Sosok Arya Wedakarna, Anggota DPD Ngamuk Gara-Gara Frontliner Bandara Ngurah Rai Pakai Penutup Kepala
Arya tak asing karena pernah dikenal sebagai model atau cover boy Majalah Aneka Yess tahun 1997
Arya tak asing karena pernah dikenal sebagai model atau cover boy Majalah Aneka Yess tahun 1997
Sosok Arya Wedakarna, Anggota DPD Ngamuk Gara-Gara Frontliner Bandara Ngurah Rai Pakai Penutup Kepala
Sosok Arya Wedakarna atau AWK kini viral. Senator sekaligus anggota DPD RI Bali disorot karena ucapannya yang dianggap rasis terkait tampilan petugas pelayanan di Baliyang menggunakan penutup kepala.
Dia ingin, petugas pelayanan depan atau frontline yang ada di Ngurah Rai maupun perkantoran terkait di bandara mempekerjakan gadis-gadis asli Bali. Sehingga mereka lebih menjiwai apa yang menjadi tradisi dan budaya Bali.
Lalu siapa sosol Arya Wedakarna?
Arya diketahui memiliki nama lengkap Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa. Arya lahir pada tanggal 23 Agustus tahun 1980.
Arya memiliki istri bernama Ketut Juni Supari yang dinikahinya pada tanggal 23 Agustus 2017 lalu.
Arya merupakan lulusan S1 Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Trisakti.
Arya juga pernah dinobatkan sebagai dokter termuda dan rektor termuda oleh Museum Rekor Indonesia (MURI). Gelar tersebut didapatkannya setelah melanjutkan pendidikannya di Universitas Mahendradatta.
Di dunia hiburan, sosok Arya tak asing karena pernah dikenal sebagai model atau cover boy Majalah Aneka Yess tahun 1997. Dia juga sempat membuat grup vokal trio FBI bersama Indra Bekti dan Roy Jordy.
Arya memutuskan terjun di dunia politik pada tahun 2014. Kala itu, dia mencalonkan diri sebagai anggota DPR-RI. Ia pun berhasil memenangkan posisi Ketua DPD PNI Marhaenisme Bali dengan perolehan suara sebanyak 178.943.
Sejak berkarir di politik, Arya dikenal sebagai pribadi yang kritis dengan masalah-masalah yang menyangkut adat Bali dan agama Hindu. Dia pernah melontarkan protes ke sejumlah karya seniman Tanah Air seperti Dewi Lestari, Iwan Fals, hingga Garin Nugroho.
Namu demikian, karir politiknya terbilang moncer. Dia menjadi anggota DPD Bali selama dua periode, yakni periode 2014-2019 dan 2019-2024.
Arya merupakan lulusan S1 Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Trisakti dan Arya sempat dikenal masyarakat sebagai cover boy di Majalah Aneka tahun 1997 dan juga sempat terjun di dunia modeling dan sempat bergabung dalam trio grup vokal FBI bersama Indra Bekti dan Roy Jordy.
Kemudian, Arya memutuskan untuk terjun di dunia politik pada tahun 2014 dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPR-RI. Ia pun berhasil memenangkan posisi Ketua DPD PNI Marhaenisme Bali dengan perolehan suara sebanyak 178.943.
Selain ini, Arya juga dikenal vokal untuk masalah-masalah yang menyangkut adat Bali dan agama Hindu. Dia bahkan pernah melontarkan protes ke sejumlah karya seniman Tanah Air seperti Dewi Lestari, Iwan Fals, hingga Garin Nugroho.
Arya juga beberapa kali bikin heboh karena hal kontroversi yang dilakukannya. Seperti mengeklaim dirinya sebagai Raja Majapahit.
Buntutnya, dia diprotes sejumlah warga dan pada tahun 2020 oleh kelompok masyarakat Bali yang tergabung dalam Puskor Hindunesia, AWK dilaporkan ke Polda Bali atas klaim sebagai Raja Majapahit Bali. Ketika itu, pelapor menyertakan bukti-bukti termasuk video pidato AWK yang disebut berisi klaim sebagai Raja Majapahit.
Arya juga sempat didemo oleh masyarakat yang tergabung dalam Perguruan Sandhi Murti dan mendatangi kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Bali pada Bulan Oktober 2020. Warga mendemo Arya karena dianggap melecehkan simbol agama yang disucikan masyarakat Bali, dan selain itu masih banyak yang lainnya.
Terbaru, potongan video pernyataan Arya Wedakarna saat rapat dengan Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Bea Cuka Bali Nusra, dan Kepala Kanwil Bea Cukai Ngurah Rai, serta dengan pengelola Bandara I Gusti Ngurah Rai, dan Arya Wedakarna viral di media sosial karena dianggap rasis.
"Saya nggak mau yang frontline-frontline itu, saya mau gadis Bali kayak kamu, rambutnya kelihatan, terbuka. Jangan kasih yang penutup-penutup nggak jelas. This is not Middle East (Ini bukan Timur Tengah). Enak saja di Bali, pakai bunga kek, apa kek, pakai bije di sini. Kalau bisa, sebelum tugas, suruh sembahyang di pure, bije pakai.
Kata Arya, dikutip dari video Selasa (2/12).
@merdeka.com