Siasat BKKBN Cegah Stunting di NTT
Merdeka.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berharap prevalensi stunting NTT kembali mengalami penurunan tahun ini seperti dua tahun terakhir. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, stunting pasti pendek namun pendek belum tentu stunting.
Menurut dia, ada tiga kerugian yang didapatkan jika anak terlahir sebagai stunting. Yang pertama pasti berpostur pendek sehingga tidak bisa masuk sebagai anggota TNI-Polri. Yang kedua kemampuan intelektualnya lambat bahkan berat.
"Yang ketiga, jika di hari tua akan sering alami sakit-sakitan. Orang stunting itu kalau pendek dan makannya banyak akan gemuk di tubuh bagian tengah, dengan ancaman darah tinggi, obesitas, kolesterol dan lain-lain," kata Hasto Wardoyo, Senin (20/3).
-
Bagaimana Pemkot Bandung menurunkan angka stunting? Pemerintah Kota Bandung sudah menuangkannya dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) 2024-2026 antara lain: menurunkan angka kematian Ibu, menurunkan angka kematian bayi, menurunkan prevalensi stunting, menurukan angka kejadian penyakit, serta meningkatkan indeks kepuasan masyarakat.
-
Apa target penurunan stunting di Bandung? Dari 26 persen menjadi 19 persen. Namun, angka itu masih jauh dari target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat yakni 14 persen.
-
Bagaimana cara Kemenkes mencegah stunting? 'Apabila ditemukan suatu faktor resiko, jadi bisa dilakukan pencegahan,' tutur Laila.
-
Kenapa angka stunting di Indonesia perlu diturunkan? Dengan target 14 persen di 2024, semua elemen turut berkomitmen untuk membantu pemerintah menekan angka stunting tersebut.
-
Dimana angka stunting di Klungkung turun? “Ini merupakan tanda penghormatan yang ke 6 yang berhasil saya dapatkan. Penghargaan tahun ini diraih berkat berbagai gebrakan yang telah dilakukan dan kerjasama dalam memerangi dan menurunkan angka stunting. Bersama Tim Penggerak PKK dan sejumlah OPD, termasuk juga pembentukan tim percepatan penanganan stunting sehingga angka stunting bisa turun dari 19 persen menjadi 7 persen,“
-
Apa tujuan Kemenkes dalam mengatasi stunting? 'Harus ada upaya yang inovatif, perlu memperkuat intervensi yang ada targetnya agar bisa sama-sama menurunkan angka stunting,' ujar Laila Mahmuda di acara Media Gathering yang diselenggarakan oleh Halluu World & Sensitif di Mall of Indonesia (MOI), Kamis (24/08).
Sedangkan Kepala BKKBN NTT Marius Mau Kuru mengatakan, prevalensi stunting diharapkan bisa turun ke angka 13 persen sesuai trend tersebut. Dia juga berharap intervensi dari semua pihak untuk ikut menekan prevalensi stunting di NTT.
Menurut dia, pada Agustus 2021 penyebaran stunting di NTT ada pada angka 20,9 persen. Sementara hasil timbang dan ukur terhadap balita pada Agustus 2022 turun ke 17 persen.
Laporan terakhir menyatakan, adanya 77.378 kasus stunting di NTT pada Agustus 2022 lalu dengan prevalensi 17,7 persen. Prevalensi ini ditekan dari beberapa tahun lalu yang mencapai 20 persen.
Sedangkan pada Februari 2023 juga telah dilakukan penimbangan atau pengukuran terhadap balita. Angka terbaru mengenai stunting ini akan dipublikasikan secara sah oleh Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, setelah semua data dari kabupaten dan kota terkumpul.
"Diharapkan turun lagi ke 14 atau bahkan 13 persen. Harapan kita seperti itu karena dalam persiapan untuk operasi timbang kita semua sudah bergerak," kata Marius Mau Kuru, Senin (20/3).
Dia menambahkan, sasaran timbang untuk Februari ini pun mencapai 440 ribu anak dan sebelumnya BKKBN NTT mengedukasi agar semua keluarga yang memiliki balita dapat mengikuti operasi timbang.
"Partisipasi balita untuk mengikuti operasi timbang ini diharapkan juga telah 100 persen, sehingga dapat terdata seluruhnya," ujar Marius Mau Kuru.
Penanganan stunting ini kini diintervensi oleh semua sektor melalui berbagai program. Misalnya program orang tua asuh yang juga diterapkan oleh TNI Polri. BKKBN NTT juga bergerak ke pelbagai stakeholder termasuk melalui tokoh agama dan rumah ibadah.
Anggaran Rp77 Triliun Untuk Penanganan Stunting
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan anggaran sub kegiatan penanganan stunting senilai Rp77 triliun tetapi hanya Rp34 triliun yang langsung diterima oleh balita.
Menurut Marius Pemerintah NTT telah memiliki strategi untuk menjaga agar anggaran stunting tepat sasaran searah dengan prevalensi stunting yang turun ini. Menurutnya, anggaran stunting juga diharapkannya tepat sasaran sesuai dengan penanganan stunting pada anak.
"Untuk pengawasan saya pikir strategi dari setiap pemerintah daerah tentunya pasti ada karena pemerintah daerah tidak ingin anggaran itu bocor. Itu pasti," tutupnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Angka total fertility rate di Jawa Tengah sudah 2,09 dari target 2,1
Baca SelengkapnyaKerjasama semua pihak termasuk swasta salah satunya untuk menekan angka stunting
Baca SelengkapnyaAngka prevalensi stunting di DIY sudah di bawah angka standar WHO
Baca SelengkapnyaSalah satunya dengan mencegah anak lahir dengan kondisi stunting
Baca SelengkapnyaKepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menekankan, pentingnya perbaikan sanitasi.
Baca SelengkapnyaBKKBN gencar melakukan upaya pencegahan anak stunting
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan angka stunting turun 14% tahun ini
Baca SelengkapnyaDari 26 persen menjadi 19 persen. Namun, angka itu masih jauh dari target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat yakni 14 persen.
Baca SelengkapnyaHasto Wardoyo, mengatakan, keluarga harus dijadikan arus utama pembangunan
Baca SelengkapnyaJokowi berharap masyarakat Indonesia bebas dari stunting.
Baca SelengkapnyaJokowi berharap masyarakat Indonesia bisa bebas dari stunting.
Baca SelengkapnyaSurvei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting nasional rata rata masih 21,6 persen.
Baca Selengkapnya