Mengintip Karya Seni di Mega Festival Indonesia Bertutur 2024
Kemendikbudristek resmi membuka Mega Festival Indonesia Bertutur 2024 pada 7 Agustus lalu.
Mega festival Indonesia Bertutur (Intur) 2024 berlangsung meriah. Festival yang menampilkan 100 karya seniman dalam negeri maupun internasional ini digelar di tiga titik berbeda di Bali, yakni Batubulan, Ubud, dan Nusa Dua.
Khusus di Ubud, karya seni tersebut dipamerkan di lima museum. Di antaranya Neka Art Museum, Museum Puri Lukisan, Tonyraka Gallery, dan Rumah Topeng & Wayang Setia Darma.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti mengatakan, 100 karya seni ini mulai dipamerkan sejak 7 sampai 18 Agustus 2024.
“Ini karya seniman dalam negeri dan juga beberapa karya seniman dari luar negeri,” kata Irini di Museum Puri Lukisan, Kamis (8/9).
Lewat Indonesia Bertutur 2024, Irini berharap terjadi pertukaran pengetahuan seni. Baik antara seniman maupun masyarakat yang melihat pameran hasil karya seni tersebut.
“Sebenarnya ruang ekspresi ini bukan hanya sekadar menampilkan sebuah karya seni tapi justru dari sinilah kita bisa menggali lebih banyak mengeksplore lebih banyak ya tentang potensi seni dari yang berdasarkan seni tutur baik di Indonesia,” ujar dia.
Potret Karya Seni di Intur 2024
Lebih dari lima karya seni dipamerkan di Neka Art Museum. Salah satunya hasil karya fotografi seniman Indonesia Dodi Cahyendra. Lewat karyanya bertajuk Pulau, Dodik menggambarkan bagaimana upaya untuk memenuhi ekspektasi pariwisata dapat menyebabkan dampak negatif yang signifikan, baik dari segi lingkungan maupun sosial.
Sementara di Museum Puri Lukisan, ada hasil karya yang sangat menarik bertajuk AMRTA. Karya ini milik Indah Arsyad. Melalui karyanya, Indah Arsyad menampilkan ukuran pH, karbon, dan suhu bumi sebagai indikasi kondisi air sungai. Karya itu juga memperlihatkan video dan suara.
Indah Arsyad dikenal sebagai seniman media baru dengan karya-karya instalasi video imersif, yang berfokus pada isu-isu lingkungan, terutama berkaitan dengan pencemaran air.
Karya seni di Rumah Topeng & Wayang Setia Darma tak kalah menarik. Ada karya bertajuk Rumah Altar milik I Wayan Sujana Suklu. Karya ini menggambarkan hubungan manusia dengan sesama dan alam lingkungannya.
I Wayan Sujana Suklu pun memanfaatkan material organik, bambu, untuk membangun sebuah ‘rumah’ yang ramah lingkungan. Karya ini rupanya bermula dari ketertarikan I Wayan Sujana Suklu pada beruk, batok kelapa yang digunakan oleh para petani sebagai wadah air minum.
Kemendikbudristek resmi membuka Mega Festival Indonesia Bertutur 2024 pada 7 Agustus lalu. Acara ini melibatkan 900 seniman, baik dari dalam negeri maupun internasional.
Tema Indonesia Bertutur kedua ini adalah ‘Subak: Harmoni dengan Pencipta, Alam, dan Sesama’. Indonesia Bertutur pertama digelar di Borobudur pada 2022 lalu.