Pesona Pulau Rubiah, Ada Surga Pecinta Snorkeling dan Pusat Karantina Haji Masa Kolonial
Bagi Anda yang hendak menjelajah Aceh, bisa mengunjungi Pulau Rubiah. Pulau ini merupakan salah satu pulau kecil yang ada di Sabang, Aceh yang mempesona.
Bagi Anda yang hendak menjelajah Aceh, bisa mengunjungi Pulau Rubiah. Pulau ini merupakan salah satu pulau kecil yang ada di Sabang, Aceh. Lokasi Pulau Rubiah berhadapan dengan Teupin Layeu, Desa Wisata, Iboih, Kota Sabang.
Dari dermaga ini, Anda dapat menuju Pulau Rubiah dengan naik transportasi laut yang mudah di jumpai di sepanjang dermaga. Adapun transportasi laut yang ada berupa perahu motor atau speed boat dengan berbagai kategori dan harga.
-
Apa daya tarik utama Pulau Rubiah? Daya tarik dari pulau ini adalah perairannya yang bersih, jernih, dan ombaknya yang begitu tenang.
-
Dimana lokasi Pulau Rubiah? Pulau ini tepat berada di Kota Sabang atau di sisi Barat Laut dari Pulau Weh.
-
Kapan asrama haji di Pulau Rubiah dibangun? Pada tahun 1920 atau pada zaman kolonial Belanda, salah satu asrama haji yang difungsikan sebagai pusat karantina jemaah haji Indonesia berada di Pulau Rubiah, Kota Sabang, Provinsi Aceh.
-
Siapa yang dulunya pernah dikarantina di Pulau Rubiah? Pulau Rubiah menjadi pusat karantina bagi jemaah dari Aceh dan beberapa daerah lainnya yang ada di Sumatera.
-
Bagaimana akses ke gedung karantina haji di Pulau Rubiah? Akses dari dermaga menuju ke lokasi gedung bersejarah ini menggunakan jalan setapak dengan jarak sekitar 100 meter.
-
Apa yang menarik dari Pulau Burung Subang? Satu lagi hidden gems di Jawa Barat yang menawarkan pemandangan cantik nan eksotis bernama Pulau Burung. Lokasinya terletak persis di Mayangan, Legonkulon, utara Kabupaten Subang, dengan latar hutan Mangrove yang teduh.Sesuai namanya, wilayah ini merupakan daratan berbentuk kepulauan di tengah laut Jawa. Deretan pohon Rizhopora yang tumbuh membentuk pola-pola unik, bahkan ada yang menyerupai terowongan.
Naik speed boat reguler pulang pergi (PP) dibanderol harga Rp 250.000, boat kaca PP dan keliling Pulau Rubiah dikenai harga Rp 400.000, dan boat kayu dihargai Rp 150.000 - Rp 200.000.
Liputan6.com berkesempatan untuk melakukan perjalanan tersebut pada Rabu pagi (7/8/2024) bersama dengan Direktorat Jenderal (Dirjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk melakukan operasi pengawasan laut oleh petugas Kantor Imigrasi (Kanim) Sabang.
Dari Teupin Layeu hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk sampai ke Pulau Rubiah, tetapi bisa lebih lama jika Anda berkeliling pulau terlebih dahulu. Sepanjang perjalanan, mata dimanjakan dengan biru dan jernihnya lautan Sabang.
Surga Pecinta Snorkeling
Setibanya di Pulau Rubiah, akan Anda temui wisatawan yang tengah asik snorkeling atau menyelam di pinggiran pantai. Air laut yang berwarna biru jernih, membuat Anda dengan jelas bisa melihat beragam ikan berukuran kecil wara-wiri di area pinggir pantai.
Anda dapat menyewa peralatan untuk snorkeling yang dijajakan warga lokal, meliputi masker selam, snorkel, dan kaki katak (sirip selam) seharga Rp 50.000 - Rp60.000. Peralatan juga dapat disewa per item dengan harga disesuaikan.
"Kita tidak ada batasan waktu untuk snorkeling, pengunjung bisa memakai alat snorkeling yang sudah disewa sepuasnya sampai selesai," kata salah satu penyewa peralatan snorkeling Ani.
Situs Karantina Haji Zaman Kolonial
Selain melihat indahnya wisata bawah laut, Situs Karantina Jemaah Haji masa kolonial juga menjadi destinasi lainnya yang menarik untuk dikunjungi di Pulau Rubiah. Gedungnya dapat ditempuh dengan berjalan kaki karena hanya berjarak lebih kurang 150 meter dari dermaga Pulau Rubiah.
Pada 1920 silam, Pulau Rubiah rupanya dijadikan sebagai salah satu tempat karantina bagi jemah Haji yang baru pulang dari Mekkah. Kala itu, Pulau Rubiah menjadi pusat karantina Haji Pertama di Indonesia.
"Karantina Haji merupakan bangunan asrama Haji di zaman kolonial yang terletak di Pulau Rubiah, Sabang, Aceh pada 1920," demikian keterangan di prasasti yang berada di depan situs tersebut gedung karantina tersebut.
Terlihat ada dua bangunan tua yang tidak terawat, tdengan sejumlah dinding bangunan di tertutupi daun dan pohon yang merambat.
Meski begitu, jejak sejarah perjalanan Haji masih bisa ditemukan. Pada dinding depan situs gedung karantina terdapat ukiran Allah dan Muhammad SAW dalam bahasa Arab.
Bangunan nampaknya juga sempat separuh dipugar. Ini terlihat dari genteng dan cat putih dinding yang terlihat masih cukup bersih dan baru.
Anda tak perlu khawatir karena tidak ada biaya yang mesti dibayar wisatawan untuk bisa melenggang masuk ke area situs.