Mbah Paiyem, tetap setia jualan ronde di usia senja
Merdeka.com - Tangan tua dan keriput Paiyem Karsowiyono bergetar saat ada pembeli memesan wedang ronde. Tangannya pelan tetapi pasti meracik potongan roti, kolang-kaling, kacang, ondol-ondol tepung beras yang direndam dengan air jahe. Tak lama kemudian disodorkannya semangkuk kecil wedang ronde kepada pembeli.
Usia Paiyem, begitu dia disapa memang tak lagi muda. 85 tahun Paiyem sudah hidup di dunia. Dia menjual ronde sejak berusia 15 tahun.
Paiyem biasa berjualan di daerah Kampung Kauman. Sebuah Kampung yang berada di sisi barat Kraton Yogyakarta. Paiyem berjualan tepat di depan sebuah toko optik bernama Naufal. Biasanya Paiyem akan membuka dagangannya sesudah adzan Isya berkumandang merdu dari Masjid Gede Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
-
Bagaimana Pak Kempleng awalnya berjualan sate? Dikutip dari kanal YouTube J. Christiono, nama asli Pak Kempleng adalah Pak Sakimin. Ia merintis berjualan sate dengan berkeliling Kota Ungaran sejak tahun 1960-an. Namun pada tahun 1972 Pak Sakimin meninggal dunia. Usaha itu kemudian diteruskan oleh putra keduanya, Pak Mulyono.
-
Kenapa Pak Yono tetap jual gorengan? Selama tenaga masih ia miliki untuk berjualan dan mencari rezeki halal, maka perjuangannya menafkahi keluarga tidak akan usai.
-
Dimana penjual onde-onde ini berjualan? Mulai pukul 14:00 WIB siang, dirinya sudah bersiap berjualan di wilayah Jalan Lawanggada, Cirebon.
-
Siapa yang biasanya menjadi pedagang kelontong? Pedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
-
Bagaimana cara Mbah Karto berjualan ayam goreng di awal? Pada masa itu, Mbah Karto masih berjualan ayam kampung dengan berkeliling dari pintu ke pintu. Namun sejak istrinya ikut berjualan, cara berjualannya berubah dengan cara menetap.
-
Apa yang dijual Mbah Tukinem di warungnya? Di warungnya, Mbah Tukinem berjualan pecel, tape, dan dawet.
Kamis malam, (1/12) yang lalu saat merdeka.com mengunjungi Paiyem, hujan deras mengguyur kota Yogyakarta. Badannya yang tua tak gentar menghadapi hujan. Dengan beratapkan terpal berwarna orange yang sudah nampak kusam, Paiyem tetap setia menunggu dan melayani pembelinya.
Bermodalkan sebuah gerobak, satu kursi panjang, dan diterangi oleh lampu teplok, Paiyem mengadu nasibnya. Paiyem mulai berjualan di daerah Kauman paska geger peristiwa 30 September 1965. Sebelumnya Paiyem berjualan di daerah Ngampilan, lalu pindah Pasar Ngasem dan terakhir berjualan di Kauman hingga saat ini.
"Dulu jualan wedang ronde harganya masih Rp 15. Sekarang harganya Rp 5.000," cerita Paiyem.
Paiyem mengaku bahwa dirinya belajar sendiri membuat racikan wedang ronde. Tak ada yang mengajari. Dirinya mencari sendiri takaran yang pas untuk sebuah wedang ronde. Hingga kini racikan itu terus dipertahankannya.
"Semua bahannya alami. Tidak pakai pengawet atau bahan kimia. Saya buat sendiri semuanya," ungkap Paiyem.
Paiyem biasa menyiapkan dagangan wedang rondenya sejak pukul dua siang. Sebelum mulai meracik wedang ronde, Paiyem biasa membeli bahan-bahannya di pasar tradisional. Paiyem biasa membuat 200-an porsi wedang ronde.
