Manusia Tertua Berusia Hampir 2 Abad di Blitar Meninggal Dunia
Merdeka.com - Warga Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur berduka, Rabu (22/05). Harjo Suwito atau akrab disapa Harjo Gentolet atau Mbah Harjo yang berusia kurang lebih 200 tahun tersebut meninggal dunia.
Kabar meninggalnya pria yang kesehariannya berprofesi sebagai juru kunci tersebut viral di media sosial.
Mbah Harjo meninggal karena sakit seiring mengingat usianya yang sudah lanjut. Namun hingga kini belum ada yang mengetahui secara pasti usia Mbah Harjo Suwito.
-
Siapa yang terbunuh dalam pembantaian di Hargorejo? Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.
-
Dimana Lettu Soejitno gugur? Perjuangan Kawasan Glendeng yang merupakan perbatasan Bojonegoro dan Tuban jadi salah satu lokasi pertempuran antara tentara penjajah dengan pribumi. Di sinilah, Lettu Soejitno gugur ketika usianya baru 23 tahun.
-
Bagaimana Lettu Soejitno meninggal? Melihat Belanda tengah sibuk, Soejitno mengambil senapan mesin Lewis yang dibawa Harjono dan menembakkannya ke arah musuh di seberang. Nahas, tanpa sepengetahuannya ternyata di wilayah selatan, yakni di Glendeng, Belanda telah memperkuat pertahanan dan mengamankan proses pemasangan jembatan. Soejitno dilempari sebutir granat yang kemudian meledak di dekatnya. Tak hanya itu, mengutip Instagram @tuban_bercerita, peluru juga mengenai badan Soejitno. Ia pun gugur di lokasi perlawanan.
-
Kapan Lettu Soejitno meninggal? Pada 14 Januari 1949, Belanda berhasil menyeberangi Bengawan dan menduduki Desa Glendeng. Hal ini membuat pertahanan pasukan Indonesia menjauhi penyeberangan. Pada sore hari tanggal 14 Januari 1949, Lettu Soejitno berangkat menuju pertahanan di Kaliketek untuk menemui komandan pertahanan kota, Lettu Bambang Soemantri.
-
Siapa yang meninggal akibat Gempa Bantul? Tercatat satu warga meninggal di Kabupaten Bantul.
-
Siapa yang meninggal? Seperti dilaporkan, komika Babe Cabita meninggal dunia pada Selasa (9/4/2024) di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, akibat penyakit Anemia Aplastik yang dideritanya.
"Memang usianya untuk beliaunya sendiri, tidak hafal tahun lahirnya. Cuman perkiraan kan hampir dua abad. Pokoknya seratus lebih lah, mungkin hampir 200 tahun informasinya seperti itu," tutur Kasubag Humas Polres Blitar Iptu M Burhanudin dikonfirmasi Liputan6.com.
Mbah Harjo Suwito sempat mengeluh sakit. Pihak dari pemerintah daerah, melalui perangkat desa maupun tingkat kecamatan serta Kapolsek berusaha menawarkan untuk diperiksa dibawa ke rumah sakit.
Namun Mbah Harjo awalnya menolak. Sehingga pihak desa harus mendatangkan dokter puskesmas untuk dibawa ke rumahnya.
Diperkirakan kondisi kesehatan Mbah Harjo tak kunjung membaik. Setelah dibujuk, akhirnya Mbah Harjo bersedia dibawa berobat ke Rumah Sakit Wilingi. Tidak berselang lama, Mbah Harjo mengembuskan napas terakhir.
"Kemarin memang sakit, setelah itu dari Pemerintah, dari Kecamatan dari pihak Kapolsek berusaha membantu beliau untuk dibawa Ke Rumah Sakit, awalnya tidak mau. Akhirnya dokter yang harus dibawa ke rumahnya," lanjut Burhanudin.
Keseharian Mbah Harjo tinggal di lereng kaki Gunung Gendang, ia dianggap sebagai juru kunci di sana. Di situ ada semacam petilasan berbentuk candi.
"Sudah lama dia tinggal di situ sendirian, terkadang ditemani anaknya. Kalau anaknya tinggal di kampung. Seingat saya informasi kalau enggak salah tiga anaknya gitu loh," ucapnya.
Harjo Suwito dikenal sebagai seorang sesepuh dan panutan di sana, sehingga ia selalu mendapat perhatian dari pemerintah desa. Dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari, ia selalu mendapat kiriman makanan dari anaknya.
"Ya yang masak anaknya, tinggal di kampung. Dulu anaknya buka usaha parkir sepeda motor," ujar Iptu M Burhanudin.
Jarak petilasan candi, yang biasa ditempati Harjo Suwito dengan rumah anaknya kurang lebih 5 kilometer masuk ke area hutan lindung. Jenazah Harjo Suwito dimakamkan sekitar pukul 10.00 WIB di TPU dekat area petilasan.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua Fraksi PDIP DKI Jakarta Gembong Warsono tutup usia pada Sabtu (14/10) dini hari pukul 01.32 WIB.
Baca SelengkapnyaLeluhur Kabupaten Bojonegoro merupakan keturunan Kerajaan Majapahit hingga Kerajaan Pajang.
Baca SelengkapnyaIa tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah
Baca SelengkapnyaIa adalah buah hati anak Raden Toemenggoeng Ario Soerjodiningrat, Bupati Probolinggo.
Baca SelengkapnyaSuasana begitu haru. Tampak Ganjar memeluk istri dan anak-anak Ki Bono.
Baca SelengkapnyaPria tua ini bukanlah orang sembarangan. Dia masih memiliki darah keturunan Kerajaan Majapahit. Pesan leluhurnya juga masih dipegang teguh. Bahkan kakek ini juga masih menjunjung tradisi ageman Jawa Kuno.
Baca SelengkapnyaTak banyak yang tahu, Mbah Harjo Mislan Jemaah haji tertua se-Indonesia pernah ikut perang melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaPria kelahiran Bantul ini maju dalam bursa Pilkada begitu pensiun dari kepolisian.
Baca SelengkapnyaAyah Anji, Hartiyo meninggal dunia pada Selasa (16/1) pagi karena sakit.
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaMantan ajudan Presiden Soeharto ini mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital Cibubur.
Baca SelengkapnyaSalah satu seniman pendukung acara meninggal dunia usai pertunjukan sendratari Sirna Mendhak Sang Kala Sirna
Baca Selengkapnya