Tak lelah-lelahnya debat soal pantas tidaknya Soeharto jadi pahlawan
Merdeka.com - Debat soal pantas atau tidaknya Soeharto menjadi Pahlawan Nasional muncul lagi. Kali ini pemicunya adalah keputusan Munaslub Golkar yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, 16 Mei lalu.
"Menginstruksikan kepada Ketua Umum DPP Partai Golkar terpilih untuk memperjuangkan Jenderal Purnawirawan Soeharto sebagai pahlawan nasional," demikian keputusan yang dibacakan Sekretaris Munaslub Golkar, Siti Aisyah.
Seperti diduga, setelah keputusan itu dibacakan, polemik soal pantas tidaknya Soeharto menjadi Pahlawan Nasional merebak lagi ke tengah-tengah publik.
-
Bagaimana cara Soeharto menghadapi hoaks? Soeharto menganggap, pemberitaan hoaks yang menyerang dirinya dan keluarganya sebagai ujian. "Tapi tidak apa-apa, ini saya gunakan sebagai suatu ujian sampai di mana menghadapi semua isu-isu yang negatif tersebut. Sampai suatu isu tersebut sebetulnya sudah merupakan penfitnahan," ungkap Soeharto.
-
Siapa yang menyerang Soeharto dengan hoaks? Presiden Kedua Indonesia, Soeharto dan keluarga pernah mendapat serangan berita hoaks terkait Tapos.
-
Kenapa Presiden Soeharto mengeluarkan pernyataan kontroversial di Pekanbaru? Pidato Kontroversi Sebuah pernyataan yang disampaikan Presiden Soeharto di Pekanbaru, Riau itu bukanlah pernyataan satu-satunya. Namun, Ia kembali mengulang pernyataan tersebut pada saat peringatan Hari Jadi Kopassus.Lantas, pernyataan tersebut membuat banyak pihak yang merasa kecewa dan mengundang kritik serta cemooh dari kaum intelektual maupun tokoh militer saat itu.
-
Apa yang dilakukan Soeharto saat menghadapi hoaks? Soeharto menganggap, pemberitaan hoaks yang menyerang dirinya dan keluarganya sebagai ujian. "Tapi tidak apa-apa, ini saya gunakan sebagai suatu ujian sampai di mana menghadapi semua isu-isu yang negatif tersebut. Sampai suatu isu tersebut sebetulnya sudah merupakan penfitnahan," ungkap Soeharto.
-
Apa yang memicu lengsernya Soeharto? Kondisi ini menjadi momentum semakin masifnya gerakan menuntut Soeharto mundur dari kursi presiden.
-
Kenapa Soeharto menentang perselisihan agama? “Saya menentang keras perselisihan agama. Pancasila telah menetapkan dalam sila pertamanya: Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu tidak khusus untuk satu kepercayaan agama.”
Jika melihat ke belakang, polemik ini bukan hal baru. Polemik serupa pernah terjadi pada 2008 silam. Pemicunya, iklan PKS menyambut Hari Pahlawan 10 November 2008 yang menyebut Soeharto, satu dari 10 tokoh yang fotonya dimunculkan, sebagai pahlawan dan guru bangsa.
"Terimakasih Guru Bangsa! Terimakasih Pahlawan! Kami akan melanjutkan langkah bersama PKS untuk Indonesia sejahtera!"
Iklan tersebut sanggup membelah publik antara yang mendukung dan menolak Soeharto disebut sebagai pahlawan dan guru bangsa.
Mereka yang menolak rata-rata adalah aktivis prodemokrasi dan aktivis partai yang menerima represi selagi di zaman Soeharto. Sedangkan mereka yang mendukung adalah yang berada pada posisi ‘aman’ ketika penguasa Orde Baru itu sedang beringas-beringasnya di atas tahkta.
Dari partai politik, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) adalah yang paling menentang rencana mempahlawankan Soeharto ini, mengingat tindakan otoriter si 'smiling general' kepada sejumlah petinggi partai nasionalis, seperti Megawati Soekarnoputri, dulu.
Sementara, Golkar, sebagai partai bentukan Soeharto sendiri, adalah yang paling terdepan dalam upaya mempahlawankan presiden ke-2 tersebut.
Dalam Pilpres 2014, salah satu kampanye partai beringin adalah mengembalikan sejumlah program Soeharto. Bahkan, Titik Soeharto, putri penguasa Orde Baru itu ikut mengampanyekan bapaknya saat kampanye Golkar.
"Yo'opo kabare arek Suroboyo? Enak jamanku tho?" kata Titik di atas panggung kampanye Golkar di Jawa Timur Expo Surabaya, 5 April 2014.
Fakta membuktikan, kampanye menjual Soeharto itu gagal, jika melihat suara Golkar yang merosot. Namun, barangkali karena demi mengenang jasa pendirinya, Partai Golkar tak kapok untuk mengangkat kembali Soeharto dengan segala risiko.
Golkar dan segenap pendukungnya seakan tak lelah-lelahnya memunculkan wacana yang selalu membuat gaduh publik ini.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Megawati sempat membahas tentang TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, Soeharto tidak pernah mengkritik pemerintah secara langsung.
Baca SelengkapnyaBamsoet mengatakan, Soeharto layak dipertimbangkan untuk mendapatkan gelar pahlawan karena beberapa hal
Baca SelengkapnyaIsu pelanggaran HAM kembali dimunculkan dan dikaitkan dengan calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaSoeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.
Baca SelengkapnyaPetisi dilakukan karena pidato Soeharto dianggap kontroversial.
Baca SelengkapnyaPenghapusan nama Soeharto itu dinilai sebagai langkah mundur perjalanan reformasi.
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputri telah mengetahui hal itu sehingga ia berani menjadikan Prabowo sebagai cawapresnya.
Baca SelengkapnyaMegawati meminta seseorang yang selevel presiden tidak bermain-main dengannya.
Baca SelengkapnyaMeski tidak pernah mengungkapkannya ke publik, Soeharto menyimpan nama orang-orang yang dianggap pernah mengkhianatinya.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaSoeharto, lanjut Moestar, telah sangat berjasa dalam pembangunan bangsa Indonesia.
Baca Selengkapnya