Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Penundaan pencairan DAU hambat pertumbuhan ekonomi Banyumas

Penundaan pencairan DAU hambat pertumbuhan ekonomi Banyumas Timbangan Neraca. © Shutterstock

Merdeka.com - Selama triwulan ketiga, antara Juli-September 2016, pertumbuhan ekonomi di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas Jawa Tengah alami perlambatan ekonomi. Kondisi tersebut terjadi karena pengaruh realisasi APBD yang belum maksimal dan kebijakan pemerintah yang menunda pencairan Dana Alokasi Umum (DAU) ke daerah selama empat bulan di masa akhir tahun anggaran.

"Pertumbuhan ekonomi di daerah, biasanya didorong melalui realisasi APBD. Kondisi realisasi APBD saat ini, khususnya bantuan teknis memiliki permasalahan hukum. Selain itu, Peraturan Menteri Keuangan 125/2016 tentang adanya penundaan pencairan DAU juga berdampak sehingga menjadi faktor melambatnya pertumbuhan ekonomi di Eks-Karesidenan Banyumas," kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Purwokerto, Ramdan Deny Prakoso, Kamis (20/10).

Selain persoalan tersebut, faktor kebijakan pemerintah pusat untuk memangkas anggaran sebesar 10 persen juga berdampak pada terhambatnya pembangunan. Ia mengemukakan, kondisi melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III, di luar kebiasaan yang terjadi dibandingkan tahun sebelumnya.

"Biasanya, pada triwulan I dan II pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, tetapi pada triwulan III dan IV menunjukkan angka peningkatan. Namun di tahun 2016, justru peningkatan yang cukup tinggi terjadi pada triwulan I dan II, memasuki triwulan III mengalami penurunan hingga terjadi perlambatan," paparnya.

Dari data yang dirilis BI Purwokerto, pertumbuhan ekonomi di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas pada triwulan I tercatat sebesar 5,47 persen, kemudian di triwulan II naik cukup tinggi menjadi 5,93 persen. Penurunan terjadi pada triwulan III yang hanya pada posisi 5,87 persen.

Ramdan mengemukakan, perlambatan tersebut diindikasikan dengan turunnya penyaluran kredit perbankan pada sektor ekonomi utama di Eks Karesidenan Banyumas yang meliputi sektor industri pengolahan, pertanian dan pertambangan.

"Pada sektor industri pengolahan alami penurunan dari 19,47 persen pada triwulan sebelumnya, menjadi 16,42 persen pada saat ini. Sektor pertanian turun dari 22,645 persen menjadi 18,04 persen dan sektor pertambangan turun dari 26,8 persen menjadi 1,40 persen," jelasnya.

Meski ada fenomena perlambatan, namun pertumbuhan ekonomi di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas rerata relatif baik. Kondisi tersebut terpapar dalam presentase pertumbuhan yang masih di atas lima persen sejak triwulan I hingga triwulan II.

"Selain itu, inflasi di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas juga masih terkendali. Pada September 2016, angka inflasi tercatat 2,36 persen untuk year on year," jelasnya.

Ia memperkirakan, untuk periode Oktober 2016, kemungkinan mengalami terjadi deflasi hingga mencapai 0,12 persen. Deflasi di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas, ujar Ramdan, disebabkan adanya penurunan harga untuk beberapa komoditas kebutuhan pokok masyarakat.

"Antara lain, seperti bawang merah, daging, telur ayam ras, gula pasir, dan juga emas perhiasan," tuturnya.

(mdk/tyo)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya
Pertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya

Di sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja

Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Melambat, RI Butuh Stimulus Percepat Penyaluran KUR UMKM
Ekonomi Melambat, RI Butuh Stimulus Percepat Penyaluran KUR UMKM

Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,94 persen (yoy) di Kuartal III-2023.

Baca Selengkapnya
FOTO: Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah Turun, Ini Faktor Pemicunya
FOTO: Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah Turun, Ini Faktor Pemicunya

BI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.

Baca Selengkapnya
Waspada, Penurunan Daya Beli Berpotensi Tambah Jumlah Pengangguran di Indonesia
Waspada, Penurunan Daya Beli Berpotensi Tambah Jumlah Pengangguran di Indonesia

Dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya pengangguran karena para pengusaha mengurangi pekerjanya, karena menurunnya pendapatan perusahaan.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Indonesia di Semester II Diproyeksikan Cuma Tumbuh 4,9 Persen
Ekonomi Indonesia di Semester II Diproyeksikan Cuma Tumbuh 4,9 Persen

Sektor konsumsi dan sektor perdagangan jadi faktor lambatnya pertumbuhan ekonomi di semester II tahun 2024.

Baca Selengkapnya
Insentif Fiskal Bisa Jadi Solusi Dongkrak Penjualan Mobil Baru di Indonesia
Insentif Fiskal Bisa Jadi Solusi Dongkrak Penjualan Mobil Baru di Indonesia

Pemberian insentif ini diyakini bisa mendongkrak penjualan mobil domestik yang ujungnya bisa menggairahkan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya
Ketua Banggar Minta Pemerintah Tak Terlena Pertumbuhan Ekonomi Terus di 5 Persen
Ketua Banggar Minta Pemerintah Tak Terlena Pertumbuhan Ekonomi Terus di 5 Persen

Ketua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir tidak beranjak dari angka 5 persenan.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Kantongi Pajak Rp760 Triliun Hingga Mei 2024
Sri Mulyani Kantongi Pajak Rp760 Triliun Hingga Mei 2024

Pajak penghasilan (PPh) non migas terkontraksi sebesar 5,41 persen dengan realisasi sebesar Rp443,72 triliun, sekitar 41,73 persen dari target.

Baca Selengkapnya
Ganjar Bawa Pertumbuhan Ekonomi Jateng Berada di Atas Nasional
Ganjar Bawa Pertumbuhan Ekonomi Jateng Berada di Atas Nasional

Hal itu terlihat dari data Badan Pusat Statistik Jateng yang dirilis pada 17 Juli 2023.

Baca Selengkapnya
Ekspor Elektronik Asia Tenggara Melambat Imbas Perekonomian Negara Maju Merosot
Ekspor Elektronik Asia Tenggara Melambat Imbas Perekonomian Negara Maju Merosot

Ekonomi kawasan Asia Tenggara diramal turun karena kinerja eskpor tergangggu.

Baca Selengkapnya
Defisit APBN Agustus 2024 Tembus Rp153,7 Triliun
Defisit APBN Agustus 2024 Tembus Rp153,7 Triliun

Meski mengalami defisit, kinerja APBN selama Agustus diklaim mengalami perbaikan.

Baca Selengkapnya