Pika Sasikirana Meninggal Dunia: Soroti Kebutuhan Akses Ganja Medis di Indonesia
Kematian Pika Sasikirana, putri Santi Warastuti, mengungkapkan perlunya akses ganja medis untuk anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia.

pasangan suami-istri Santi Warastuti dan Sunarta berharap Mahkamah Konstitusi memberikan keputusan bijak terkait penggunaan ganja untuk kepentingan medis
(©@ 2023 merdeka.com)Pika Sasikirana, seorang putri yang penuh harapan, meninggal dunia pada Selasa, 18 Maret 2025. Sejak usia dini, Pika telah berjuang melawan cerebral palsy akibat ensefalitis Jepang yang dideritanya. Penyakit ini menyebabkan penurunan fungsi motorik dan melemahnya tubuhnya, sehingga mengharuskan Pika untuk bergantung pada perawatan intensif dari ibunya, Santi Warastuti.
Selama bertahun-tahun, Santi Warastuti berjuang keras untuk mendapatkan akses ganja medis bagi putrinya. Ia percaya bahwa ganja dapat meringankan gejala epilepsi yang juga diderita Pika. Pada tahun 2022, Santi mengambil langkah berani dengan melakukan aksi di Car Free Day Jakarta. Dalam aksinya, ia membawa poster bertuliskan 'Tolong Anakku Butuh Ganja Medis', yang menarik perhatian publik dan media.
Aksi tersebut tidak hanya mencuri perhatian, tetapi juga mendorong Santi untuk mengajukan uji materi terhadap Undang-Undang Narkotika yang mengatur penggunaan ganja di Indonesia.
Pika akhirnya tutup usia pada Maret 2025 kembali menyoroti pentingnya akses ganja medis untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, serta ketidakmampuan pemerintah dalam memenuhi hak kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Kondisi Kesehatan Pika Sasikirana
Pika menderita cerebral palsy, sebuah kondisi yang mempengaruhi kemampuan motorik dan kontrol otot. Sejak kecil, Pika mengalami kesulitan dalam bergerak dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.
Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan otak yang terjadi pada masa awal kehidupan, dalam kasus Pika akibat dari ensefalitis Jepang. Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi fisiknya, tetapi juga kualitas hidupnya secara keseluruhan.
Selain cerebral palsy, Pika juga mengalami epilepsi, yang merupakan kondisi yang menyebabkan kejang berulang. Santi Warastuti, sebagai ibu, berusaha keras untuk memberikan perawatan terbaik bagi putrinya. Ia mencari berbagai cara untuk mengurangi gejala yang dialami Pika, termasuk eksplorasi penggunaan ganja medis yang diyakini dapat membantu meredakan kejang.
Perjuangan Santi Warastuti untuk Ganja Medis
Perjuangan Santi untuk mendapatkan akses ganja medis bukanlah hal yang mudah. Meskipun banyak laporan dan penelitian yang menunjukkan potensi ganja dalam mengurangi gejala epilepsi, regulasi di Indonesia masih sangat ketat. Santi merasa tertekan oleh sistem yang tidak mendukung kebutuhan kesehatan putrinya.
Pada tahun 2022, saat melakukan aksi di Car Free Day Jakarta, Santi berharap dapat menarik perhatian masyarakat dan pemerintah. Ia ingin agar suara dan harapan para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus didengar. Dalam aksinya, ia berupaya untuk mengedukasi publik tentang manfaat ganja medis dan pentingnya akses bagi mereka yang membutuhkan.
“Kami hanya ingin yang terbaik untuk anak kami. Jika ganja medis dapat membantu Pika, mengapa tidak?” ungkap Santi dalam sebuah wawancara. Ini adalah seruan yang menggugah hati banyak orang dan menyoroti ketidakadilan dalam sistem kesehatan saat ini.
Kematian Pika Sasikirana menggugah kesadaran banyak pihak mengenai pentingnya akses ganja medis di Indonesia. Banyak orang tua dan aktivis kesehatan mulai bersuara, menuntut perubahan dalam regulasi yang ada. Mereka menganggap bahwa hak kesehatan harus dipenuhi tanpa diskriminasi, terutama bagi anak-anak yang membutuhkan perawatan khusus.
ICJR (Institute for Criminal Justice Reform) juga menyampaikan duka cita atas kehilangan Pika dan mendesak pemerintah untuk memperhatikan fakta ini. Dalam pernyataannya, ICJR menekankan bahwa kematian Pika seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah untuk segera merevisi kebijakan terkait ganja medis.
“Kita tidak bisa terus mengabaikan kebutuhan anak-anak yang menderita penyakit serius. Ini adalah tanggung jawab kita sebagai bangsa untuk memberikan akses yang layak,” tegas ICJR dalam pernyataannya.
Dengan adanya perhatian publik yang semakin meningkat, diharapkan pemerintah dapat segera mengambil langkah konkret untuk memberikan akses ganja medis bagi anak-anak berkebutuhan khusus, seperti Pika. Kematian Pika tidak boleh menjadi akhir dari perjuangan, tetapi seharusnya menjadi awal dari perubahan yang lebih baik.