Liput Demo di DPR, Wartawan Digelandang Polisi Disuruh Masuk Mobil Tahanan
Merdeka.com - Kekerasan terhadap jurnalis oleh anggota kepolisian kembali terjadi. Haris Prabowo (24), jurnalis media daring Tirto.id mengalami kekerasan oleh aparat saat meliput aksi yang digelar di kawasan dekat Gedung DPR pada Senin (30/9).
Haris digelandang oleh polisi berpakaian preman. Layaknya polisi yang mengamankan terduga perusuh saat aksi.
Haris menceritakan, awalnya polisi berhasil memukul mundur massa di bawah Flyover Bendungan Hilir, sekitar pukul 18.56. Karena mendengar ada cek-cok antara anggota polisi dan TNI AL di area RS Gigi dan Mulut Lakdogi, Haris dan dua wartawan lainnya berusaha mencari tahu duduk perkara keributan tersebut.
-
Siapa yang ditangkap karena kerusuhan? 'Kami telah mengidentifikasi beberapa pelaku, dan saat ini kami baru menangkap satu orang, sementara yang lainnya masih dalam pengejaran,' ujar Kusworo.
-
Bagaimana ketua KPPS dibacok? Dia membacok kepala korban hingga terluka parah di bagian kiri.
-
Mengapa foto tersebut kontroversial? Namun, foto tersebut menjadi sebuah kontroversial.Hal ini disebabkan terdapat sebuah teori pada sebuah makalah penelitian yang menyebutkan bahwa pada 1923 terdapat sebuah Scabland yang menjadi catatan erosif dari sungai-sungai besar dengan gradien tinggi, dan berasal dari gletser.
-
Kenapa ketua KPPS dibacok? Pemicunya karena saat pencoblosan siang harinya pelaku kesal istrinya yang hamil meminta didahulukan mencoblos tetapi tidak digubris korban. OS tetap menyuruh istri pelaku mencoblos sesuai antrean.
-
Bagaimana Ketua KPU diberhentikan? 'Menjatuhkan sanksi pemberhentian tetap kepada teradu Hasyim Asy'ari selaku ketua merangkap anggota Komisi Pemilihan Umum RI terhitung putusan ini dibacakan,' kata Ketua DKPP RI Heddy Lugito dalam sidang pembacaan putusan di kantor DKPP RI, Jakarta Pusat.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
Lantas, anggota TNI yang melihat Haris dkk, merespons keberadaan pers di sana.
"Tiba-tiba dari dalam RS, beberapa anggota TNI AL berteriak-teriak. Seperti agar bermaksud saya dan dua wartawan lainnya 'diamankan'," ujar Haris menceritakan melalui pesan singkat, Senin (29/9).
Haris kemudian menjauh dari tempat tersebut. Tiba-tiba polisi berpakaian preman menghampirinya dan menanyakan identitas. Dia pun menjawab dari media yang sejak sore di DPR. Haris menunjukkan identitas pers dan meyakinkan polisi bahwa dirinya bukan massa aksi.
Tas Haris diminta dibuka. Anggota polisi berpakaian preman lainnya sampai memeganginya dan membuka tas. Dalam tas ditemukan kabel pengisi daya, roti, dompet. Serta dua selongsong gas air mata berwarna abu-abu dan merah.
"Saya menjelaskan, itu (selongsong) untuk tugas reportase saya. Untuk saya bawa ke kantor dan pelajari detailnya," kata Haris yang mengaku mendapat tugas khusus dari kantornya.
"Yaudah dibawa aja dulu ke Resmob DPR sana," kata Haris menirukan jawaban salah seorang polisi yang agak lebih tua. Polisi tersebut juga mencari wartawan lainnya yang awalnya bersama Haris.
Dua polisi tersebut membawa Haris dengan dipiting dan berjalan kurang lebih 500 meter dari Flyover Bendungan Hilir sampai gedung DPR.
Haris diteriaki oleh anggota Brimob selama perjalanan. Kata dia, beberapa anggota Brimob yang membawa pentungan siap menghajarnya layaknya yang dilakukan kepada terduga perusuh yang tertangkap. Namun, polisi yang membawa Haris melindunginya.
Mendekati gerbang DPR, telepon genggam Haris diminta oleh anggota polisi. Namun dia tolak. Sesampainya di DPR, rekan wartawan Haris menghampiri polisi yang membawanya agar meyakinkan bahwa dia memang wartawan di DPR.
"Saya dibawa ke arah pos polisi. Para wartawan mengikuti dari belakang. Saya disuruh masuk ke dalam mobil tahanan, namun saya tidak mau karena saya tidak salah apa-apa," jelas Haris.
Dia kembali ditanyakan alasan mengambil selongsong gas air mata. Haris berkukuh tidak ada alasan polisi bisa melarangnya memungut benda tersebut.
"Saya buat bahan liputan di kantor. Lah, emang ada aturan yang melarang selongsong enggak boleh dibawa?" balas Haris kepada polisi yang menanyainya di pos.
Rekan wartawan pun membantu meyakinkan polisi bahwa selama liputan hal lumrah benda seperti selongsong diambil untuk keperluan penulisan. Setelah panjang berdebat dia dibebaskan. Dengan syarat kartu pers, KTP, sampai wajah difoto.
"Akhirnya setelah debat panjang, kartu pers, KTP, dan wajah saya difoto. Dan akhirnya saya dilepaskan," tutup Haris.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ratusan massa terdiri dari pelbagai elemen masyarakat itu melakukan demonstrasi di depan gedung DPR sejak Kamis (22/8) pagi.
Baca SelengkapnyaKPK tak mempermasalahkan pelaporan ke Dewas tersebut, karena laporan tersebut adalah hak dan bentuk dari pengawasan masyarakat.
Baca SelengkapnyaMassa melempari Habiburokhman dengan botol-botol air mineral. Peristiwa ini terjadi saat Habiburokhman menemui pendemo.
Baca SelengkapnyaWajah politisi Gerindra itu tampak was-was saat turun dari mobil komando.
Baca SelengkapnyaMantan aktivis 98 itu mengaku akan mengadvokasi para demonstran yang ditangkap polisi.
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya menangkap sebanyak 16 orang dari demo berujung kericuhan di depan Gedung DPR/MPR RI dan kantor KPU RI
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya memulangkan 16 pendemo yang ditangkap saat demo berujung ricuh di depan KPU dan DPR/MPR RI
Baca SelengkapnyaReaksi polisi kabur diskak advokat karena debat keras soal halangi bantuan hukum untuk para demonstran yang ditangkap.
Baca SelengkapnyaDasco menegaskan tidak akan semua orang yang nantinya bakal dijamin keluar
Baca SelengkapnyaBentrokan tersebut terjadi ketika massa demonstran merobohkan pagar Gedung DPR.
Baca SelengkapnyaDirektur Penyidikan KPK, Asep Guntur Rahayu, tidak mempersoalkan laporan yang dilayangkan oleh Staf Sekjen PDIP itu
Baca SelengkapnyaSituasi sempat panas karena pendemo merangsek maju berhadapan dengan polisi.
Baca Selengkapnya