Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Ritual Anggara Kasih di Kalitanjung Banyumas

Mengenal Ritual Anggara Kasih di Kalitanjung Banyumas Ritual Anggara Kasih di Banyumas. ©2019 Merdeka.com

Merdeka.com - Mereka berjalan kaki melewati jalan setapak di tepi area pekuburan. Sekitar 200-an penghayat bagian dari masyarakat Kasepuhan Adat Kalitanjung di Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas berbaris melewati undakan menuju bukit.

Mereka naik ke persemayaman Mbah Agung Wetan yang disakralkan. Tujuannya hendak meminta restu mengadakan malam Anggara Kasih.

Di atas bukit, pohon-pohon tumbuh tinggi menjulang. Langit mulai gelap. Ketua Kasepuhan Adat Kalitanjung, Muharto (75), duduk bersila di depan makam. Kemenyan dibakar. Asap membumbung. Muharto merapalkan doa dalam bahasa Jawa.

Hari Anggara Kasih atau selasa kliwon merupakan waktu sakral. Menurut perhitungan penanggalan jawa Alif Rebo Wage (Aboge), Selasa Kliwon mempunyai neptu atau nilai satu. Nilai itu kata Muharto merujuk pada kekuasaan Tuhan yang satu dan tak tertandingi. Alam semesta dan segala makhluk tercipta, hidup dan mati atas kuasa Tuhan.

"Di hari Anggara Kasih masyarakat adat melakoni nyepi. Kami puasa untuk mendekatkan diri pada keilahian," kata Muharto pada merdeka.com, Senin (25/11) malam.

Ritual Dimulai di Rumah Adat

Usai berpuasa, saat hari mulai petang, masyarakat adat Kalitanjung melakukan ritual caos sesaji di rumah adat yang disebut bale malang. Sesaji terdiri dari hasil perkebunan, pertanian atau ternak warga dan nasi tumpeng. Filosofi sesaji sebagai rasa syukur atas segala kemurahan Tuhan. Sesaji ini berasal dari 225 anggota penghayat di Kali Tanjung.

Biasanya, malam Anggara Kasih berlangsung sederhana dan jauh dari hiruk pikuk di pendapa Kasepuhan Adat Kalitanjung. Tapi pada Selasa (25/11), perayaan hari sakral tersebut dilaksanakan meriah. Kesenian Gandalia, permainan angklung yang berlaras slendro dengan nada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma) dan 6 (nem) dimainkan oleh para sesepuh.

Kemeriahan malam Anggara Kasih membuat suasana di grumbul Kalitanjung mirip pasar tumpah. Para pedagang memadati jalan sejak sore.

"Ini pertama kalinya Anggara Kasih dirayakan besar-besaran. Ada pementasan wayang juga," kata Muharto.

Tujuan Anggara Kasih

Kepala Bidang Kebudayaan Disporabudpar Kabupaten Banyumas, Deskart Jatmiko menjelaskan kemeriahan perayaan Anggara Kasih di Kalitanjung diinisiasi oleh Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI), didukung Kementerian Kebudayaan Direktorat Kepercayaan Tuhan YME. Tujuan gelaran ini memberi ruang pada para penghayat untuk berbagi informasi tentang nilai-nilai kebudayaa Jawa pada warga Banyumas. Selain itu, menggali potensi budaya masyarakat adat di Banyumas.

"Informasi tentang laku hidup masyarakat adat ini penting untuk diketahui publik. Agar tak ada kesalahan persepsi. Sebab laku hidup mereka punya filosofi sendiri yang diajarkan turun temurun," kata Jatmiko.

Seni Gandalia

Ketua Presidium MLKI Kabupaten Banyumas, Supriono menambahkan kekayaan budaya di Kalitanjung sangat khas menggambarkan karakteristik masyarakat pendukungnya. Seni gandalia misalnya, ia sebut merupakan kesenian yang lahir dari kultur agraris wujud kreativitas petani. Angklung dibuat dari bambu dan dimainkan untuk mengusir hama di lahan pertanian.

Keunikan lain, gandalia hanya dimainkan oleh laki-laki baik pemain angklung maupun sinden. Pemain angklung adalah para sesepuh adat. Sedang tembang-tembang Jawa yang kerap dilantunkan di antaranya Gondoliyo, Cucu Benik, Kulu-kulu dan Jo lio yang punya makna tentang ajaran-ajaran kehidupan.

"Kesenian ini sudah jarang diketahui masyarakat Banyumas. Selain itu di Kalitanjung ini juga banyak petilasan yang merupakan bagian sejarah tatanan lama kebudayaan, sosial, religi di Banyumas," kata Supriono.

Acara Rutin Tahunan

Direktur Direktorat Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Cristiati Ariani mengatakan malam Anggara Kasih selama ini rutin dilaksanakan di Sasana Adirasa Kompleks Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Di tahun 2019, kementerian memilih melaksanakan tradisi ini di tempat masyarakat pendukungnya. Menurutnya tradisi ini leluhur ini mesti dilestarikan sebab merupakan ekspresi budaya wujud rasa syukur pada keesaan Tuhan.

