Menko PMK Muhadjir Ungkap Alasan Pemerintah Terapkan Sistem Zonasi PPDB
Penerapan sistem zonasi PPDB menimbulkan perdebatan di lingkungan masyarakat.
Muhadjir menyebut, sistem zonasi PPDB untuk menghindari siswa-siswa berprestasi berpindah kota.
Menko PMK Muhadjir Ungkap Alasan Pemerintah Terapkan Sistem Zonasi PPDB
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkap alasan pemerintah menerapkan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Dia menyebut, sistem zonasi PPDB untuk menghindari siswa-siswa berprestasi berpindah kota. ”Alasan penting dari zonasi adalah menghindarkan perpindahan otak besar-besaran dari satu kota ke kota lain. Anak-anak yang pintar dan berkualitas kalau semuanya pindah ke daerah lain, bagaimana dengan daerah yang ditinggalkan,” kata Muhadjir di Novotel, Manado, Sabtu (19/8).
Menurut Muhadjir, sistem zonasi sangat penting untuk diterapkan.
Dampak positifnya, terjadi pemerataan siswa-siswa berprestasi.
”Problemnya lagi, apabila tidak ada rotasi guru. Semua guru yang bagus dikumpulkan di sekolah bagus, akhirnya ada sekolah bagus, ada sekolah biasa saja,”
sambung Muhadjir.
Muhadjir juga berpesan agar pemerintah di daerah ikut untuk menjaga sekolah swasta agar eksis. "Penting bagi pemerintah daerah juga untuk ambil bagian dalam meningkatkan kualitas sekolah swasta. Kenapa? Kalau ada sekolah swasta yang tidak mutu, itu yang jadi beban bukan pemilik sekolah, bukan yayasan juga, melainkan siswa yang sekolah di situ. Nantinya juga kalau lulusannya tidak bagus, yang menanggung beban adalah pemerintah," jelas Muhadjir.
Pernyataan Muhadjir ini menjawab sejumlah pertanyaan dalam Seminar Kedaulatan Pendidikan Nasional.
Pertanyaan datang dari guru, mahasiswa, dan siswa, yang gusar dengan problem pendidikan.
”Zonasi yang dijelaskan bapak Menko itu sangat ideal. Tapi, kenyataan di lapangan kita kesulitan,"
tanya Bakri, guru SMK Yapim Manado.
Fabian Kaloh, anggota DPRD Sulut mengatakan, selain pendanaan dan fasilitas, problem pendidikan di Indonesia adalah kualitas dan kuantitas guru. "Jadi, pak Menko, kami di Sulawesi Utara ini membutuhkan tambahan guru. Kami kekurangan,” terangnya. Pemintaan penambahan guru dari Fabian Kaloh kepada Muhadjir mendapatkan respons sangat antuasias dari peserta yang hadir.
Dalam seminar itu, selain dari perwakilan lintas agama dan lintas etnis, hadir pula para guru, mahasiswa, dan siswa dari berbagai lembaga pendidikan di Manado. ”Yang banyak hanya tenaga harian lepas. Ibu-ibu setuju ya,” tanya Fabian kepada peserta seminar yang disambut dengan kata betul secara serempak. ”Kebetulan honor mereka kecil sekali. Ada guru kita yang gajinya hanya Rp250 ribu,” lanjut Fabian.
Selain Fabian, anggota DPD RI asal Sulut Djafar Alkatiri juga menyoroti tentang infrastruktur dan fasilitas sekolah. ”Tentu saja kualitas guru sangat kami butuhkan. Selain itu penataan agar merata, tidak terpusat di sekolah-sekolah tertentu saja,” katanya.