KPU: Pemilih Muda Masuk Kategori Melek Teknologi, Mudah Terpapar Disinformasi
Demi meningkatkan kualitas dan kuantitas pemilu 2024, diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat yang rasional, mandiri, dan berdaulat.
Pentingnya peran generasi muda selaku pemilih dominan dalam pemilu.
KPU: Pemilih Muda Masuk Kategori Melek Teknologi, Mudah Terpapar Disinformasi
Bijak Memilih, sebuah platform edukasi menjelang pemilihan umum (pemilu) 2024, menyelenggarakan peluncuran fase keduanya di Impact Hub Jakarta, Karet Kuningan pada Senin (11/09).
Dalam agenda diskusi tersebut, Bijak Memilih turut menghadirkan Kepala Bagian Hubungan Antar Lembaga Komisi Pemilihan Umum (KPU), Dohardo Pakpahan yang memberikan pidato pembukanya dengan menegaskan seberapa pentingnya peran generasi muda selaku pemilih dominan dalam pemilu.
"Kelompok pemilih tersebut (generasi muda) yang akan mendominasi sehingga diperlukan bekal pendidikan politik yang memadai," ujarnya pada acara peluncuran Bijak Memilih Fase II, Senin (11/09).
Pada era digitalisasi dan perkembangan teknologi ini, generasi muda sebagai kaum millenial juga turut memainkan peran dan keahliannya sebagai pengguna teknologi. Meskipun dapat mendorong inovasi di ruang digital, penguasaan teknologi juga dapat mengakibatkan generasi muda cenderung mudah terpapar disinformasi.
"Pemilih muda termasuk dalam kategori pemilih melek teknologi (internet generation), mudah terpapar disinformasi," kata Dohardo.
merdeka.com
Dohardo mengatakan, di sisi lain juga masih banyak generasi muda yang berkeinginan untuk turut berkecimpung dan berpartisipasi langsung dalam segala hal yang berkaitan dengan kepentingan publik, termasuk pemilu.
"Tidak sepenuhnya alergi dengan politik, sebab diantara mereka masih banyak yang menggunakan hak memilihnya dalam pemilu," tuturnya menambahkan.
Sejalan dengan tersebut, Dohardo memang menegaskan bahwa demi meningkatkan kualitas dan kuantitas pemilu 2024, diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat yang rasional, mandiri, dan berdaulat.
"Pemilu bersifat multidimensi, yang tentunya membutuhkan perhatian dan kerjasama dari setiap pemangku kepentingan," tambahnya.
Karena itu, pada peluncuran fase kedua platform Bijak Memilih, Think Policy dan What Is Up, Indonesia? (WIUI) sebagai inisator berniat untuk memperkenalkan sebuah fitur baru yang menampilkan rekam jejak partai politik.
Fitur tersebut akan menyuguhkan informasi yang transparan, akuntabel, dan mudah dicerna terkait ringkasan ideologi, profil tokoh-tokoh kunci, serta rekam jejak dari setiap partai yang ikut serta dalam pemilu 2024.
"Kami mengapresiasi inisiatif teman-teman Bijak Memilih yang telah membuat berbagai kegiatan yang berfokus untuk mengajak generasi muda lebih peduli dengan Pemilu 2024. Kami berharap dengan adanya fitur baru pada website Bijak Memilih ini dapat membantu pemilih terhindar dari diskusi politik identitas dan dapat semakin bijak dalam menentukan pilihannya ketika Pemilu 2024 nanti," ujar Dohardo.
Diinisiasi awal tahun 2023, Bijak Memilih menyediakan ruang informasi independen yang mempertemukan calon pemilih agar dapat mempelajari dan saling bertukar pikiran tentang isu-isu kunci serta sikap partai terhadap isu-isu tersebut.
Isu strategis yang diangkat seperti krisis iklim dan kerusakan lingkungan, korupsi dan hak sipil, ekonomi dan lapangan pekerjaan, kesetaraan dan inklusi sosial, hingga pendidikan dan kesehatan.
"Dengan mengenal lebih dalam rekam jejak partai politik, kami percaya bahwa orang muda yang membentuk 55 persen total pemilih di 2024 bisa terbantu untuk lebih berdaya dalam membuat keputusan dan memilih pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai mereka. Pada akhirnya, diharapkan proses kampanye yang lebih berorientasi isu dan bukan sekadar politik identitas," pungkas CEO Think Policy dan co-inisiator Bijak Memilih Andhyta Firselly Utami.