Mbah Mun dan Gus Mus turun, kisruh Muktamar NU selesai
Merdeka.com - Ketegangan dalam Sidang Pleno Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) membahas tata tertib (tatib) akhirnya reda. Kiai Maimun Zubair atau Mbah Mun dan Kiai Mustofa Bisri atau Gus Mus turun langsung mendampingi sidang yang digelar di Alun-Alun Jombang, Jawa Timur, Senin (03/08) siang.
Gus Mus, selaku Rois Aam sementara PBNU yang menggantikan Kiai Sahal Mahfud karena meninggal beberapa waktu lalu, berbicara kurang lebih selama 30 menit di depan ribuan peserta sidang. Dia mengaku prihatin dengan kekisruhan yang terjadi dalam proses sidang pleno semalam kemarin.
"Saya malu sama Allah, saya malu sama Mbah Hasyim, sama Mbah Wahab, sama Mbah Bisri. Saya ini kecelakaan karena harus menggantikan Kiai Sahal, sehingga saya terpaksa menerima jabatan ini. Kenapa Kiai Sahal harus meninggal lebih dulu," kata Gus Mus.
-
Apa itu rasa malu? Rasa malu bisa dipahami sebagai sebuah situasi sangat tidak enak hati, segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut, dan sebagainya.
-
Mengapa Gus Miftah merasa malu dengan hasil survei tersebut? “Justru saya merasa malu sebenarnya, ketika ada survei atau apapun itu namanya, tentang Ustaz yang disukai. Karena bagi saya jalan dakwah itu tujuannya cuma satu, Lillahi Kalimatillah, semata-mata mendapatkan rahmat dan ridho dari Allah SWT,“
-
Siapa ayah KH Mas Mansur? Ayahnya, KH Mas Ahmad Marzuki, adalah seorang pionir Islam dan ahli agama yang terkenal di Jawa Timur, serta imam tetap dan khatib di Masjid Agung Ampel Surabaya.
-
Bagaimana Gus Mus menanggapi curhatan para tokoh bangsa? Sejumlah Tokoh Nasional Temui Gus Mus di Rembang, Curhat Kondisi Negeri Ini Mereka membahas banyak hal, mulai dari demokrasi yang terancam hingga kebohongan yang terjadi di mana-mana
-
Siapa yang bertemu Gus Miftah? Calon Wakil Presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka menemui pendakwah asal Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah, Selasa (26/3).
-
Kenapa Azizah malu? Azizah terlihat agak malu, diperlakukan sebagai figur terkenal yang berkunjung ke Udinus.
"Saya malu, kalau perlu saya akan ciumi kaki-kaki anda agar menunjukkan sikap tawadluk anda seperti diajarkan Kiai Hasyim," katanya menambahkan.
Muktamirin yang hadir hanya diam mendengarkan petuah pimpinan tertinggi NU tersebut. Beberapa peserta sidang nampak menangis. Tidak terdengar satupun yang bicara keras dalam tenda raksasa yang disulap sebagai tempat rapat tersebut.
"Dengarkan pimpinan anda, saya sebagai rois aam. Kalau tidak anda dengarkan, buat apa saya menjabat, lepaskan saja saya, saya akan pulang menjadi warga NU biasa," kata Gus Mus.
Gus Mus juga meminta maaf kepada Muktamirin yang hadir dari jauh, terutama kepada para kiai-kiai sepuh atas kekisruhan yang terjadi. "Tolong maafkan saya, saya mohon maaf, terutama yang datang dari jauh, terutama kiai yang tua-tua. Dengan kerendahan hati saya meminta maaf, ini tanggung jawab saya, tolong maafkan saya, maafkan mereka (panitia), kesalahan itu kesalahan saya. Mudah-mudahan anda bersedia memaafkan saya, anda bersedia memaafkan saya?"
