Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menolak Stigma Jenggot dan Celana Cingkrang Identik dengan Radikalisme

Menolak Stigma Jenggot dan Celana Cingkrang Identik dengan Radikalisme Seminar Ahli Hadis di STDI Jember. ©2019 Merdeka.com

Merdeka.com - Upaya penanggulangan radikalisme dan terorisme, diharapkan tidak lagi menyinggung stigmatisasi dan labelling terkait simbol agama. Pesan itu mengemuka dalam Seminar Internasional tentang Peranan Ahli Hadis dalam Penanggulangan Radikalisme yang digelar di Jember selama tiga hari. Seminar yang dihadiri berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri itu juga sekaligus sebagai pertemuan tahunan keempat dari Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA).

"Melalui pertemuan ini, kami ingin meluruskan stigma bahwa ciri-ciri radikalisme yang selama ini sering digambarkan seperti berjenggot, celana cingkrang, dan perempuan bercadar telah membuat definisi radikal menjadi bias," kata Ali Musri Semjan Putra, ketua panitia acara dalam sesi jumpa pers, Sabtu (21/9).

Sementara itu, Ketua Asliha Indonesia, Dr Muhammad Al Fatih Suryadilaga menilai, munculnya radikalisme yang kemudian mengarah pada terorisme, salah satunya dipicu oleh penggunaan hadis palsu. "Seperti penggunaan hadis yang memotivasi muslim untuk memerangi orang kafir, banyak yang tidak valid. Ini yang coba kita luruskan," ujar dosen senior ilmu hadis di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini.

Orang lain juga bertanya?

Karena itu, Suryadilaga meminta kepada semua pihak, khususnya media dan pemerintah untuk tidak mudah memberi stempel radikal dan terorisme kepada kelompok tertentu. "Tidak semua yang berjenggot, cingkrang itu sumber petaka. Itu hanya model dalam pemahaman islam. Kalau kita saling memahami, itu bagian dari rahmatan Lil alamin," tegas Suryadilaga.

Acara pertemuan Asilha di Jember ini diadakan dengan tuan rumah penyelenggara yakni, Sekolah Tinggi Dirosah Islamiyah (STDI) Imam Syafi'i, Jember. "Tadi dalam acara pembukaan kan ada kumandang lagu Indonesia raya. Itu bukti bahwa mahasiswa di sini cinta NKRI. Mahasiswi yang bercadar atau menolak bersalaman dengan lawan jenis, itu tidak berarti radikal," tambah Suryadilaga.

Sebelumnya, pada pertengahan tahun 2018, keberadaan STDI Imam Syafi'i Jember sempat memicu gesekan dengan masyarakat di sekitarnya. Terutama dari masyarakat NU. Namun setelah melalui mediasi dari Kemenag, PC NU dan Polres Jember, permasalahan itu berakhir dengan saling berangkulan.

"Sejak dapat izin berdiri dari pemerintah, kampus kami selalu berkomitmen dalam penanggulangan masalah sosial. Salah satunya adalah soal radikalisme yang dikemas dengan wajah agama," tutur Ustadz Arifin Badri, pimpinan STDI Imam Syafi'i Jember.

Badri juga mengkritik kecenderungan justifikasi simbol keagamaan seperti jenggot dan celana cingkrang sebagai pelaku teror. "Coba lihat pelaku teror Bom Thamrin kan pakai kaos, celana jins dan tidak berjenggot," ujar Badri merujuk pada berita foto Afif, pelaku teror Bom Thamrin yang menenteng senjata, memakai kaos dan topi saat serangan teror beberapa waktu lalu.

"Tidak tepat jika menilai orang secara parsial hanya dari tampilan pakaiannya saja," sambung Badri yang juga berjenggot itu.

Seminar internasional yang berlangsung hingga 21 September 2019 tersebut menghadirkan pembicara utama dari kawasan Timur Tengah (Timteng). Di antaranya adalah Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz Al Faleh (Dekan Fakultas Hadis dan Ilmu Hadis Universitas Islam Madinah), Syaikh Prof. Dr. Ali Ibrahim Saud (Guru Besar Ilmu Hadis Universitas Alu Al Bayt, Amman Yordania), Syaikh Prof. Dr. Abdus Sami’ Muhammad Anis (Guru Besar Ilmu Hadis, Universitas Sharjah, UEA), dan beberapa ulama-ulama hadis lainnya.

Seminar internasional ini diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Hadis STDI Imam Syafi’i Jember bekerja sama dengan ASILHA Asosiasi Ilmu Hadits Indonesia.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perangi Radikalisme dan Terorisme dengan Moderasi Beragama
Perangi Radikalisme dan Terorisme dengan Moderasi Beragama

Di tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.

Baca Selengkapnya
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air

Pentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia

Baca Selengkapnya
BPIP: Sikap Intoleransi Akar Masalah Radikalisme dan Terorisme
BPIP: Sikap Intoleransi Akar Masalah Radikalisme dan Terorisme

Pancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi

Baca Selengkapnya
Waspadai Dalil Sesat Kelompok Teror, Tak Ada Agama Ajarkan Kekerasan
Waspadai Dalil Sesat Kelompok Teror, Tak Ada Agama Ajarkan Kekerasan

Narasi intoleran dan radikal dari kelompok teror ini perlu diimbangi dengan narasi tandingan berupa moderasi beragama dan seruan toleransi.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Diingatkan Harus Lebih Tegas Tangani Kelompok Anti-Pancasila
Pemerintah Diingatkan Harus Lebih Tegas Tangani Kelompok Anti-Pancasila

Organisasi kelompok anti-Pancasila sudah dibubarkan, tapi sel-sel mereka masih terus bergerak di bawah tanah.

Baca Selengkapnya
Jadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran
Jadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran

Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.

Baca Selengkapnya
Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa Ingin Benturkan Masyarakat
Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa Ingin Benturkan Masyarakat

Setiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.

Baca Selengkapnya
BPIP Harap Masyarakat Tak Mudah Dipecah Belah Perbedaan Budaya dan Agama
BPIP Harap Masyarakat Tak Mudah Dipecah Belah Perbedaan Budaya dan Agama

Romo Benny menyampaikan harapannya agar Indonesia tidak mudah dipecah belah oleh perbedaan kebudayaan atau keagamaan.

Baca Selengkapnya
Masyarakat Diingatkan Perkuat Empat Bingkai Kerukunan Agar Tak Mudah Dipecah Belah
Masyarakat Diingatkan Perkuat Empat Bingkai Kerukunan Agar Tak Mudah Dipecah Belah

Empat bingkai kerukunan sebagai pilar kekuatan bangsa adalah kunci untuk melawan radikalisme dan terorisme.

Baca Selengkapnya
Jangan Termakan Hasutan Kelompok Intoleran Jelang Nataru
Jangan Termakan Hasutan Kelompok Intoleran Jelang Nataru

Jangan sampai dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi intoleransi, bahkan mengarah pada aksi radikal terorisme.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Kapolri Listyo Sindir Politik Cebong-Kampret, Beneran Hilang?
VIDEO: Kapolri Listyo Sindir Politik Cebong-Kampret, Beneran Hilang?

Kapolri Listyo ingin polarisasi seperti itu perlu dihilangkan

Baca Selengkapnya
Masyarakat Harus Memiliki Ketahanan Ideologi Melawan Terorisme
Masyarakat Harus Memiliki Ketahanan Ideologi Melawan Terorisme

Untuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.

Baca Selengkapnya