Pendidikan kebangsaan terabaikan membuat radikalisme tumbuh subur
Merdeka.com - Ancaman kebhinekaan belakangan ini mulai marak muncul di Indonesia. Rongrongan dari kelompok intoleran dan radikal tak henti-hentinya mengancam kebhinekaan Indonesia.
Menanggapi adanya ancaman kebhinekaan dan berbagai permasalahan bangsa Indonesia lainnya, sejumlah tokoh nasional lintas agama berkumpul di Yogyakarta untuk membahas berbagai upaya yang harus dilakukan untuk mempertahankan keutuhan Indonesia.
Tokoh nasional lintas agama yang berkumpul di antaranya adalah Buya Ahmad Syafii Maarif, KH Ahmad Mustofa Bisri, Kardinal Julius Dharmaatmadja, Prof M Quraish Shihab, Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Bhikku Nyana Suryanadi, Mohamad Sobary, Pendeta Gomar Gultom, Prof Abdul Munir Mulkan dan KH Imam Azis.
-
Bagaimana cara menjaga keberagaman budaya di Indonesia? Satu di antara cara menjaga keberagaman sosial budaya adalah dengan menerapkan toleransi antarkelompok masyarakat.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Bagaimana Kemendagri menangani radikalisme? Penanganan radikalisme dan terorisme harus melibatkan semua elemen dan unsur masyarakat seperti tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, maupun organisasi kemasyarakatan lainnya,“ ujarnya.
-
Dimana mereka berkumpul? Alyssa Daguise, Rebecca Klopper, dan Syifa Hadju membagikan momen kebersamaan mereka saat menghadiri badminton Clash dengan mengenakan pakaian serba hitam.
-
Apa yang dibahas dalam pertemuan Golkar? “Yang intinya, menginginkan Hasta Karya ini solid, kami sampaikan bahwa sampai saat ini seluruh organisasi Hasta Karya “Hasilnya adalah memberikan kewenangan penuh pada Ketua Umum Golkar Bapak Airlangga Hartarto untuk menentukan arah kebijakan, langkah-langkah yang akan diambil terkait dengan pilpres, pileg, dan pilkada,“ tegas Ketum MKGR.
-
Bagaimana Banyuwangi harmoniskan budaya dan agama? 'Saya kira ini adalah bentuk moderasi beragama yang telah terejawantah dengan baik. Tentu saja, ini berkat kesadaran kolektif masyarakatnya sekaligus adanya orkestrasi yang baik dari pemerintah daerahnya,' imbuhnya.
Dari rekomendasi yang dihasilkan untuk memerbaiki kondisi Indonesia ke depannya, para tokoh nasional lintas agama ini menilai bahwa kearifan lokal dan Pancasila menjadi salah satu pondasi untuk memertahankan kebhinekaan Indonesia. Pascareformasi, Pancasila dan kearifan lokal terlupakan dan tak lagi dipelajari.
Menurut Kus Kuswanto, tokoh lintas agama, saat ini ada sekelompok orang yang mengingkari adanya kebhinekaan. Sekelompok orang ini merasa dirinya paling benar.
"Tumbuh suburnya radikalisme ini karena adanya kegamangan demokrasi dan keagamaan. Pendidikan kebangsaan yang terabaikan juga ikut membuat radikalisme tumbuh subur," ujar Kus Kuswanto di UC UGM pada acara Seruan Sesepuh Bangsa, Jumat (26/5).
Kesenjangan perekonomian yang saat ini terjadi di Indonesia, lanjut Kus Kuswanto, juga turut andil menjadi pemicu permasalahan bangsa. Kesenjangan perekonomian ikut melahirkan kecemburuan sosial di masyarakat.
"Indonesia punya sejarah panjang bahkan sebelum merdeka di tahun 1945, ratusan tahun yang lalu permasalahan Kebhinekaan sudah ada. Akhirnya di tahun 1945 bangsa Indonesia menemukan kunci untuk mengatasi permasalahan kebhinekaan yaitu Pancasila," papar Kus Kuswanto.
Melemahnya pemahaman Pancasila saat ini, kata Kus Kuswanto, perlu kembali dikuatkan. Pancasila, UUD 1945 dan kebhinekaan harus kembali ditegakkan.
"Kearifan lokal juga perlu diperhatikan. Jangan sampai diabaikan. Sebab kearifan lokal sudah terbukti mampu mengatasi konflik. Selama ini kearifan lokal banyak diabaikan," ungkap Kus Kuswanto.
Kardinal Julius Dharmaatmadja menyampaikan bahwa persaudaraan sejati penting untuk terus dirawat oleh bangsa Indonesia. Persaudaraan sejati tidak hanya menjadi harapan Tuhan tetapi juga dimaksudkan untuk menyejahterakan satu sama lain.
"Kita harus bersaudara satu sama lainnya. Allah menciptakan perbedaan sebagai salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kita semua harus mampu melihat keberagaman sebagai kekayaan yang saling melengkapi. Jika ada orang menzalimi orang yang lainnya, Allah sendiri akan terkena. Sebab manusia adalah ciptaan Allah yang dikasihi," ujar Kardinal Julius Dharmaatmadja.
Kardinal Julius Dharmaatmadja menerangkan bahwa kesalehan hidup tak hanya dinilai dari berdoa saja. Berbuat baik pada orang lain, lanjut Kardinal Julius Dharmaatmaja juga menjadi bentuk kesalehan dalam dalam hidup.
"Landasan kebersamaan satu sama lain bersumber pada iman kita masing-masing. Allah menciptakan kita dalam keberagaman. Keberagaman menjadi wujud kesempurnaan Allah. Kita menghormatinya dalam bentuk persaudaraan. Tumbuh dari bawah dan akhirnya tumbuh di bidang politik. Kita harus saling bersaudara. Apapun yang dilakukan baik berpolitik, berdagang, berupaya apapun dituntun untuk menghormati sesama," ungkap Kardinal Julius Dharmaatmadja.
Sedangkan Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menguraikan bahwa masyarakat harus menjaga dan merawat bangsa dan negara dari rongrongan SARA. Isu SARA yang dimainkan, kata Sinta memiliki tujuan untuk mengobrak-abrik bangsa Indonesia.
"Kita harus bersatu. Kita harus bergandengan tangan dan merapatkan barisan unruk melawan ketidakadilan dan kezaliman di Indonesia," pungkas Sinta.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perdebatan tentang urgensi mendirikan negara Islam sudah selesai ketika pendiri bangsa sepakat dengan format Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaNarasi intoleran dan radikal dari kelompok teror ini perlu diimbangi dengan narasi tandingan berupa moderasi beragama dan seruan toleransi.
Baca SelengkapnyaSalam lintas agama merupakan salah satu upaya berkesinambungan merawat kemajemukan dimiliki Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Indonesia sudah dipersatukan empat Pilar Kebangsaan; Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI bisa semakin kuat dengan menerapkan moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaIndonesia ke depan butuh sosok pemimpin yang memahami problem kebangsaan.
Baca SelengkapnyaPancasila sebagai benteng utama dalam menjaga persatuan bangsa, serta langkah-langkah konkret perlu diambil untuk menghadapi ancaman radikalisme.
Baca SelengkapnyaEmpat bingkai kerukunan sebagai pilar kekuatan bangsa adalah kunci untuk melawan radikalisme dan terorisme.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaDi tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca Selengkapnya