Tak punya biaya, nenek penderita kanker di Jembrana hanya pasrah
Merdeka.com - Sangat miris dan memprihatinkan melihat gambaran kehidupan Wayan Manis (60) di rumahnya yang berlokasi di Lingkungan Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Jembrana.
Wanita renta yang tergolong keluarga kurang mampu dan tinggal di rumah kecil mirip gubuk itu telah divonis dokter menderita kanker serviks sejak satu setengah tahun lalu. Di rumah itu, dia tinggal hanya berdua bersama suaminya yang bernama Ketut Madiun (70). Mereka berdua tidur beralas kasur butut berseprai perlak plastik.
Kankernya tergolong akut atau parah. Dia dan suaminya hanya bisa pasrah dan menyerah dengan takdir lantaran tidak memiliki biaya untuk berobat.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Dimana rumah pasangan lansia ini berada? Banyak keindahan yang terpancar dari Jawa Tengah. Pemandangan sawah rasanya masih bisa dengan mudah ditemukan di berbagai sudut wilayahnya. Seperti lokasi berikut ini. Di tengah-tengah area persawahan luas, justru ada rumah berlantai dua milik pasangan lansia yang jauh dari jalanan.
-
Siapa yang tinggal di rumah itu? Salah seorang penghuni bernama Rasya memiliki pengalaman tersendiri tinggal di rumah yang berdampingan dengan area kuburan.
-
Kenapa rumah pasangan lansia terlihat terisolir? Bukan hanya bagian depan atau belakang rumah, bangunan apik tersebut diketahui dikelilingi area persawahan. Tak nampak jalan raya atau sekadar setapak penghubung dari rumah ke area sawah. Sehingga, rumah tersebut seolah terisolir.
-
Siapa yang tinggal di rumah tersebut? Jadi Tempat Tinggal Bangunan ini dulunya menjadi tempat tinggal Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar selama kurang lebih 3 tahun lamanya.
-
Siapa yang tinggal di kolong rumah? 'Biasanya suara itu terdengar larut malam, dan kami mengira itu hanya hewan yang berada di kolong rumah,' ungkap Ricardo Silva, menantu pemilik rumah tersebut. 'Suara-suara itu mirip ketukan, seperti saat istri saya berjalan, dan terdengar seperti suara balasan dari bawah rumah, sehingga dia berkata, 'kamu tahu ada yang salah'.'
"Saya pernah diajak berobat ke RSU Negara dan kemudian di rujuk ke RSUP Sanglah, tapi karena tidak punya biaya terpaksa suami saya ngajak saya pulang dan sekarang dirawat di rumah dengan obat tradisional," tuturnya lirih, Minggu (18/6).
Dia tidak melanjutkan pengobatan di RSUP Sanglah karena dia saat itu tercatat sebagai pasien umum dan harus membayar sendiri biaya pengobatan yang cukup tinggi karena tidak memiliki kartu jaminan kesehatan.
"Jangankan untuk biaya berobat, untuk makan sehari-hari saja susah. Urus BPJS juga tidak punya uang, belum lagi pembayarannya tiap bulan dapat dari mana?" keluhnya saat ditemui tadi sore di rumah yang atapnya nyaris jebol.
Untuk makan sehari-hari, Wayan Manis hanya mengharapkan penghasilan suaminya sebagai buruh serabutan. Penghasilannya tidak menentu, itupun jika ada warga yang meminta jasa suaminya. Namun jika tidak bekerja pasutri ini hanya bisa mengharapkan belas kasihan anak dan para tetangga.
Dia mengaku tidak punya anak kandung dan hanya punya anak dua anak tiri dari pernikahan suaminya dengan istri pertamanya. Namun kedua anak tirinya telah menikah dan tinggal terpisah dengannya. Kehidupan kedua anak tirinya juga pas-pasan.
"Jika pendarahan saya kesakitan dan saya tidak mampu apa-apa lagi, hanya bisa pasrah," imbuhnya.
Sementara itu Kepala Lingkungan Samblong Gede Utama Yasa mengatakan keluarga Ketut Madiun memang termasuk keluarga tidak mampu. Namun tidak mendapatkan kartu KIS.
"Nanti kami upayakan pengurusan BPJS mandiri dengan dana bantuan dari donatur, sehingga nanti bisa berobat secara medis. Semoga ada donatur untuk itu," jelasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaKisah pilu seorang lansia bernama Guritno (70) ditemui di kawasan Kabupaten Bandung.
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaKini tak lagi didampingi suami, wanita itu tinggal di gubuk sederhana sekaligus hidup menggunakan uang tabungan senilai puluhan juta.
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaPasangan tersebut tinggal di rumah yang terbuat dari tiang kayu dan berdinding bambu dengan kondisi yang sudah rapuh.
Baca SelengkapnyaTinggal sendiri di rumah kontrakan, Nenek Nursi kesehariannya hanya berjualan sayur. Uangnya bahkan sempat diambil orang.
Baca SelengkapnyaBegitu miris, ia hanya bisa memakan menu nasi dan micin serta tinggal di gubuk tak layak
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca Selengkapnya