"Biasa jualan sampai jam 12 malam. Kalau mendorong gerobak dari rumah (di daerah Pasar Ngasem) hingga ke sini (Jalan Kauman tempat Paiyem berjualan) dibantu sama anak. Lalu anak lelaki pulang ke rumah menemani cucu saya belajar," ujar Paiyem.
Meskipun pendapatannya dari berjualan wedang ronde tak pasti namun Paiyem tetap memilih berjualan ronde sebagai sumber pendapatannya. "Rezeki sudah ada yang atur. Yang penting usaha dan jualan saja," tutur Paiyem.
Mbah Paiyem ©2016 merdeka.com/cahyo purnomo edi
Langganan Soeharto hingga Hanung Bramantyo
Paiyem Karsowiyono memang tak lagi muda. Di umurnya yang sudah 85 tahun ini, ingatan Paiyem masih segar mengenang perjalanannya berjualan wedang ronde.
Menurut cerita Paiyem, wedang ronde hasil racikannya ini kerap dipesan oleh Presiden Kedua RI yaitu Soeharto. Paiyem yang sejak tahun 1965 berjualan di Kauman ini pertama kali dihubungi oleh ajudan Soeharto. Ajudan tersebut menyampaikan pesan dari Soeharto agar Paiyem membuat wedang ronde dalam jumlah tertentu yang nantinya akan disuguhkan di Gedung Agung Yogyakarta.
"Dulu jaman Pak Harto jadi Presiden saya sering melayani tamu-tamunya. Biasanya ada ajudan yang datang lalu memesan. Nanti saya racik terus saya antar ke Gedung Agung. Terus yang menyuguhkan nanti dari petugas Gedung Agung," tutur Paiyem.
Tak hanya Soeharto yang senang dengan hasil racikan wedang ronde Paiyem. Adik Soeharto, Probosutedjo dan keluarga Soeharto yang ada di Kemusuk, Bantul pun kerap memesan wedang ronde racikan Paiyem ketika ada acara.
"Sampai sekarang anak Pak Probo dan keluarga Kemusuk masih sering memesan wedang ronde. Kalau anak Pak Harto gak pernah mesan lagi," cerita Paiyem.
Pelanggan wedang ronde Paiyem yang lainnya adalah sutradara terkenal asal Yogyakarta, Hanung Bramantyo. Hanung yang rumahnya tak terlalu jauh dari tempat Paiyem berjualan kerap membeli wedang ronde.
Menurut penuturan putra Paiyem yang biasa menemani Paiyem membuka dagangan, Hanung dan sang istri Zaskia Adya Mecca sering tiba-tiba datang ke gerobak tempat Paiyem berjualan dan memesan wedang ronde. Pernah Hanung membeli wedang ronde saat hujan sambil jalan kaki dan berpayung.
"Kadang mas Hanung malah cuma jalan kaki terus beli wedang ronde bikinan Mbah Paiyem. Kadang sendiri, kadang sama Mbak Zaskia. Terus pernah juga sama teman-teman artis yang habis syuting di Yogyakarta," pungkas anak Paiyem.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walaupun sepi pengunjung, para pedagang pasar memilih bertahan tetap berjualan
Baca SelengkapnyaMomen haru kakek penjual jagung yang sepi pembeli. Bahagia saat dagangannya dibeli.
Baca SelengkapnyaKuliner legendaris itu sudah ada sejak tahun 1964.
Baca SelengkapnyaPerjuangan kakek Jagat penjual mainan keliling ini viral, mengaku sering pulang dengan tangan kosong.
Baca SelengkapnyaPria berusia 1 abad ini tak ingin berpangku tangan dan masih ingin bekerja selama dia mampu.
Baca SelengkapnyaSeorang pria penjual bakso keliling dikejutkan dengan kehadiran bapak tua.
Baca SelengkapnyaTingkah laku ekspresifnya kemudian disukai oleh banyak orang hingga memicu gelak tawa dan viral di media sosial
Baca SelengkapnyaIa hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca Selengkapnya