Penjelasan Penyebab Tsunami Banten Sulit Terdeteksi
Merdeka.com - Tsunami Banten terjadi pada Sabtu (22/12) malam tanpa ada peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG. Warga kaget saat air bah menerjang secara tiba-tiba.
Ini yang menyebabkan tsunami Banten merenggut ratusan korban jiwa meninggal dan ribuan orang mengalami luka-luka. Timbul pertanyaan kenapa tsunami Banten tidak terdeteksi oleh BMKG sehingga tidak ada peringatan dini? Berikut penjelasannya:
Aktivitas Vulkanik Gunung Anak Krakatau
-
Kenapa Bantul kekurangan alat peringatan dini tsunami? 'Karena EWS itu diadakan sudah setahun lalu. Seiring perkembangan zaman ada pertumbuhan komunitas penduduk di pinggir pantai sehingga setelah kita analisis kebutuhan EWS masih kurang,' kata Agus dikutip dari ANTARA pada Kamis (2/11).
-
Bagaimana cara BPBD Bantul mengatasi kekurangan alat peringatan tsunami? Ke depan akan kita anggarkan lebih banyak lagi. Pengadaan EWS tsunami juga akan kita ajukan ke APBD maupun pusat. Kapan terealisasi tidak tahu yang penting kami mengusulkan dulu,' kata Agus.
-
Kenapa Banten kekeringan? Masuknya musim kemarau ditambah dengan adanya fenomena El Nino membuat sejumlah daerah di Provinsi Banten mengalami kekeringan.
-
Kenapa Gempa Bantul jadi alarm? “Gempa malam ini merupakan alarm yang mengingatkan kita bahwa zona subduksi di selatan Jawa memang masih aktif,“ kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, dikutip dari ANTARA.
-
Apa yang menjadi kekurangan EWS tsunami di Bantul? Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli Herwanto, mengatakan bahwa jumlah EWS tsunami yang dimiliki dan terpasang di wilayah Bantul baru 29 unit, dan masih kekurangan sebanyak 45 unit lagi bila ingin mencapai kondisi ideal.
-
Mengapa badai magnet tidak berdampak besar di Indonesia? 'Namun masyarakat tidak perlu khawatir karena fenomena badai magnet bumi tersebut tidak berdampak apapun ke wilayah Indonesia,' kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG, Setyoajie Prayoedhie dalam keterangan di Jakarta, Jumat (12/7) malam.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan penyebab tidak terdeteksinya tsunami pada Sabtu 22 Desember 2018 itu. Hal ini disebabkan aktivitas vulkanik Anak Gunung Krakatau. Kondisi itu yang menyebabkan tsunami di Selat Sunda tidak terdeteksi, sehingga tidak ada peringatan dini yang dikeluarkan BMKG.
"Apa yang kami sampaikan adalah tsunami yang berkaitan dengan aktivitas vulkanik, oleh karena itu tidak dapat terpantau dengan sensor-sensor gempa tektonik," kata Dwikorita.
Menurut Dwikorita, sebagian besar bencana tsunami yang terjadi di Indonesia dikarenakan gempa tektonik. Sedangkan gempa vulkanik jarang sekali terjadi. Sehingga tidak terpantau oleh sensor-sensor gempa yang dimiliki BMKG.
Seismograf di Pulau Anak Krakatau Rusak
Sebelum tsunami di Banten dan Selat Sunda, ternyata salah satu seismograf atau alat pengukur gempa yang memperhatikan aktivitas Gunung Anak Krakatau sempat rusak. Akibatnya aktivitas gunung berapi itu tak terpantau. Kasubid Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Kristianto mengatakan seismograf rusak yang berada di pos pemantauan Pulau Anak Krakatau.
"Itu kejadiannya pada pukul 9.03 WIB alat rusak. Makanya tidak terpantau (aktivitas Gunung Anak Krakatau). Sementara pemantauan seismograf, kita masih beruntung, kita masih dapat di Pulau Sertung," katanya.
Selain di Pulau Sertung, aktivitas Gunung Anak Krakatau juga dipantau dari pos pemantauan Cinangka. Pantauan hanya bisa dilihat dari seismograf, tak bisa memantau langsung Gunung Anak Krakatau lantaran cuaca buruk. "Jadi kita dapat melihat aktivitasnya masih tinggi. Kemungkinan di sana masih ada aktivitas lontaran material, aliran larva, dan awan panas pun masih terjadi di Pulau Anak Krakatau. Ketinggian abu vulkanik susah melihatnya karena cuaca," kata Kristianto.
Tak Punya Alat Deteksi Tsunami Longsoran Bawah Laut
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Indonesia tidak memiliki alat deteksi Tsunami yang diakibatkan longsor bawah laut ataupun erupsi gunung. Ia mengatakan, sejauh ini setiap Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini tsunami berdasarkan gempa bumi.
"Tidak ada peringatan dini tsunami karena memang kita, Indonesia, tidak memiliki sistem peringatan dini tsunami yang dibangkitkan oleh longsoran bawah laut dan erupsi gunung api sehingga proses yang terjadi tiba-tiba. Tidak ada evakuasi, masyarakat tidak ada kesempatan untuk evakuasi," ujar Sutopo di kantor BNPB.
Jokowi Minta BMKG Beli Alat Deteksi Early Warning System
Karena tsunami tidak terdeteksi oleh BMKG, Presiden Jokowi memerintahkan BMKG untuk membeli alat deteksi early warning system untuk memperingati warga akan adanya gempa maupun tsunami.
"Tapi ke depan saya perintahkan BMKG untuk membeli alat-alat deteksi early warning system yang bisa memberikan peringatan-peringatan dini kepada kita semua, pada masyarakat," jelas Jokowi.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berita tsunami terjadi di Kota Batam dan Tanjungpinang pada Selasa (17/9) hanya isu dan membohongi masyarakat
Baca SelengkapnyaSelama ini peringatan dini bencana banjir di Sumatera Barat hanya mengandalkan hasil analisa dan prakiraan cuaca diterbitkan BMKG.
Baca SelengkapnyaMakna kalimat tinggal menunggu waktu muncul lantaran Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memang dalam kondisi geografis yang dapat memicu gempa besar.
Baca SelengkapnyaBahkan menurut BMKG, potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Baca SelengkapnyaBMKG mengimbau masyarakat agar tidak panik dan mempercayai kabar atau berita hoaks
Baca SelengkapnyaBMKG mengimbau warga tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Baca SelengkapnyaAceh diguncang gempa 5,8 magnitudo pada Minggu siang.
Baca SelengkapnyaPenting bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak dari gempa megathrust.
Baca SelengkapnyaBNPB mencatat empat titik di Riau terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Baca SelengkapnyaGempa magnitudo 7,2 terjadi di Laut Banda, wilayah Tanimbar
Baca SelengkapnyaInformasi tentang sesar besar Sumatera yang akan menimbulkan tsunami itu beredar luas melalui video berdurasi pendek.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia sangat bisa saja terjadi
Baca Selengkapnya