'Bajak politisi', strategi NasDem mendulang suara di Pemilu 2019
Merdeka.com - Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh merayu Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo untuk bergabung dengan partainya. Bahkan, dia menjanjikan posisi terhormat jika Ketua DPD Golkar Sulawesi Selatan itu bersedia menjadi kader NasDem.
Strategi untuk memenangkan pemilu dengan 'membajak' kader politik telah dilakukan NasDem pada tahun 2014. Kala itu ada beberapa nama yang memutuskan bergabung dengan NasDem, seperti Akbar Faisal, Bachtiar Aly dan T. Taufiqulhadi.
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, strategi yang digunakan oleh NasDem merupakan satu dari tiga cara untuk membesarkan partai. Dan ini telah dilakukan sejak pesta demokrasi berlangsung.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Siapa yang diusung Partai Nasdem untuk Pilgub Jabar? Anak Presiden ke-3 ini diusung oleh Partai NasDem.
-
Apa tanggapan PDIP soal Jokowi di Golkar? 'Dari manuver-manuver ini kan terbaca bahwa series cawe-cawe yang berlangsung selama ini dan kemungkinan ke depan, tidak lebih tidak kurang dari cara bagaimana agar bisa tetap berkuasa baik itu secara langsung maupun tidak langsung,' imbuh dia.
-
Siapa yang menyambut Jokowi di Solo? Masyarakat Kota Solo tumpah ruah ke jalan untuk menyambut kepulangan Jokowi.
-
Bagaimana Nurdin Halid menanggapi wacana Jokowi bergabung dengan Golkar? 'Pak Jokowi bergabung dengan Golkar hal yang bagus. Tapi tunggu dulu, beliau ingin bergabung dengan Golkar dengan tangan terbuka sangat menerima, karena beliau sangat dekat dengan Golkar,' ucapnya.
"Partai menjadi besar karena pertama faktor tokoh ketua umum yang memiliki sosok basis masa besar, kedua faktor ideologi atau nilai dan ketiga faktor infrastruktur," katanya kepada merdeka.com, Rabu (28/2).
NasDem sampai saat ini masih belum memiliki kader yang dapat diusung pada Pilpres 2019 mendatang. Keputusan untuk mendukung Joko Widodo menjabat dua periode akhirnya diambil. Harapannya ini bisa mempermudah kampanye tahun mendatang.
Namun, dia mengingatkan, tidak hanya NasDem yang memutuskan mendukung Jokowi. Mantan Wali Kota Solo itu sampai saat ini masih menjadi kader PDI Perjuangan. Belum lagi Golkar, PPP dan Hanura telah memutuskan mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"NasDem harus berebut pangsa pasar dengan PDIP dan Golkar. Kemudian NasDem tidak kuat dari aliran seperti PDIP. Nasdem cenderung seperti Golkar ke arah kekaryaan memilih jalur tengah," jelasnya.
Melihat kondisi tersebut, Yunarto menganggap, strategi untuk menjaring kader yang telah memiliki nama dan jaringan atau basis massa sudah tepat. Belum lagi deklarasi dukungan kepada calon kepala daerah juga gencar dilakukan, seperti kepada Ridwan Kamil dan Khofifah Indar Parawansa di Pilkada serentak 2018.
"Melakukan deklarasi sejak awal menjadi cara masuknya sosok tersebut ke NasDem, dan paling buruk memang calon kepala daerah tersebut dikonotasikan dekat dengan NasDem harapannya mempunyai implikasi," ujarnya.
Pilpres dan Pileg yang dilakukan secara bersamaan, akan membuat partai yang mengusung calon presiden mendapatkan keuntungan paling besar. Sebab, 90 persen orang masuk bilik suara akan mencari calon pemimpin negara, baru kemudian menentukan pilihan partai politik dan calon legislatif.
"Sehingga PDIP dan Gerindra paling diuntungkan jauh dari strategi apa pun," tutup Yunarto.
Sebelumnya, Surya Paloh tak segan mengakui bahwa sosok, pribadi, kemampuan yang dimiliki Syahrul Yasin Limpo dibutuhkan NasDem. Menurutnya, kemampuan Syahrul akan semakin besar jika berada di posisi yang bisa menopang itu.
"Sayang dong, kalau kapasitas yang bagus tidak diberi fungsi yang bagus, yang pastinya posisi yang terhormat, sangat terhormat," kata Surya Paloh usai menemui Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo di Makassar, seperti dilansir Antara, Rabu (28/2).
Dia berharap Syahrul mempertimbangkan tawarannya. Paloh memberikan deadline dua bulan, sebelum akhir masa jabatan Syahrul sebagai gubernur Sulsel pada April.
"Harus ada batas waktu, tidak boleh main-main," imbuhnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anies pernah menjadi Gubernur bahkan jadi calon presiden 2024, sehingga, merah putih tidak diragukan lagi.
Baca SelengkapnyaJokowi buka suara terkait sindiran PDIP bahwa Bobby Nasution banyak didukung partai di Pilkada Sumut karena menantu presiden.
Baca SelengkapnyaAnggota Dewan Pakar Partai Golkar Ridwan Hisjam mengatakan, Jokowi menjadi kader Golkar sejak menjabat ketua Asmindo Solo Raya periode 1997 sampai 2002.
Baca SelengkapnyaPDIP meminta Bobby mengembalikan KTA PDIP karena memutuskan mendukung pasangan capres-cawapres, Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaJokowi buka suara terkait sindiran terkait pengaruhnya pada pencalonan menantunya Bobby Nasution sebagai calon Gubernur Sumut.
Baca SelengkapnyaSurya Paloh mengungkapkan isi pertemuanya dengan Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Kamis (31/8).
Baca SelengkapnyaPDIP menyindir banyaknya partai politik yang mendukung Wali Kota Medan Bobby Nasution untuk maju di Pilkada Sumut
Baca SelengkapnyaWali Kota Medan itu diperkirakan diusung koalisi gemuk.
Baca SelengkapnyaDjarot menegaskan, Bobby sudah secara otomatis bukan lagi menjadi kader PDIP.
Baca SelengkapnyaNasDem tidak menutup apabila ada partai lain yang ingin gabung ke koalisi untuk Pilkada DKI.
Baca Selengkapnya"Siapa yang mencalonkan wali kota Solo waktu jaman Pak Jokowi, PKS salah satunya bersama PDIP. Jadi bukan hal yang tabu," kata Jazuli
Baca SelengkapnyaApakah PKB masih diperhitungkan untuk bergabung dengan NasDem dan PKS yang sudah mendukung Anies, Hal itu tinggal menunggu saja.
Baca Selengkapnya