Waspadai Kelompok Intoleran Tunggangi Isu Palestina
Perlu diwaspadai isu Palestina menjadi pintu gerbang kelompok intoleran mendapatkan panggung dan perhatian publik.
Semua pihak harus mengantisipasi narasi yang bisa memecah belah masyarakat.
Waspadai Kelompok Intoleran Tunggangi Isu Palestina untuk Bangun Kekuatan
Aksi solidaritas terhadap rakyat Palestina terus mengalir di Tanah Air. Pemerintah secara resmi telah mengirimkan bantuan kemanusiaan. Sejumlah kelompok dan individu juga bergerak memberi dukungan.
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan melihat solidaritas yang ditunjukkan dianggap menjadi simbol perlawanan terhadap Israel. Namun, di sisi lain perlu diwaspadai ini menjadi pintu gerbang kelompok intoleran mendapatkan panggung dan perhatian publik.
"Kita harus antisipasi, jangan sampai rasa solidaritas yang menggebu-gebu malah ditunggangi agenda kelompok radikal untuk membangun kekuatan dan menyusun aksi destabilisasi nasional, apalagi ini menjelang Pemilu 2024."
Kata Ken yang juga aktivis anti-Radikalisme, Jumat (24/11).
Untuk itu, Ken mengajak semua pihak mengantisipasi narasi yang mungkin bisa memecah belah masyarakat. Termasuk mengajak mantan anggota kelompok radikal yang sudah tobat dan kembali ke NKRI.
Ken yakin mengatakan, jika telah dipastikan bahwa mantan pelaku sudah menyadari kesalahannya mereka bisa membantu Pemerintah untuk meng-counter narasi-narasi intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Menurutnya, mantan pelaku mengetahui persis pola dan pemikiran kaum radikal. Dengan begitu, lanjutnya, kita harapkan bisa menjaga lingkungan terdekatnya agar tidak terpapar paham negatif.
"Walaupun mungkin mereka belum didekati oleh Pemerintah, tapi mari kita sama-sama bersuara, paling tidak supaya lingkungan terdekat kita terbebas dari paham intoleransi, radikalisme, ataupun yang mengarah kepada terorisme."
Ken menambahkan.
Terakhir, pengurus Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Lampung ini berharap sinergitas antara ulama dan umara bisa terjalin dengan maksimal.
Mereka juga harus lebih bijaksana dalam menyampaikan isu-isu sensitif apalagi sudah memasuki tahun politik menjelang Pilpres 2024.
"Supaya tidak menjadi polemik di masyarakat, karena kita berada pada zaman yang luar biasa. Arus informasi begitu cepat menyebar dengan media sosial, bukan hanya informasi positif, yang negatif juga banyak."
tutup ken.