Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Nestapa bayi-bayi keluarga miskin ditelantarkan rumah sakit

Nestapa bayi-bayi keluarga miskin ditelantarkan rumah sakit Ilustrasi Bayi Meninggal. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Dunia kesehatan di negeri ini menyimpan dilema yang begitu besar. Akses akan kesehatan dan pelayanan medis merupakan hak bagi setiap warga negara.

Namun demikian, pada kenyataannya akses tersebut ternyata tidak dapat dinikmati oleh mereka dengan ekonomi lemah. Bahkan, tak jarang mereka harus rela jika pada akhirnya anggota keluarganya harus meninggal lantaran tidak ada rumah sakit yang mau memberikan akses tersebut.

Di sisi lain, bayi merupakan sumber harapan bagi setiap orang. Kondisi fisiknya yang masih sangat rentan menjadikan semua orang wajib memberikan perhatian khusus, termasuk juga pihak rumah sakit.

Tetapi, banyak rumah sakit yang tidak mau menjalankan kewajiban itu. Banyak bayi mengidap kelainan ditolak dengan beragam alasan, mulai tidak ada kamar hingga tidak menerima BPJS.

Alhasil, bayi-bayi itu terpaksa tak bisa menikmati masa tumbuh kembangnya. Hal ini seolah memberikan legitimasi fasilitas kesehatan hanya diperuntukkan bagi mereka yang berduit.

Dalam catatan merdeka.com, setidaknya terdapat beberapa kasus bayi pengidap kelainan harus meninggal dunia lantaran ditelantarkan oleh pihak rumah sakit. Berikut ini beberapa kisah yang sempat dirangkum:

Bayi FAO dilarang pakai ruang ICU

Nasib malang menimpa FAO. Nyawa bayi berusia enam bulan tersebut melayang sia-sia lantaran tak diizinkan masuk ke Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Medika Lestari, Jalan HOS Cokroaminoton Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Karang Tengah, Tangerang, Banten.Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menuturkan peristiwa penolakan tersebut terjadi pada Rabu (30/4).Saat itu, ayah korban Subur Siyamto melarikan FAO ke RS Medika Lestrari karena panas tinggi."Kemudian, sekitar pukul 12.00 WIB, ayah korban dikabarkan dokter yang menangani FAO kalau anaknya harus dipindahkan ke ruang ICU," jelas Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Jumat (2/5).Mendapat kabar tersebut, lanjut Rikwanto, ayah korban langsung mengurus biaya administrasi pendaftarannya. Dia dikenakan biaya sebesar Rp 5 juta."Namun dia ditolak (oleh pihak rumah sakit) karena dirinya hanya memiliki uang muka Rp 2,5 juta. Ayah korban juga sempat meminta keringanan dan berjanji akan membayar sisanya dalam tempo satu hari. Namun dia tetap ditolak," ungkap Rikwanto.Lantaran belum bisa melunasi biaya administrasi, ayah korban mendapatkan kabar bahwa anaknya telah meninggal dunia."Hingga pukul 19.45 WIB karena belum juga mendapatkan penanganan, ayah korban dikabarkan anaknya telah meninggal dunia," ujarnya.Atas kejadian itu, Subur pun mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Metro Tangerang. Berdasarkan LP/B/314/IV/2014/PMJ/Restro Tangerang Kota, pihak kepolisian pun akan memproses kasus ini.

Bayi Revan ditolak karena ruangan penuh

Revan Adiyaksa Amir (1,3 bulan) akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit Akademis Makassar, Kamis (27/6) sekitar pukul 01.15 WITA. Bayi Revan sempat ditolak sejumlah Rumah Sakit (RS) milik pemerintah dan swasta dengan alasan ruangan perawatan penuh."Sebelumnya anak saya, saya bawa ke dokter umum karena mengalami muntaber, kemudian dibawa ke Rumah Rakit Umum Daya untuk mendapat perawatan, kemudian dirujuk ke RSU Wahidin Sudirohusodo, tetapi ditolak dengan alasan ruang PICU penuh pasien," ujar Nirma, ibu kandung Revan di Makassar seperti dilansir Antara, Kamis (27/6).Nirna menuturkan, awalnya Revan mengalami muntah-muntah dan dibawa ke dokter umum pada 21 Juni 2013. Tidak ada perubahan, dirinya membawa bayi Revan ke RSUD Daya pada Senin 24 Juni 2013.Setelah dirawat beberapa hari, lanjut Nirma, kondisi Revan menurun dan terlihat tertidur. Namun setelah dicek dokter, ternyata bayi Revan dalam kondisi kritis. Pihak RSUD Daya merujuk ke RS Regional Wahidin Sudirohudo menggunakan ambulan pada Rabu 26 Juni malam.Namun ketika tiba di RS Regional Wahidin Sudirohudo, petugas RS hanya memeriksa Revan di dalam ambulan, alasannya ruang perawatan anak Pediatric Intensive Care Unit (PICU) sedang penuh.Tidak ingin anaknya tersiksa karena dalam kondisi kritis, dia bersama suaminya (Amir) yang bekerja serabutan kemudian membawa anaknya ke Rumah Sakit Ibnu Sina. Sayangnya, pihak rumah sakit tersebut juga mengatakan alasan yang sama dan tidak menerima Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).Nirma kemudian kembali membawa anaknya ke Rumah Sakit Awal Bros, lagi-lagi pihak rumah sakit mengatakan tidak punya ruangan khusus, dan tidak menerima peserta Jamkesda. Sekitar pukul 11.40 WITA anaknya kemudian dibawa ke RS Akademis dan akhirnya diterima dan ditangani. Namun terlambat, bayi Revan meninggal dunia karena kekurangan cairan dan kondisinya sangat lemah."Anak saya sudah tidak sadar waktu dibawa ke beberapa rumah sakit. Dan saya belum tahu harus membayar pakai apa di rumah sakit Akademis, KTP dan KK disuruh simpan sebagai jaminan, saya hanya pasrah saja pak, kami ini orang miskin," ucap Nirna sambil menangis di Perumahan Haji Kalla II/24 Kelurahan Panaikang, Kecamatan Panakukang.

