Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pendidikan kebangsaan terabaikan membuat radikalisme tumbuh subur

Pendidikan kebangsaan terabaikan membuat radikalisme tumbuh subur Para Tokoh Berkumpul di Yogyakarta. ©2017 Merdeka.com/purnomo

Merdeka.com - Ancaman kebhinekaan belakangan ini mulai marak muncul di Indonesia. Rongrongan dari kelompok intoleran dan radikal tak henti-hentinya mengancam kebhinekaan Indonesia.

Menanggapi adanya ancaman kebhinekaan dan berbagai permasalahan bangsa Indonesia lainnya, sejumlah tokoh nasional lintas agama berkumpul di Yogyakarta untuk membahas berbagai upaya yang harus dilakukan untuk mempertahankan keutuhan Indonesia.

Tokoh nasional lintas agama yang berkumpul di antaranya adalah Buya Ahmad Syafii Maarif, KH Ahmad Mustofa Bisri, Kardinal Julius Dharmaatmadja, Prof M Quraish Shihab, Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Bhikku Nyana Suryanadi, Mohamad Sobary, Pendeta Gomar Gultom, Prof Abdul Munir Mulkan dan KH Imam Azis.

Dari rekomendasi yang dihasilkan untuk memerbaiki kondisi Indonesia ke depannya, para tokoh nasional lintas agama ini menilai bahwa kearifan lokal dan Pancasila menjadi salah satu pondasi untuk memertahankan kebhinekaan Indonesia. Pascareformasi, Pancasila dan kearifan lokal terlupakan dan tak lagi dipelajari.

Menurut Kus Kuswanto, tokoh lintas agama, saat ini ada sekelompok orang yang mengingkari adanya kebhinekaan. Sekelompok orang ini merasa dirinya paling benar.

"Tumbuh suburnya radikalisme ini karena adanya kegamangan demokrasi dan keagamaan. Pendidikan kebangsaan yang terabaikan juga ikut membuat radikalisme tumbuh subur," ujar Kus Kuswanto di UC UGM pada acara Seruan Sesepuh Bangsa, Jumat (26/5).

Kesenjangan perekonomian yang saat ini terjadi di Indonesia, lanjut Kus Kuswanto, juga turut andil menjadi pemicu permasalahan bangsa. Kesenjangan perekonomian ikut melahirkan kecemburuan sosial di masyarakat.

"Indonesia punya sejarah panjang bahkan sebelum merdeka di tahun 1945, ratusan tahun yang lalu permasalahan Kebhinekaan sudah ada. Akhirnya di tahun 1945 bangsa Indonesia menemukan kunci untuk mengatasi permasalahan kebhinekaan yaitu Pancasila," papar Kus Kuswanto.

Melemahnya pemahaman Pancasila saat ini, kata Kus Kuswanto, perlu kembali dikuatkan. Pancasila, UUD 1945 dan kebhinekaan harus kembali ditegakkan.

"Kearifan lokal juga perlu diperhatikan. Jangan sampai diabaikan. Sebab kearifan lokal sudah terbukti mampu mengatasi konflik. Selama ini kearifan lokal banyak diabaikan," ungkap Kus Kuswanto.

Kardinal Julius Dharmaatmadja menyampaikan bahwa persaudaraan sejati penting untuk terus dirawat oleh bangsa Indonesia. Persaudaraan sejati tidak hanya menjadi harapan Tuhan tetapi juga dimaksudkan untuk menyejahterakan satu sama lain.

"Kita harus bersaudara satu sama lainnya. Allah menciptakan perbedaan sebagai salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kita semua harus mampu melihat keberagaman sebagai kekayaan yang saling melengkapi. Jika ada orang menzalimi orang yang lainnya, Allah sendiri akan terkena. Sebab manusia adalah ciptaan Allah yang dikasihi," ujar Kardinal Julius Dharmaatmadja.

Kardinal Julius Dharmaatmadja menerangkan bahwa kesalehan hidup tak hanya dinilai dari berdoa saja. Berbuat baik pada orang lain, lanjut Kardinal Julius Dharmaatmaja juga menjadi bentuk kesalehan dalam dalam hidup.

