Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional: Konsep Tri Hita Karana jadi Pedoman Pembangunan Berkelanjutan
Mari Elka Pangestu menilai konsep umat Hindu di Bali yaitu Tri Hita Karana relevan sebagai pedoman tujuan pembangunan berkelanjutan.
Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu menilai konsep umat Hindu di Bali yaitu Tri Hita Karana relevan sebagai pedoman tujuan pembangunan berkelanjutan.
"Nilai-nilai Tri Hita Karana dapat menjadi pedoman dalam menghadapi tantangan masa kini, tujuan pembangunan berkelanjutan memberikan kita peta jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan, Tri Hita Karana sejalan dengan prinsip-prinsip SDGs," kata dia dalam Forum Merajut Masa Depan Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-kura Bali Denpasar, Senin, dilansir Antara, Senin (16/12).
Dia mengatakan konsep Tri Hita Karana yaitu mengutamakan keseimbangan antara manusia, alam, dan tuhan, senada dengan program pembangunan berkelanjutan. Dengan nilai-nilai ini, menurut Mari Elka, manusia dapat berkontribusi secara signifikan dalam mencapai tujuan global tersebut.
Mari Elka mengatakan Indonesia dengan kekayaan budaya dan sumber daya alam yang melimpah, saat ini berada di ambang transformasi besar menuju Indonesia Emas 2045.
Lebih lanjut, Mari Elka berpendapat untuk mencapai Indonesia Emas 2045 diperlukan kolaborasi kuat dari seluruh elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat sipil.
Dewan Ekonomi Nasional itu menilai sinergi yang erat akan menjadi kunci untuk mengatasi berbagai tantangan kompleks seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan disrupsi teknologi.
Kata Menteri Komdigi
Sementara, Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid memandang nilai Tri Hita Karana tidak hanya untuk tujuan pembangunan berkelanjutan, tetapi sesuai dengan Forum Merajut Masa Depan Indonesia.
Menurutnya, di tengah tantangan global yang semakin kompleks, bangsa yang kaya dengan keberagaman agama, budaya, dan suku, Indonesia telah membuktikan bahwa perbedaan justru menjadi kekuatan.
“Tantangan-tantangan ini menuntut kita untuk mencari solusi yang tidak hanya berakar pada inovasi, tetapi juga pada nilai-nilai toleransi, kolaborasi, dan kemanusiaan,” ujar Meutya.
President United In Diversity (UID) Foundation Tantowi Yahya selaku penyelenggara pertemuan di KEK Kura-kura Bali menambahkan, forum ini untuk membuat semua pemangku kebijakan terhubung.
“Kehadiran semua di sini, dari berbagai penjuru dunia, mencerminkan komitmen kolektif kita untuk menciptakan masa depan yang lebih harmonis dan berkelanjutan,” kata dia.
Tantowi berupaya mendorong kolaborasi lintas sektor dan mempromosikan nilai-nilai kebhinekaan, sehingga pemerintah, swasta, masyarakat sipil, dan akademisi dapat membangun Indonesia yang lebih baik.
Dalam pertemuan ini dilakukan doa bersama lintas agama untuk menciptakan suasana harmoni dan toleransi, ini dilakukan sebagai pengingat bahwa dalam merancang solusi inovatif diperlukan ketenangan dan harmonisasi.
“Visi Indonesia Emas 2045, di mana masyarakat hidup dalam harmoni, sejahtera, dan berkelanjutan ini juga menargetkan pembangunan berkelanjutan, menjadi inspirasi bagi forum ini,” ujar Tantowi.