Pengakuan ibu yang anaknya jadi korban pembunuhan sadis di Pulomas
Merdeka.com - Rosi Herawati (47) mengaku terpukul atas kepergian putri pertamanya Amalia Calista Putri Pahlevi (10) yang ikut menjadi korban tewas pada pembunuhan sadis di Pulomas, Kayuputih, Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (27/12). Ia berharap agar pelaku bisa segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.
Dengan mata berkaca-kaca ia menjelaskan sebelum kejadian, tidak ada firasat jika ia akan kehilangan putri pertamanya untuk selamanya.
"Kebetulan aja (menginap) kalau disuruh main dia datang. Sudah sering, enggak ada rasa curiga, (Amel) main ke sana hari Minggu jam 11.00 WIB dijemput Pak Yanto sopir. Rencana cuma nginap semalam, cuma bawa satu (baju)," terang warga Kampung Bulak Tinggi RT 10/16 No. 68, Jati Rahayu, Pondok Gede, Bekasi.
-
Kenapa keluarga korban minta pelaku dipenjara? 'Kalau misal ada undang-undangnya saya minta untuk dipenjarakan saja. Biar ada efek jera. Karena itu anak telah melakukan kejadian yang sangat brutal,'
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Kenapa pelaku membunuh korban? Aksi nekat tersebut terjadi lantaran korban meminta uang tambahan sebesar Rp100.000.
-
Siapa korban pembunuhan? Pelaku ditangkap oleh tim gabungan Resmob Polrestabes Semarang dan Jatanras Polda Jateng di hari yang sama dengan kejadian yaitu Senin (24/7). “Jadi kejadian jam 03.00 wib. Pelaku kami tangkap dalam pelariannya di Solo Jateng pukul 06.00 Wib.“
Masih menurut Rosi, pada hari Senin (26/12) sekitar pukul 14.00 WIB, Amel sempat memberi kabar melalui SMS dan menyebutkan bahwa Gema (salah satu korban) sedang dalam kondisi menangis dan ketakutan.
Namun ketika ditanya kondisi Amel saat itu, siswi kelas IV salah satu Sekolah Dasar Negeri di Bekasi itu tidak menjawab.
"(Amel SMS) Gema menangis, (saya tanya) 'ada apa? kamu lagi dimana kakak?'. Dari situ sudah enggak dijawab. Setelah itu enggak ada kabar lagi ayahnya saya suruh telepon sudah enggak aktif lagi ke nomor anak saya, telepon ke Pak Dodi (korban) enggak diangkat," jelasnya.
Meskipun demikian, lanjutnya, Rosi mengaku tidak memiliki prasangka buruk terhadap kondisi putrinya. Ia baru mengetahui putri sulungnya sudah meregang nyawa melalui salah satu kerabat korban lainnya sekitar pukul 10.00 WIB pagi tadi.
"Saya positif thinking HP anak saya lowbat. Ke rumah Gema (korban) tadi siang, diantar sama orang kantor. Rencana akan dimakamin malam ini di Jatisari biar deket rumah," paparnya.
Berbeda dengan Rosi, firasat justru datang dari paman korban, Regi Ibrahim (56). Ia mengaku sudah melihat gelagat tak biasa sebelum kematian Amel.
"Firasat ada, anak itu minta dipijat tumben-tumbenan. Saya kemarin juga hati enggak enak," ucapnya.
(mdk/sho)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus ini terungkap setelah ayah kandung korban mencari anaknya.
Baca SelengkapnyaPria pengangguran itu telah menghilangkan nyawa KRA dengan cara sadis.
Baca SelengkapnyaHasil penyelidikan polisi diketahui pembunuhan sadis itu dilatarbelakangi persoalan ekonomi dan sakit hati.
Baca SelengkapnyaIptu Rudiana memastikan dirinya tak diam atas kasus ini. Namun dia meminta pihak lain tak membuat asumsi yang membuat keluarga mereka tersakiti.
Baca Selengkapnyapembunuhan terjadi di rumahnya, Kamis (11/1) pukul 21.30 WIB. Saat itu, korban, SR, sedang tidur sendirian di kamar belakang
Baca SelengkapnyaIstrinya tengah menjalani rawat jalan sejak mengidap ODGJ enam bulan lalu.
Baca Selengkapnya