Pengasuh Ponpes di Lamongan Ungkap Fakta Lain soal Heboh Isu Penganiayaan Santri, Pastikan Cuma Bercanda
Pengasuh ponpes mengaku tak tahu menahu mengapa muncul narasi AKA dibanting. Pihaknya juga sudah menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya pada orangtua korban.
Namun demikian, pengelola mengakui santri AKA sempat mengalami luka hingga mengeluarkan darah di bagian telinga.
Pengasuh Ponpes di Lamongan Ungkap Fakta Lain soal Heboh Isu Penganiayaan Santri, Pastikan Cuma Bercanda
Pengasuh Pondok Pesantren (ponpes) Matholi'ul Anwar Lamongan angkat bicara terkait dengan kasus penganiayaan yang dilakukan tiga santri terhadap AKA (13). Ponpes menyebut insiden itu hanyalah candaan saja.
Pengurus Ponpes Matholi'ul Anwar, Abdulloh Faqih atau Gus Faqih mengatakan, kejadian yang menimpa AKA (13) itu bermula saat santri sedang mengikuti kegiatan tahfidz atau menghafal Alquran, di lantai 4 salah satu gedung pesantren pada Minggu (5/5) kemarin.
"Ketiga santri dan juga korban sudah ditanyai. Jadi, kejadian tersebut bisa terjadi disebabkan lantaran guyonan (bercanda)," kata Gus Faqih, Senin (13/5).
Menurut Gus Faqih, korban bersama tiga temannya ketika itu sudah selesai setoran hafalan. Mereka kemudian bercanda di kamar tidur, dekat lokasi hafalan.
“Dia diikat itu benar. Tapi, kalau dibanting sampai tak sadarkan diri itu tidak benar. Posisinya korban ini diangkat ber tiga, lalu jatuh begitu saja,” ujarnya.
Gus Faqih mengaku tak tahu menahu mengapa narasi AKA dibanting itu bisa muncul. Namun, setelah kejadian tersebut, kata dia, korban memang dilarikan ke klinik.
“Korban pascakejadian sadar. Tapi terlihat lemas dan jalan ke lantai dasar terekam CCTV menemui salah satu pembina. Lalu dia dibawa ke faskes (klinik) di dekatnya pondok pesantren,” ucapnya.
Korban juga mengalami luka. Telinganya mengeluarkan darah. Meski begitu, Gus Faqih mengklaim kondisi AKA baik-baik saja. Pihaknya juga sudah menceritakan kejadian itu ke orang tua santri.
“Ada luka di telinga dan berdarah, dari pihak klinik mengatakan korban tidak apa apa. Kemudian kita panggil orangtua korban, menceritakan peristiwa tersebut,” kata dia.
Soal sanksi, Gus Faqih mengaku belum memberikan sanksi terhadap tiga santri yang diduga menganiaya AKA (13). Ia hanya akan memperingatkan para santrinya.
Sebab, kata Gus Faqih terlapor masih anak- anak, dan belum tentu kejadian penganiayaan AKA itu dilakukan dengan sengaja.
"Atas kejadian tersebut, kita telah menyampaikan peringatan tegas. Kepada pembina ataupun santri. Agar tidak bertindak mencelakakan santri lain," katanya.
Faqih menjelaskan, kondisi para terlapor saat ini dalam kondisi tertekan. Sehingga, ia masih enggan untuk memberikan sanksi kepada ke tiga nya.
"Kami belum kenakan sanksi. Kepada tiga santri terlapor, kami memperingatkan mereka, memberi teguran. Sebab, mereka ini masih anak anak. Dan dengan dilaporkan ke kantor polisi, itu sudah cukup berat untuk mengguncang kondisi psikisnya anak," ucap dia.
Sebelumnya, seorang santri pondok pesantren di Kabupaten Lamongan berinisial AKA (13) diduga dianiaya oleh rekan sesama santri. Kaki dan tangannya diikat dan dan dibanting.
Kasus itu bermula saat AKA sedang ngobrol bersama temanya di dalam kamar. Kemudian teman korban langsung menjerat kedua kaki dan tangan korban dengan tali kain warna biru.
Ketiga temannya tersebut secara bersamaan mengangkat korban setinggi bahu. Kemudian mereka membanting korban ke lantai hingga korban tak sadarkan diri.
Orang tua korban yang tak terima anaknya diperlakukan seperti itu kemudian melaporkan kasus tersebut ke polisi Kamis (9/5) lalu.