Penundaan pencairan DAU hambat pertumbuhan ekonomi Banyumas
Merdeka.com - Selama triwulan ketiga, antara Juli-September 2016, pertumbuhan ekonomi di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas Jawa Tengah alami perlambatan ekonomi. Kondisi tersebut terjadi karena pengaruh realisasi APBD yang belum maksimal dan kebijakan pemerintah yang menunda pencairan Dana Alokasi Umum (DAU) ke daerah selama empat bulan di masa akhir tahun anggaran.
"Pertumbuhan ekonomi di daerah, biasanya didorong melalui realisasi APBD. Kondisi realisasi APBD saat ini, khususnya bantuan teknis memiliki permasalahan hukum. Selain itu, Peraturan Menteri Keuangan 125/2016 tentang adanya penundaan pencairan DAU juga berdampak sehingga menjadi faktor melambatnya pertumbuhan ekonomi di Eks-Karesidenan Banyumas," kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Purwokerto, Ramdan Deny Prakoso, Kamis (20/10).
Selain persoalan tersebut, faktor kebijakan pemerintah pusat untuk memangkas anggaran sebesar 10 persen juga berdampak pada terhambatnya pembangunan. Ia mengemukakan, kondisi melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III, di luar kebiasaan yang terjadi dibandingkan tahun sebelumnya.
-
Apa yang menyebabkan permasalahan keuangan di Sumatera? Masalah Keuangan Melonjaknya inflasi ini membuat Pemerintah Provinsi Sumatra harus mencari cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
-
Apa dampak musim kemarau di Jateng? Dampak musim kemarau juga dirasakan petani karena menyebabkan mereka mengalami gagal panen.
-
Apa yang terjadi akibat dampak kemarau di Jateng? Dampak kemarau mulai terasa pada beberapa daerah di Jawa Tengah.
-
Bagaimana Banyuwangi menekan angka kemiskinan? 'Apa yang kami rencanakan tersebut disesuaikan dengan arah pembangunan ke depan yang telah dicanangkan secara nasional, maupun oleh pemerintah provinsi, dengan menyesuaikan dengan dinamika lokal di Banyuwangi,' papar Ipuk. Ipuk mencontohkan dalam upayanya menekan angka kemiskinan. Seluruh komponen masyarakat dari tingkat kabupaten hingga unit terkecil di tingkat Rukun Tetangga dilibatkan. Tak terkecuali komponen sosial kemasyarakatan lainnya.
-
Di mana tanaman padi di Banyumas yang terancam kekeringan? “Kami optimistis sebagian besar tanaman padi di Banyumas dapat diselamatkan. Meskipun saat ini msih ada yang panen, bahkan ada pula yang baru tanam khususnya di sekitar kaki Gunung Slamet karena memang di sana air selalu tersedia,“ ujar Jaka dikutip dari ANTARA pada Minggu (13/8).
-
Apa dampak kemarau di Jateng? Kondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
"Biasanya, pada triwulan I dan II pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, tetapi pada triwulan III dan IV menunjukkan angka peningkatan. Namun di tahun 2016, justru peningkatan yang cukup tinggi terjadi pada triwulan I dan II, memasuki triwulan III mengalami penurunan hingga terjadi perlambatan," paparnya.
Dari data yang dirilis BI Purwokerto, pertumbuhan ekonomi di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas pada triwulan I tercatat sebesar 5,47 persen, kemudian di triwulan II naik cukup tinggi menjadi 5,93 persen. Penurunan terjadi pada triwulan III yang hanya pada posisi 5,87 persen.
Ramdan mengemukakan, perlambatan tersebut diindikasikan dengan turunnya penyaluran kredit perbankan pada sektor ekonomi utama di Eks Karesidenan Banyumas yang meliputi sektor industri pengolahan, pertanian dan pertambangan.
"Pada sektor industri pengolahan alami penurunan dari 19,47 persen pada triwulan sebelumnya, menjadi 16,42 persen pada saat ini. Sektor pertanian turun dari 22,645 persen menjadi 18,04 persen dan sektor pertambangan turun dari 26,8 persen menjadi 1,40 persen," jelasnya.
Meski ada fenomena perlambatan, namun pertumbuhan ekonomi di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas rerata relatif baik. Kondisi tersebut terpapar dalam presentase pertumbuhan yang masih di atas lima persen sejak triwulan I hingga triwulan II.
"Selain itu, inflasi di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas juga masih terkendali. Pada September 2016, angka inflasi tercatat 2,36 persen untuk year on year," jelasnya.
Ia memperkirakan, untuk periode Oktober 2016, kemungkinan mengalami terjadi deflasi hingga mencapai 0,12 persen. Deflasi di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas, ujar Ramdan, disebabkan adanya penurunan harga untuk beberapa komoditas kebutuhan pokok masyarakat.
"Antara lain, seperti bawang merah, daging, telur ayam ras, gula pasir, dan juga emas perhiasan," tuturnya.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca SelengkapnyaIndef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,94 persen (yoy) di Kuartal III-2023.
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca SelengkapnyaDikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya pengangguran karena para pengusaha mengurangi pekerjanya, karena menurunnya pendapatan perusahaan.
Baca SelengkapnyaSektor konsumsi dan sektor perdagangan jadi faktor lambatnya pertumbuhan ekonomi di semester II tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPemberian insentif ini diyakini bisa mendongkrak penjualan mobil domestik yang ujungnya bisa menggairahkan ekonomi nasional.
Baca SelengkapnyaKetua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir tidak beranjak dari angka 5 persenan.
Baca SelengkapnyaPajak penghasilan (PPh) non migas terkontraksi sebesar 5,41 persen dengan realisasi sebesar Rp443,72 triliun, sekitar 41,73 persen dari target.
Baca SelengkapnyaHal itu terlihat dari data Badan Pusat Statistik Jateng yang dirilis pada 17 Juli 2023.
Baca SelengkapnyaEkonomi kawasan Asia Tenggara diramal turun karena kinerja eskpor tergangggu.
Baca SelengkapnyaMeski mengalami defisit, kinerja APBN selama Agustus diklaim mengalami perbaikan.
Baca Selengkapnya