Setelah itu Gus Mus membacakan keputusan rapat antara dirinya dengan para suriyah dari seluruh Indonesia, menyikapi polemik Pasal 19 Bab VII tentang Sistem Pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum PBNU. Dalam draf rancangan pasal itu awalnya disebutkan, sistem pemilihan rois aam dan ketua umum dilakukan dengan mekanisme Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa).
Kemudian pasal itu disikapi beragam oleh peserta Muktamar. Ada kubu yang menolak sistem Ahwa dipakai pada Muktamar kali ini, tapi ada pula kubu yang mendukung Ahwa diberlakukan sekarang. Di sisi lain, ada pula kubu yang setuju Ahwa tapi diberlakukan pada Muktamar ke depan. Ada pula kubu lain yang meminta agar mekanisme pemilihan dikembalikan kepada ADRT organisasi.
Bunyi keputusan hasil rapat Syuriah yang dibacakan Gus Mus kurang lebih seperti ini; sesuai dengan ADRT organisasi Pasal 41 ayat 1, jika musyawarah mufakat tidak bisa dilakukan maka akan ditempuh dengan cara pemungutan suara. Oleh sebab itu, rois aam akan dipilih oleh rois syuriah tingkat PC dan PW. "Biarkan para kiai memilih imamnya sendiri, kiai memilih kiai," kata Gus Mus.
Sementara untuk pemilihan ketua umum akan dipilih sendiri oleh ketua tanfidz di tingkat PC dan PW. Setelah Gus Mus membacakan putusan hasil rapat dengan syuriah soal polemik Ahwa itu, dia lalu pergi keluar ruangan.
Berikutnya Pimpinan Sidang Slamet Effendy Yusuf bertanya kepada ribuan Muktamirin apakah keputusan yang dibacakan rois aam itu bisa digunakan untuk menggantikan Pasal 19? Muktamirin yang hadir menjawab serempak, "bisa!" Lalu, 'dok..dok..dok..!' tiga kali palu pengesahan digedok.
Kurang lebih setengah jam, segala persoalan dan keributan di sidang pleno Muktamar ke-33 NU itu selesai, dan salawat pun menggema di ruang sidang. Sesuai dengan ADRT organisasi, rois aam merupakan pengambil keputusan tertinggi ketika musyawarah untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gus Falah malah menilai yang dilakukan Nusron justru cenderung bermuatan dendam pribadi.
Baca SelengkapnyaSunhaji sangat menyayangkan karena dirinya mengaku sudah saling memaafkan dengan Gus Miftah.
Baca SelengkapnyaKomjen Pol Fadil Imran mengaku sering kena marah. Pelakunya tak lain ialah sosok pengasuh Pondok Tremas, Pacitan.
Baca SelengkapnyaJejak Nusron Wahid di NU, Dulu Dicopot dari Pengurus PBNU Kini Kritik Gus Yahya
Baca SelengkapnyaMereka membahas banyak hal, mulai dari demokrasi yang terancam hingga kebohongan yang terjadi di mana-mana
Baca SelengkapnyaAnwar Abbas meminta kepada penceramah atau dai yang telanjur melanggar ketentuan Allah SWT untuk bertaubat.
Baca SelengkapnyaGus Miftah menyarankan Kemenag untuk mendengarkan kembali isi ceramahnya di Bangsri, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaKalau ada yang datang ke acara MLB , baik setuju, tidak setuju atau bahkan membubarkan akan dijak ngopi , diskusi dan ngaji.
Baca SelengkapnyaGus Miftah resmi mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Baca SelengkapnyaAkibat ucapannya yang dinilai tak pantas keluar dari seorang pemuka agama dan Utusan Khusus Presiden ini, Miftah dikecam.
Baca SelengkapnyaMustofa mengatakan, kegiatan yang dilakukan oleh Aliansi Santri Gus Dur menggugat, tidak sesuai dengan sikap Nahdliyin.
Baca SelengkapnyaMiftah Maulana Habiburahman atau Gus Miftah menanggapi gaya dakwah yang dikritik publik.
Baca Selengkapnya