Periksa Dua Anak Panji Gumilang Terkait Pencucian Uang

Polisi menjadwalkan pemeriksaan terhadap delapan saksi terkait kasus dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang Panji Gumilang.

Baca Selengkapnya
Berkas Lengkap, Panji Gumilang Segera Disidang
Berkas Lengkap, Panji Gumilang Segera Disidang

Bareskrim diminta untuk segera melakukan pelimpahan tahap II.

Baca Selengkapnya