Mengidap kelainan kerongkongan, bayi Dera ditolak banyak RS

Setelah sepekan berjuang melawan penyakitnya, seorang bayi bernama Dera Nur Anggraini mengembuskan napas terakhirnya pada Sabtu (16/2). Dera meninggal pada pukul 18.00 WIB di Rumah Sakit Zahira, Jakarta Selatan.Dera yang lahir secara prematur meninggal akibat mengalami masalah dengan pernapasan karena ada kelainan pada kerongkongannya. Karena di rumah sakit tersebut tidak mempunyai alat memadai, dokter di Rumah Sakit Zahira menyarankan agar di rujuk ke rumah sakit lain."Sekarang Dera sudah dimakamkan Minggu kemarin enggak jauh dari rumah di Jalan Pribadi Pasar Minggu, Kompleks Jatipadang Baru, Jakarta Selatan," kata ayah Dera, Elias Setya Nugroho kepada merdeka.com, Senin (18/2).Sebelum Dera meninggal, Elias sebenarnya sudah berusaha mencari rumah sakit rujukan lain. Ke RSCM, Fatmawati dan Rumah Sakit Harapan Kita, tapi tak ada satu pun rumah sakit itu menerima Dera."Sekarang tinggal adeknya. Karena ini lahiran kembar ya. Adeknya bernama Dara. Sekarang sudah dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSUD) Tarakan (Jakarta)," ujarnya.

Bayi Abbi ditolak karena berobat pakai BPJS

Abbiyasa Rizal Ahnaf (2) balita pengidap penyumbatan pencernaan (Ileus obstruksi, ileus paralitik) ditolak sejumlah rumah sakit saat hendak berobat dengan menggunakan BPJS. Menurut ayah dari bocah malang tersebut, Edi, setelah ditolak oleh sejumlah rumah sakit akhirnya dirinya diterima di Rumah Sakit Tarakan."Banyak rumah sakit menolak untuk merawat anak saya" kata Edi saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (28/11).Meski diterima di Rumah Sakit Tarakan, namun nyawa Abbiyasa tidak tertolong. Abbi meninggal dunia dunia di RS Tarakan pagi tadi."Meninggalnya di Rumah Sakit Tarakan, anak saya butuh perawatan secara khusus, makanya banyak rumah sakit yang menolak,"Informasi yang diterima merdeka.com terdapat 22 rumah sakit yang menolak Abbiyasa yang membutuhkan fasilitas PICU (pediatric intensive care unit) dan dokter spesialis bedah anak. Berikut ini adalah rumah sakit yang menolak menangani Abbiyasa:1. RSCM - penuh2. RSPAD - tidak punya Ruang Picu, tetapi dokter ada3. RS Haji - Ruang dan dokter ada tp ventilator untuk pasca operasi enggak ada. Jadi dokter enggak berani bedah.4. RS Polri - penuh5. RS Harapan bunda - enggak terima pasien BPJS. Dp awal Rp 15-20 juta6. RSIA Harapan Kita - penuh7. RS Fatmawati - penuh8. RS Persahabatan - penuh9. RS Bunda aliya - enggak punya dokter spesialis10. RS Tarakan - penuh11. RS UKI - Enggak punya fasilitas NICU12. RS Cikini - penuh13. Carolus - penuh14. RS Pelni - penuh15. RS Islam Jakarta - penuh16. RSPP - enggak terima BPJS17. RS Bunda Margonda - enggak terima BPJS18. Rs Permata - enggak ada fasilitas dan dokter19. Rs Mitra - enggak ada fasilitas dan dokter20. RS Premier Jatinegara - enggak terima BPJS21. RS BUNDA Menteng - penuh22. RS Thamrin - Dp Rp 30 juta

(mdk/tyo)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penjelasan RSAB Harapan Kita Penyebab Bayi Dua Bulan Sempat Kritis hingga Gizi Buruk
Penjelasan RSAB Harapan Kita Penyebab Bayi Dua Bulan Sempat Kritis hingga Gizi Buruk

RSAB Harapan Kita berjanji menangani bayi berinisial LAH secara optimal.