"Kita kembalikan ke masyarakat pendukung tradisi ini agar bisa secara langsung melibatkan penghayat di daerah. Tujuan kami, agar kami bisa mendengar langsung dan berkomunikasi dengan penghayat untuk menentukan kebijakan," kata Cristiati.

Cristiati juga menjelaskan bahwa di Kabupaten Banyumas kaya akan beragam ekspresi budaya. Dari data Kementerian kurang lebih tercatat 14 komunitas masyarakat penghayat tersebar di Banyumas.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Tradisi Unik Warga Trenggalek Menghitung Jumlah Saudara Dipercaya Berikan Keselamatan dan Keberkahan Hidup Dunia Akhirat, Begini Caranya
Tradisi Unik Warga Trenggalek Menghitung Jumlah Saudara Dipercaya Berikan Keselamatan dan Keberkahan Hidup Dunia Akhirat, Begini Caranya

Warga Trenggalek percaya menghitung jumlah saudara bisa memberi keselamatan dan keberkahan hidup dunia akhirat. Begini caranya.

Baca Selengkapnya
Daftar dan Ciri-ciri Orang yang Memiliki Weton Tulang Wangi dan Kaitannya dengan Malam 1 Suro
Daftar dan Ciri-ciri Orang yang Memiliki Weton Tulang Wangi dan Kaitannya dengan Malam 1 Suro

Weton tulang wangi merupakan salah satu jenis weton dalam kebudayaan Jawa yang memiliki daya tarik tersendiri yang disukai makhluk gaib.

Baca Selengkapnya
Sejarah Malam 1 Suro, Tradisi Perayaan Islam Jawa Era Sultan Agung
Sejarah Malam 1 Suro, Tradisi Perayaan Islam Jawa Era Sultan Agung

Tanggal 1 Suro diperingati setelah magrib pada hari sebelum tanggal 1, dan biasanya disebut malam satu suro.

Baca Selengkapnya
FOTO: Makna Mendalam Hari Raya Galungan yang Dirayakan Umat Hindu Bali Hari Ini
FOTO: Makna Mendalam Hari Raya Galungan yang Dirayakan Umat Hindu Bali Hari Ini

Hari Raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu Bali setiap 210 hari sekali menggunakan perhitungan kalender Bali.

Baca Selengkapnya
Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa

Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.

Baca Selengkapnya
2 Agustus Peringati Hari Raya Galungan, Pahami Maknanya
2 Agustus Peringati Hari Raya Galungan, Pahami Maknanya

Galungan adalah Hari Raya penuh makna kebaikan bagi umat Hindu.

Baca Selengkapnya
Unik, Ini Nama-Nama Hari Sendiri dalam Bahasa Sunda yang Jarang Diketahui
Unik, Ini Nama-Nama Hari Sendiri dalam Bahasa Sunda yang Jarang Diketahui

Di masanya, masyarakat Sunda sudah memiliki penanggalannya sendiri secara tradisional.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Ngirab, Perayaan Rebo Wekasan Khas Masyarakat Cirebon
Mengenal Tradisi Ngirab, Perayaan Rebo Wekasan Khas Masyarakat Cirebon

Tradisi ngirab selalu dilaksanakan untuk memperingati hari Rebo Wekasan.

Baca Selengkapnya
Mengenal Hitungan Jawa Weton, Pahami Cara dan Fungsinya
Mengenal Hitungan Jawa Weton, Pahami Cara dan Fungsinya

Hitungan jawa weton masih sering digunakan untuk menentukan hari baik.

Baca Selengkapnya
Mengenal Rebo Kasan, Tradisi Doa Bersama yang Merekatkan Kebersamaan Masyarakat Daerah Air Anyir
Mengenal Rebo Kasan, Tradisi Doa Bersama yang Merekatkan Kebersamaan Masyarakat Daerah Air Anyir

Sebuah ritual doa kepada Tuhan sebagai ritual tolak bala yang dilaksanakan setiap bulan Sya'far atau setiap hari Rabu terakhir pada penanggalan Hijriah.

Baca Selengkapnya
5 Mitos Anak Pertama Lahir Hari Minggu
5 Mitos Anak Pertama Lahir Hari Minggu

Dalam tradisi primbon atau kepercayaan Jawa, terdapat mitos atau kepercayaan terkait hari kelahiran dan kepribadian seseorang.

Baca Selengkapnya
Tata Cara Sholat Rabu Wekasan, Lengkap Beserta Niat dan Hukumnya
Tata Cara Sholat Rabu Wekasan, Lengkap Beserta Niat dan Hukumnya

Tata cara sholat Rabu Wekasan, ketahui amalan dan hukumnya.

Baca Selengkapnya