Wantimpres: Tantangan calon pendidik kelola medsos wujudkan perdamaian
Merdeka.com - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Agum Gumelar menilai dunia pendidikan merupakan wadah strategis untuk menyebarkan nilai-nilai perdamaian melalui pengenalan narasi-narasi Islam yang sejuk kepada para calon pendidik.
Pandangan ini dikemukakan Agum saat menjadi keynote speaker diskusi bertema IQRA’: Islam, Ilmu dan Perdamaian yang merupakan inisiasi Pokja Toleransı bersama Alıansı Kebhınekaan, dan Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyyah (MATAN) UNJ di gedung FISIP UNJ, Jakarta.
Agum mencontohkan, maraknya informasi hoaks di media sosial yang isinya ujaran kebencian terhadap pihak tertentu berpotensi menciptakan intoleransi. Menurut Agum, media sosial yang seharusnya dimanfaatkan untuk kemaslahatan, justru sebaliknya, dipakai sebagai alat propaganda politik demi menjatuhkan individu atau kelompok lain.
-
Apa dampak dari ujaran kebencian di media sosial? Media sosial menjadi salah satu aspek yang ditekankan, karena berpotensi disalahgunakan lewat ujaran kebencian.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan video hoaks? Video diunggah oleh akun @margiyo giyo
-
Apa isi hoaks tentang Kominfo? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa yang viral di media sosial? Sontak saja, momen tersebut menjadi sorotan hingga viral di media sosial.
"Sekali lagi, ini tantangan calon pendidik bagaimana mengelola media sosial untuk mewujudkan kebaikan dan perdamaian demi menjaga toleransi antar kelompok masyarakat," kata Agum dalam keterangan tertulis, Minggu (1/4).
Agum mengatakan, narasi perdamaian berasal dari prinsip Islam yang mengandung nilai-nilai perdamaian. Banyak kosakata dalam Al-Quran yang menyinggung tentang perdamaian, misalnya pemilihan kata kebaikan, perdamaian, dan keamanan. Selain itu, di dalam tradisi Islam klasik, yakni sejarah nabi, sahabat, dan para tabi’in yang dijadikan teladan dalam berperilaku damai.
"Sebagai calon pendidik, kalian harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai perdamaian yang ada dalam Al Qur’an, serta mampu menauladani Nabi Muhammad SAW sebagai juru damai di bumi," ujarnya.
Sementara itu, Dosen Pendidikan Agama Islam UNJ Andy Hadiyanto mengatakan, pendidik menjadi agen penting untuk mulai membangun sikap damai dan toleran para siswa dalam menerima perbedaan yang ada. Oleh sebab itu, penting untuk membangun karakter pendidik yang toleran.
"Di sinilah keutamaan ilmu dan pentingnya pendidikan dalam membangun masyarakat yang damai dan berkemajuan bagi calon pendidik sebagai agen toleransi yang menyebarkan nilai-nilai keislaman di lingkungan sekolah," katanya. (mdk/rzk)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaNarasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.
Baca SelengkapnyaHoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaBahkan, banyak negara di dunia yang mengalami kekacauan karena tidak bisa menyaring konten hoaks di dunia digital.
Baca SelengkapnyaPolisi melakukan patroli siber untuk menyisir akun-akun yang menyebarkan ujaran kebencian maupun informasi hoaks.
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaTim cek fakta independen antara lain Mafindo, Perludem hingga AFP Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenkominfo akan menertibkan akun buzzer yang menyebarkan informasi hoaks dan radikalisme.
Baca SelengkapnyaSiswa yang sudah memiliki hak pilih diminta untuk menjadi pemilih yang cerdas dalam Pilkada.
Baca SelengkapnyaSelain literasi digital, Khofifah mengatakan upaya yang bisa ditempuh dalam rangka melawan ujaran kebencian adalah melakukan filter.
Baca SelengkapnyaTanpa hoaks politik, tanpa isu sara dan politik identitas merupakan salah kunci suksesnya Pilkada yang aman, damai dan sejuk.
Baca Selengkapnya