Tradisi jaga makam warga Gunungkidul yang meninggal malam Selasa Kliwon
Merdeka.com - Ada tradisi unik yang masih dirawat oleh warga Desa Karangwuni, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Tradisi itu adalah menjaga makam jika ada warga yang meninggal tepat di malam Selasa Kliwon. Warga akan menjaga makam tersebut selama 7 hari ke depan. Penjagaan makam bagi warga yang meninggal di malam Selasa Kliwon ini untuk menghalau serangan hewan liar yang mengincar jenazah yang sudah dikubur.
Kepala Desa Karangwuni, Suparta menceritakan, kepercayaan yang dipegang warganya ini juga diyakini oleh sebagian besar orang di Gunungkidul. Masyarakat percaya jika ada yang meninggal di malam Selasa Kliwon maka jenazahnya harus dijaga untuk menghindari serangan hewan liar yang mengancam.
"Kalau di desa kami biasanya ditunggui seminggu atau sampai 7 hari setelah meninggal, tetapi ada yang sampai 40 hari," ujar Suparta saat dihubungi, Minggu (5/11).
-
Kenapa makam dikunjungi saat Jumat Kliwon? 'Makam ini biasanya dikunjungi orang saat malam Jumat Kliwon. Mereka ‘nyekar’ di sini,' kata salah seorang warga.
-
Kenapa warga sekitar menganggap kuburan itu sebagai pengingat? Warga sekitar mengaku bahwa mereka sudah terbiasa tinggal bersebelahan dengan kuburan. Bahkan mereka mengatakan hal itu bisa menjadi sebuat pengingat akan kematian.
-
Mengapa warga membongkar makam di Desa Ngalian? Mereka sudah yakin kalau makam itu palsu sehingga mereka tidak ragu untuk membongkar makam.
-
Kenapa tengkorak serigala diletakkan di makam? “Penutupan galian yang dilakukan perampok itu menarik dan tidak biasa. Beberapa batu ditempatkan di sana, dengan sebuah tengkorak serigala di atasnya.
-
Kenapa warga Kampung Bergota mengandalkan Makam Bergota? 'Sebagai contoh, gali kubur, pembuatan batu nisan di tempat, pembersihan makam, tempat jual bunga, dan orang yang mendoakan,' kata Kartiko.
-
Kapan pemakaman ini dimulai? Pemakaman ini diperkirakan berasal dari abad ke-6 atau ke-7 Masehi.
Suparta menerangkan, yang dilakukan warganya merupakan tradisi yang sudah dipelihara turun menurun. Dengan kesadarannya, warga bergantian menunggu kuburan yang jenazahnya meninggal di malam Selasa Kliwon. Jika tidak ditunggu, warga justru takut jenazah akan jadi incaran hewan liar.
"Sampai saat ini memang belum ada peristiwa pencurian jenasah. Tapi warga mengantisipasi jangan sampai ada peristiwa itu," terang Suparta.
Dihubungi terpisah, Kapolsek Rongkop, AKP Hendra Prastawa menuturkan, pihak kepolisian selalu mengimbau Bhabinkamtibmas agar selalu membantu dan terlibat kegiatan warga. Termasuk ikut serta berjaga di makam warga yang meninggal di malam Selasa Kliwon.
"Sudah menjadi kebiasaan di Desa Karangwuni, setiap ada yang meninggal di malam Selasa Kliwon, warga menunggu di kuburan sampai 7 hari secara bergantian," jelas Hendra.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setelah tujuh hari, tanah kuburan sudah bisa digunakan kembali untuk berladang.
Baca SelengkapnyaRombongan penggotong keranda diharuskan meyakinkan juru kunci yang membawa golok agar diizinkan masuk makam
Baca SelengkapnyaMereka masih mempertahankan tradisi ini karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaUpacara ini sebagai wujud dari ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap para leluhur yang dilaksanakan setiap tahun pada hari tertentu.
Baca SelengkapnyaSyawalan itu digelar di puncak bukit. Puluhan ribu warga hadir dalam acara itu
Baca SelengkapnyaPangrukti Loyo merupakan sebuah bentuk layanan organisasi MLKI kepada para warga penghayat kepercayaan
Baca SelengkapnyaUsai Salat Idul Fitri 1445 Hijriah, TPU Karet Bivak dibanjiri warga yang melakukan ziarah.
Baca SelengkapnyaDi balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaTak ada satupun warga yang tahu kapan makam itu berdiri
Baca SelengkapnyaTahlilan digelar setiap hari hingga tujuh hari kematian.
Baca SelengkapnyaPemprov Jawa Barat mengumumkan bahwa Ngunjung khas Kabupaten Indramayu ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Baca SelengkapnyaMasyarakat Tegal menyakini bahwa pada hari Rabu terakhir pada bulan Safar, akan banyak bencana dan malapetaka yang menghantui.
Baca Selengkapnya