Pentingnya Kejujuran Pasien untuk Tenaga Medis di Tengah Wabah Corona
Merdeka.com - Guru Besar Epidemiologi FKM-UI Bambang Sutrisna meninggal dunia di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Senin (23/3). Ia meninggal karena terpapar Covid-19 dari pasiennya.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M Faqih menceritakan Bambang bertemu pasiennya di klinik praktik. Saat itu, Bambang tidak mengetahui bahwa pasiennya merupakan suspect Covid-19.
"Prof Bambang Sutrisna dia tertular justru bukan di rumah sakit rujukan tetapi di tempat praktik dia. Yah karena tidak mengerti yang bersangkutan terjangkit Covid-19 sehingga akhirnya (ditangani)," kata Daeng saat dihubungi merdeka.com, Senin (30/3).
-
Siapa yang berisiko melakukan self diagnose? Pada saat ini, banyak orang yang mulai terbuka terhadap masalah mental yang mereka alami.
-
Kenapa tenaga medis juga berisiko mengalami duka berkomplikasi? Mereka yang terlibat dalam perawatan paliatif, misalnya, menghadapi risiko duka berkomplikasi karena sering kali terlibat secara emosional dengan pasiennya.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang ikut tes kesehatan? Pasangan bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur Daerah Khusus Jakarta, Ridwan Kamil-Suswono tes kesehatan di RSUD Tarakan Jakarta, Sabtu (31/8).
-
Kenapa tes sidik jari diragukan para ahli? Banyak ahli di bidang psikologi dan pendidikan meragukan akurasi serta validitas dari tes tersebut.
Bambang baru mengetahui pasiennya sudah terjangkit Covid-19 setelah mendapatkan hasil rontgen paru-paru yang sudah putih. Namun, saat itu Bambang tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa pasrah.
"Yah, sudah terlanjur tertular dia," ujarnya.
Kejadian serupa bukan hanya menimpa Bambang. Menurut Daeng, kejadian demikian hampir terjadi di seluruh daerah yang sudah terkonfirmasi ada kasus Covid-19.
Ia menduga ada beberapa hal yang menyebabkan pasien tak mau jujur kepada tenaga medis bahwa dirinya sudah terpapar virus yang menyerang sistem pernafasan itu. Baik tenaga medis di klinik, puskesmas dan rumah sakit non rujukan Covid-19. Alasan pertama menurut dia, karena pasien khawatir tak segera ditangani tenaga medis.
"Kalau bilang Covid-19 tidak dilayani, dia tidak ngomong Covid-19, padahal dia sudah statusnya PDP misalnya. Nah dia menghadap dokter karena bilang tidak Covid-19, dokternya tidak pakai APD. Setelah ditelusuri terus, duh pasien PDP ini. Udah, dokternya dinyatakan ODP kan. Kejadian-kejadian seperti itu banyak," ucapnya.
Kedua, kemungkinan dipicu banyaknya pasien di rumah sakit rujukan Covid-19 yang melebihi kapasitas. Lantaran tak sabar menunggu giliran untuk ditangani tenaga medis di rumah sakit tersebut, pasien bergerak ke klinik, puskesmas atau rumah sakit non rujukan.
"Jadi itulah, kalau dokternya tidak hati-hati, kemudian pasien tidak terus terang, di situ lah resiko tertular sangat besar, sangat tinggi. Makanya waktu itu kami sampaikan pernyataan bersama supaya petugas kesehatan hati-hati sekali," sambungnya.
Tenaga Medis di Jateng Terpapar Pasien Rujukan
Dian, seorang tenaga medis di RS Jawa Tengah juga terjangkit Covid-19 dari pasien rujukan. Dia tak tahu bahwa pasien tersebut suspect Covid-19. Ketika itu, ia melayani pasien yang melakukan pendaftaran dengan kondisi batuk.
"Saya kontak dengan dia sekitar 15 menitan sedangkan waktu itu juga tidak mengenakan masker," ujarnya.
Setelah pasien tersebut dirawat dan dinyatakan positif corona, Dian merasakan mulai ada gejala seperti demam, batuk dan panas tinggi. Meski begitu, ia tetap nekat berangkat bekerja.
"Sampai saya pingsan karena tidak kuat. Setelah dicek, saya dinyatakan positif Corona," tegasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat harus waspada dengan adanya praktik dokter gadungan.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di 2022.
Baca SelengkapnyaEra digital menawarkan berbagai alternatif untuk memudahkan aktivitas manusia. Namun, ada tantangan dan risiko yang patut diwaspadai.
Baca Selengkapnya"Ke depan, kami akan terus melakukan proses kontrol ketat terhadap proses rekrutmen ataupun komunikasi, sehingga pesan yang kami sampaikan dapat dipahami."
Baca SelengkapnyaMeski kecewa, IDI mengaku siap mengawal penerapan UU Kesehatan ini hingga ke tingkat cabang.
Baca SelengkapnyaTenaga medis diharapkan mampu memanfaatkan teknologi untuk memberikan layanan kesehatan secara profesional untuk masyarakat.
Baca SelengkapnyaMoeldoko mewanti, jangan sampai ada keteledoran dalam memberikan layanan kesehatan bagi petugas Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Baca SelengkapnyaDalam pemeriksaan majelis etik, dokter MY membantah telah mencabuli istri pasien.
Baca SelengkapnyaSetelahnya KPK baru bisa menyelidiki dugaan klaim fiktif di kasus tersebut.
Baca SelengkapnyaKPU menunjuk RSPAD Gatot Subroto untuk melakukan tes kesehatan capres-cawapres pada Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaJelang Pilpres 2024, Ikatan Dokter Indonesia mengungkapkan sosok calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) pilihan mereka.
Baca SelengkapnyaAgung mengatakan pihaknya meminta maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
Baca Selengkapnya