Baca Selengkapnya
Ibu Kurang Gizi Tak Ada Makanan dan ASI, Bayi Baru Lahir di Gaza Sulit Bertahan Hidup
Ibu Kurang Gizi Tak Ada Makanan dan ASI, Bayi Baru Lahir di Gaza Sulit Bertahan Hidup

Israel melarang masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Baca Selengkapnya
Lima Jasad Bayi Prematur Ditemukan Membusuk Setelah Israel Paksa Tim Medis Tinggalkan RS di Gaza
Lima Jasad Bayi Prematur Ditemukan Membusuk Setelah Israel Paksa Tim Medis Tinggalkan RS di Gaza

Sejumlah rumah sakit menjadi target serangan pasukan penjajah Israel selama agresinya di Jalur Gaza, Palestina.

Baca Selengkapnya
Viral Momen Polwan Kunjungi Panti Asuhan Balita di Semarang, Penuh Haru
Viral Momen Polwan Kunjungi Panti Asuhan Balita di Semarang, Penuh Haru

Viral momen polwan kunjungi panti asuhan balita di Semarang, penuh haru.

Baca Selengkapnya
Merasa Ditelantarkan RSUD, Warga Sumsel Ini Teriak Minta Tolong karena Sakit Anaknya Tak Kunjung Ditangani
Merasa Ditelantarkan RSUD, Warga Sumsel Ini Teriak Minta Tolong karena Sakit Anaknya Tak Kunjung Ditangani

Bocah yang sakit itu sudah tampak lemas. Hidungnya terus mengeluarkan darah.

Baca Selengkapnya
6 Dokter Spesialis RSAB Harapan Kita Tangani Bayi Sempat Kritis dan Gizi Buruk Diduga Akibat Suster Salah Beri Susu
6 Dokter Spesialis RSAB Harapan Kita Tangani Bayi Sempat Kritis dan Gizi Buruk Diduga Akibat Suster Salah Beri Susu

RSAB Harapan Kita juga berjanji akan memberikan perkembangan penanganan anak dari Chintia Suciati (29) tersebut secara terbuka kepada masyarakat.

Baca Selengkapnya
Ratusan Jenazah Terlantar di Halaman RS Al-Shifa Gaza, Tak Bisa Dikuburkan karena Israel Mengepung
Ratusan Jenazah Terlantar di Halaman RS Al-Shifa Gaza, Tak Bisa Dikuburkan karena Israel Mengepung

Tim medis di dalam rumah sakit tak mampu membuat kuburan massal di halaman karena situasi lapangan yang mencekam

Baca Selengkapnya
Suster Salah Kasih Susu, Bayi Dua Bulan Kritis Hingga Gizi Buruk
Suster Salah Kasih Susu, Bayi Dua Bulan Kritis Hingga Gizi Buruk

Sang ibu menuntut pertanggungjawaban kepada pihak rumah sakit.

Baca Selengkapnya
Kronologi Lengkap Nana Mirdad Temukan Bayi Baru Lahir di Semak-Semak Dekat Rumah
Kronologi Lengkap Nana Mirdad Temukan Bayi Baru Lahir di Semak-Semak Dekat Rumah

Nana Mirdad mengungkap kejadian tak terduga yang dialaminya. Asisten Rumah Tangga atau ART di rumahnya menemukan seorang bayi

Baca Selengkapnya
Tak Hanya Keluarga Miskin, Anak Orang Kaya Juga Bisa Kena Stunting, Begini Penjelasannya
Tak Hanya Keluarga Miskin, Anak Orang Kaya Juga Bisa Kena Stunting, Begini Penjelasannya

Tak hanya dari keluarga miskin, anak dari keluarga orang kaya juga bisa kena stunting.

Baca Selengkapnya
Fakta Baru Keluarga Ayah Simpan Bayi dalam Freezer, Dua Balita Tak Terurus Dirawat Dinsos
Fakta Baru Keluarga Ayah Simpan Bayi dalam Freezer, Dua Balita Tak Terurus Dirawat Dinsos

Kondisi dua balita yang ayahnya simpan jasad bayi dalam freezer.

Baca Selengkapnya
Kasus Ibu Lahiran di Pinggir Jalan Karena Ditolak Bidan, Faskes di Jember jadi Sorotan
Kasus Ibu Lahiran di Pinggir Jalan Karena Ditolak Bidan, Faskes di Jember jadi Sorotan

Buntut kejadian itu, Apdesi Jember hari ini akan melakukan aksi ke Dinas Kesehatan dan DPRD Jember untuk mencari solusi konkret.

Baca Selengkapnya