Mengadu ke DPRD Sulsel, Pengungsi Rohingya Ingin Diperlakukan secara Manusiawi
Merdeka.com - Sejumlah pengungsi Suku Rohingya dari negara Myanmar mendatangi kantor DPRD Sulsel, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Selasa (11/8). Mereka mengadukan nasibnya karena merasa diperlakukan tidak manusiawi, hak-haknya sebagai manusia tidak terpenuhi.
Sebelumnya, aksi serupa juga dilakukan namun tidak ada tindak lanjut sehingga mereka memilih datang lagi didampingi Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Sulsel.
Aksi digelar di luar pagar gedung DPRD Sulsel dengan membentang spanduk berisi aspirasi sembari berorasi. Selanjutnya mereka diterima dan ditemui oleh Jhon Rende Mangontan, legislator dari Fraksi Golkar.
-
Kenapa Pengungsi Rohingya datang ke Indonesia? Kapolda Aceh Irjen Achmad Kartiko menyebut, para pengungsi itu kabur dari Cox's Bazar di Bangladesh, tempat penampungan terbesar warga Rohingya yang kabur dari Myanmar.
-
Apa itu Rohingya? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Apa yang dilakukan Pengungsi Rohingya di Aceh? 'Disana sudah ada pengaturannya, berapa lama di negara transit dan berapa lama sampai di negara tujuan,' sambungnya.
-
Dimana Rohingya tinggal? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Dimana Rohingya dijemput? Andi menjelaskan, warga Aceh ini menjemput pengungsi Rohingya di sekitar perairan laut Sabang.
-
Kenapa Rohingya diantar ke kantor Gubernur? Sebelumya, warga berniat menurunkan pengungsi Rohingya ini di Kantor Imigrasi Banda Aceh. Namun karena kantor tersebut sedang dalam renovasi dan tak ada satupun orang, warga akhirnya membawa pengungsi ke kantor gubernur.
Di antara pengungsi Myanmar yang turut aksi dalam kondisi sakit, bahkan ada yang menggunakan kursi roda karena lumpuh dan memakai tongkat.
Muhammad Roby (28), salah seorang pengungsi menyampaikan, rata-rata pengungsi sudah lima hingga 12 tahun berada di Indonesia. Berpindah dari satu kota ke kota lainnya termasuk Makassar, mengikuti kebijakan UNHCR.
Menurutnya, mereka pernah dijanji oleh pihak UNHCR enam bulan diberangkatkan ke negara tujuan. "Tapi ini sudah lebih dari 10 tahun kami belum diberangkatkan ke negara tujuan untuk mencari hidup sebagai manusia normal, tidak lagi sebagai pengungsi. Sudah lama menunggu begini, lalu kami dalam urusan International Organization for Migration atau IOM, rasanya diperlakukan tidak manusiawi. Hak kami sebagai manusia, pengungsi yang terusir karena konflik tidak dipenuhi. Lihat itu banyak yang sakit tapi diobati seadanya," kata Muhammad Roby.
Salah satu pasien yang sakit adalah Muhammad Enayatullah (33), karena kardiologi yang diderita, pihak RSUP Wahidin Sudirohusodo mengeluarkan rujukan untuk dilanjutkan pengobatan ke Australia namun itu tidak dipenuhi oleh pihak UNHCR.
Juga ada Muhammed Maahd Sirajd (44), yang menderita kangker lambung dan Muhammas Huzen (43) menderita lumpuh.
"Pengungsi yang sakit itu harus didahulukan diberangkatkan ke negara tujuan tapi ini sudah bertahun-tahun sakit, masih ada di sini. Pengobatan yang diberikan IOM juga seadanya, padahal orang sakit keras makanya tidak sembuh. Tiap ke dokter, dokter harus mendapat persetujuan dari pihak IOM karena IOM yang bayar," tutur Roby.
Abdul Hakim (23), juga seorang pengungsi meminta diperlakukan dengan baik sebagai manusia. "Seandainya bukan karena konflik, kami juga tidak akan tinggalkan negara kami. Kami terusir dan cari perlindungan tapi kami seperti diabaikan oleh IOM. Padahal biaya hidup sudah minim, anak-anak tidak bisa sekolah, juga kita tidak diperbolehkan bekerja," kata Abdul Hakim.
Sementara itu, ketua FUIB Sulsel, Mukhtar Daeng Lau yang mendampingi aksi pengungsi mengatakan, pihaknya tergerak secara kemanusiaan untuk membantu.
"Sebelumnya kami beberapa kali bertemu dengan pimpinan DPRD dan Pemprov Sulsel, tapi nasib pengungsi masih begini. Kasihan mereka. Olehnya kami datang lagi mengetuk hati legislator agar tergerak membantu sebagai sesama manusia. Memanggil pihak UNHCR, IOM guna mencari solusi. Kalau dibiarkan ini berlarut-larut, khawatirnya muncul dampak sosial," kata Mukhtar Daeng Lau.
Jhon Rende Mangontan yang menerima perwakilan pengungsi mengatakan aspirasi akan diserahkan ke pimpinan. "Dan kalau dikatakan sebelumnya sudah pernah menyampaikan aspirasi yang sama, maka saya akan cek sejauh mana tindak lanjut aspirasi yang telah disampaikan sebelumnya," tandas Jhon Rende Mangontan. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 152 orang etnis Rohingya asal Myanmar terdampar di Pantai Dewi Indah, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.
Baca SelengkapnyaSatu keluarga berjumlah enam orang yang merupakan pengungsi Rohingya mendatangi Kantor Disdukcapil Makassar untuk mengajukan pembuatan KK dan KTP.
Baca Selengkapnya170 pengungsi Rohingya berlabuh di Langkat, ada yang sakit dan kelaparan
Baca SelengkapnyaMahfud MD sedang mencari jalan keluar mengenai pengungsi Rohingya yang terus bertambah datang ke Indonesia
Baca SelengkapnyaPengungsi Rohingya kini mendapat penolakan dari warga Aceh. Pemerintah diminta bertindak tegas.
Baca SelengkapnyaJika pemerintah terlambat mengambil kebijakan bisa jadi pekerjaan rumah yang sulit untuk diselesaikan di kemudian hari.
Baca SelengkapnyaMereka mendesak UNHCR dan IOM untuk segera memindahkan pengungsi Rohingya dari Aceh.
Baca SelengkapnyaMenurut Kapolri sejumlah warga Rohingya yang mengungsi sudah adanya kesepakatan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaViral Pengungsi Rohingya di Aceh 'Ngelunjak', Menko Muhadjir Ngaku Belum Terima Laporan
Baca SelengkapnyaHingga akhir November 2023, tercatat 1.084 warga Rohingya yang mendarat di Aceh menggunakan 6 kapal kayu.
Baca SelengkapnyaUNHCR mengatakan, lebih dari 1.200 orang Rohingya telah mendarat di Indonesia sejak November 2023.
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia adalah negosiasi dengan pemerintah Myanmar soal pengungsi Rohingya.
Baca Selengkapnya