"Landasan kebersamaan satu sama lain bersumber pada iman kita masing-masing. Allah menciptakan kita dalam keberagaman. Keberagaman menjadi wujud kesempurnaan Allah. Kita menghormatinya dalam bentuk persaudaraan. Tumbuh dari bawah dan akhirnya tumbuh di bidang politik. Kita harus saling bersaudara. Apapun yang dilakukan baik berpolitik, berdagang, berupaya apapun dituntun untuk menghormati sesama," ungkap Kardinal Julius Dharmaatmadja.

Sedangkan Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menguraikan bahwa masyarakat harus menjaga dan merawat bangsa dan negara dari rongrongan SARA. Isu SARA yang dimainkan, kata Sinta memiliki tujuan untuk mengobrak-abrik bangsa Indonesia.

"Kita harus bersatu. Kita harus bergandengan tangan dan merapatkan barisan unruk melawan ketidakadilan dan kezaliman di Indonesia," pungkas Sinta.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
BPIP: Sikap Intoleransi Akar Masalah Radikalisme dan Terorisme
BPIP: Sikap Intoleransi Akar Masalah Radikalisme dan Terorisme

Pancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi

Baca Selengkapnya
Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa Ingin Benturkan Masyarakat
Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa Ingin Benturkan Masyarakat

Setiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.

Baca Selengkapnya
Masyarakat Diingatkan Perkuat Empat Bingkai Kerukunan Agar Tak Mudah Dipecah Belah
Masyarakat Diingatkan Perkuat Empat Bingkai Kerukunan Agar Tak Mudah Dipecah Belah

Empat bingkai kerukunan sebagai pilar kekuatan bangsa adalah kunci untuk melawan radikalisme dan terorisme.

Baca Selengkapnya
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air

Pentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia

Baca Selengkapnya
Pemahaman Kebangsaan untuk Bentengi Diri dari Narasi Kebencian di 2024
Pemahaman Kebangsaan untuk Bentengi Diri dari Narasi Kebencian di 2024

Masyarakat memiliki ketahanan lebih terhadap narasi kebangkitan khilafah karena lebih percaya organisasi seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Baca Selengkapnya
PP Pemuda Katolik: IKN Wajib Dilanjutkan
PP Pemuda Katolik: IKN Wajib Dilanjutkan

Pemuda Katolik melibatkan para cendekiawan dan akademisi Katolik untuk memproyeksikan hal-hal yang paling dibutuhkan Indonesia sekarang dan yang akan datang.

Baca Selengkapnya
Sebutkan Ciri Khas Rakyat Indonesia, Majemuk dan Kaya Tradisi
Sebutkan Ciri Khas Rakyat Indonesia, Majemuk dan Kaya Tradisi

Indonesia adalah negara dengan keragaman yang majemuk.

Baca Selengkapnya
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!

Indonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.

Baca Selengkapnya
Guru Besar UMY Tegaskan Kelompok Radikal Intoleran Tak Jelas Sumber Ilmu & Gurunya
Guru Besar UMY Tegaskan Kelompok Radikal Intoleran Tak Jelas Sumber Ilmu & Gurunya

Perdebatan tentang urgensi mendirikan negara Islam sudah selesai ketika pendiri bangsa sepakat dengan format Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca Selengkapnya
BPIP Harap Masyarakat Tak Mudah Dipecah Belah Perbedaan Budaya dan Agama
BPIP Harap Masyarakat Tak Mudah Dipecah Belah Perbedaan Budaya dan Agama

Romo Benny menyampaikan harapannya agar Indonesia tidak mudah dipecah belah oleh perbedaan kebudayaan atau keagamaan.

Baca Selengkapnya
FOTO: Demokrasi Meredup, Guru Besar dan Akademisi Berkumpul di UI Salemba
FOTO: Demokrasi Meredup, Guru Besar dan Akademisi Berkumpul di UI Salemba

Guru besar dan akademi dari berbagai perguruan tinggi berkumpul untuk menghadiri acara temu ilmiah membahas api demokrasi yang mulai redup.

Baca Selengkapnya
Guru Besar UMJ Ingatkan Gerakan Pro Khilafah Masih Eksis, Begini Modus Barunya
Guru Besar UMJ Ingatkan Gerakan Pro Khilafah Masih Eksis, Begini Modus Barunya

Sri Yunanto mengingatkan kepada seluruh pihak bahwa pergerakan kelompok pro-khilafah masih tetap eksis di Indonesia.

Baca Selengkapnya